Part. 31

1.5K 141 12
                                    


Jimin bilang, jika kepercayaan adalah dasar dari sebuah hubungan. Namun, katakan. Bagaimana Hyera bisa percaya padanya dengan semua sikapnya yang selalu saja membuat hatinya bimbang? 

Bukannya Hyera ingin menuduh Jimin tanpa bukti. Tapi, salahkah jika ia langsung berpikir yang tidak-tidak mengenai sang suami setelah semua kesalahan yang pernah suaminya itu lakukan padanya dan sang putra?

Hyera memang ingin mencoba untuk mempercayai suaminya lagi, tetapi ia juga tidak bisa mengabaikan apa yang telah dilihat oleh mata kepalanya sendiri.

"Kenapa rasanya sulit sekali untukku kembali mempercayaimu, Jim?"

Lirihan itu hanya bisa Hyera dengar oleh dirinya sendiri. Wanita itu kembali termenung, sebelum akhirnya bel rumahnya berbunyi, membuat Hyera tersadar dari lamunannya, lalu beranjak dari duduknya untuk membuka pintu.

"Sia--" Perkataan Hyera terpotong, saat kedua matanya melihat sang suami yang kini tengah berdiri di hadapannya.

"Hye," ujar Jimin seraya tersenyum manis pada sang istri.

Sedangkan Hyera? Wanita itu hanya terdiam, seketika bayangan-bayangan tentang suaminya sedang berpelukan dengan wanita lain berputar begitu saja di otaknya. Membuat hatinya kembali memanas, hingga membuatnya tak berpikir dua kali untuk melayangkan tangannya pada suaminya sendiri.

"H-hye ...."

Lirihan tak percaya itu keluar dari mulut Jimin, saat ia merasakan tamparan begitu keras itu mendarat begitu saja di pipi mulusnya, bahkan meninggalkan bekas kemerahan di sana. Membuatnya yang sekarang ini masih setia berdiri di depan pintu rumahnya sontak menatap sang istri dengan tatapan bingungya.

"Keterlaluan kamu, Jim!"

Belum sempat Jimin berbicara, Hyera sudah lebih dulu berkata, dan membuat Jimin semakin bingung dibuatnya.

"A-apa maksudmu, Hye? Apa salahku? K-kenapa kau menamparku, huh?"

Pertanyaan beruntun itu keluar dari mulutnya. Jimin baru saja pulang dari kantornya, ia bahkan belum sempat masuk ke dalam rumahnya, tetapi tanpa tahu apa kesalahannya, kenapa tiba-tiba saja istrinya itu menamparnya?

"Kau masih bisa bertanya seperti ini, bahkan setelah aku melihat sendiri kau tengah berpelukan dengan wanita lain, hah,  Park Jimin?!"

Nada bicaranya semakin meninggi. Awalnya Hyera memang ingin memastikan dulu pada sang suami apa yang ia lihat tadi pagi, tetapi nyatanya hati dan akal sehatnya tidak bisa diajak kompromi.

Wanita itu sudah terlanjur terbakar emosi, membuatnya menjadi hilang kendali dan berakhir dengan sebuah tamparan yang langsung ia beri ketika melihat sang suami berdiri di depan matanya sendiri.

"Tunggu dulu, aku benar-benar tidak mengerti apa maksud dari perkataanmu, Hye. Pelukan? Kapan aku berpelukan? Dan itu pun dengan wanita ...."

Pria itu menggantungkan kata-katanya, menghela napas kasar saat pada akhirnya mengerti dengan apa yang mungkin dimaksud oleh sang istri.

Yah, Jimin akui jika ia memang sempat berpelukan dengan seorang wanita. Namun, bukan berarti ia telah berkhianat seperti yang sekarang tengah ada dipikiran sang istri. Itu tidak mungkin, sama sekali tidak mungkin karena wanita yang Jimin peluk tidak lain adalah ....

"Kenapa diam?" ujar Hyera, membuat Jimin tersadar dari lamunannya.

"Kau tidak bisa mengelak karena yang kukatakan memang benar kan, Jim?"

Sedikit bergetar, wanita itu kembali berbicara mencoba sebisa mungkin untuk menahan sesak di dadanya.

"Itu tidak benar, Hye."

Jimin masih mencoba sabar, meskipun nyatanya ia pun sedikit kesal karena Hyera telah mencurigainya tanpa alasan.

"Apanya yang tidak benar, Jim? Jelas-jelas aku melihat kalian berdua berpelukan, kalian bahkan saling mengungkapkan rindu pada sama lain. Dan wanita itu? Dia--"

Perkataan Hyera terpotong, saat tiba-tiba saja wanita yang tadi pagi ia lihat di kantor sang suami keluar dari mobil Jimin. Wanita itu berjalan menuju ke arah mereka berdua, dan berdiri tepat di hadapannya.

"Wah, kau bahkan berani membawanya ke rumah kita, Jim?" lanjutnya.

Hyera menatap tak percaya sang suami, sebelum akhirnya beralih menatap wanita tanpa nama itu dengan tatapan intimidasi.

"Apa ada masalah?" tanya wanita tanpa nama tersebut. Membuat Hyera semakin menatapnya tak suka.

Jimin sendiri hanya bisa menghela napas kasar, lalu mengacak rambutnya frustasi melihat kejadian di hadapannya ini.

"Sebaiknya kau usir saja wanita ini, sebelum aku hilang kendali dan melakukan hal yang tidak ingin kulakukan, Jim."

Perkataan Hyera sontak membuat wanita itu membulatkan matanya tak percaya. Usir? Yang benar saja! Apa istri Jimin ini sudah kehilangan akal sehatnya?

"Jangan bicara seperti itu, Hye. Dia--"

"Kau membelanya?" potong Hyera tak terima.

"Tidak, bukan itu maksudku, Hye."

Pria itu berbicara dengan sangat hati-hati. Karena sungguh, ia benar-benar tidak mau ada kesalahpahaman di antara mereka lagi.

"Dengarkan penjelasanku dulu, oke?" ujarnya lagi seraya hendak meraih tangan sang istri.

Namun, yang terjadi justru istrinya itu sudah lebih dulu menghempaskan tangannya dan membuatnya benar-benar bingung menghadapi sikap Hyera.

"Apa lagi yang perlu dijelaskan, Jim?! Ini sudah benar-benar keterlaluan. Aku istrimu! Tapi kenapa kau malah membela wanita ini dibanding istrimu sendiri? Dia--"

"DIA KAKAKKU, HYE! Astaga, mana mungkin aku selingkuh dengan Kakakku sendiri?"

"Aku tidak peduli! Mau dia ka ... K-kakak?"

Seketika wanita itu terdiam. Amarah yang ada dalam hatinya seakan hilang entah ke mana, tergantikan dengan rasa malu tiada tara yang kini tengah ia rasakan.

Sungguh, bagaimana mungkin ia bisa melakukan kesalahan sebesar ini?

"Kaaa-kak, mengerti?" ujar wanita itu, sebelum akhirnya masuk tanpa permisi ke dalam rumah besar milik sang adik.

"Ah, ya. Eomma masih di dalam mobil, Jim. Kau ambil kopernya dan suruh Eomma istirahat di dalam."

Belum hilang keterkejutan Hyera setelah ia mengetahui bahwa wanita yang ia kira sebagai selingkuhan sang suami adalah kakaknya sendiri, kakak iparnya itu sudah kembali membuatnya terkejut dengan mengatakan jika ibu mertuanya juga ikut dengannya.

Demi Tuhan, dari awal mereka berhubungan, bahkan sampai sekarang mereka telah menjadi pasangan suami istri dan memiliki seorang putra, belum pernah sekalipun ia bertemu dengan ibu suaminya.

Dan sekarang apa? Dengan gampangnya kakak iparnya itu mengatakan bahwa ibu mereka, yang berarti jika beliau adalah ibu mertuanya, yang pastinya juga akan Jimin ajak untuk bertemu dengannya sudah ada di dalam mobil?

Siapa pun katakan, Hyera sedang tidak bermimpi, kan? Bagaimana ia bisa bertemu ibu mertuanya dengan cara seperti ini? Astaga, sungguh. Bagaimana penilaian ibu mertuanya tentang dirinya nanti?

'Tamat kau, Hye,' rutuknya dalam hati.

Hyera memang tidak tahu apa yang nanti akan terjadi, ia juga tidak tahu akan seperti apa nasibnya setelah apa yang baru saja terjadi. Namun, satu hal yang pasti, ia harus mempersiapkan mentalnya untuk menghadapi sang ibu mertua nanti.


Tbc ....

Marriage Contract (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang