Pria itu menghela napas jengah, kedua mata sipitnya tak pernah lepas dari seorang wanita yang sedari tadi hanya terus sibuk dengan telfon genggam di tangannya."Tidak diangkat lagi?" tanyanya.
Wanita itu tampak mengangguk, membuat pria yang tidak lain adalah Yoongi itu berdecak sebal karenanya.
Pria itu mulai beranjak dari tempatnya, mengambil tas berisi beberapa baju dan barang milik siwanita, kemudian kembali berdiri di hadapannya dan berkata,
"Sudahlah, Hye. Biar aku saja yang mengantar kalian pulang, kau bisa hubungi suamimu lagi nanti, oke?"
"Tapi--" Hyera menggantungkan perkataannya. Melirik sang bayi yang saat ini tengah tertidur pulas di gendongannya, sebelum akhirnya kembali berkata,
"Baiklah."
Pada akhirnya Hyera menyerah. Sudah sejak siang tadi, sampai sekarang hari mulai menjelang petang ia menunggu sang suami, terus menelfonnya untuk mengatakan jika hari ini ia dan sang bayi sudah boleh pulang.
Namun, jangankan kembali ke rumah sakit seperti janjinya sebelum ia pulang kemarin. Suaminya itu bahkan tak mau mengangkat telfonnya, dan membuat Hyera jadi kesal sendiri.
"Ngomong-ngomong, apa kau yakin dengan keputusanmu, Hye?" tanya Yoongi, yang sekarang ini sudah berada di dalam mobil miliknya, dengan Hyera juga sang bayi di sampingnya.
Sedangkan Hyera? Wanita itu hanya terdiam, tak ada niat sama sekali untuknya menjawab pertanyaan dari sang teman.
"Aku memang tidak berhak ikut campur dalam urusan rumah tangga kalian, dan aku juga tidak memintamu untuk langsung memaafkan Jimin. Tapi, Hye. Bayi kalian baru saja lahir. Kau--"
"Kau sendiri yang menyerahkan surat itu padaku, Yoon. Lalu, kenapa kau malah bersikap seperti ini sekarang?" potong Hyera.
Yoongi sendiri hanya terdiam mendengar pertanyaan Hyera. Benar, Yoongi lah yang mengurus surat perceraian Jimin dan Hyera. Namun, sungguh. Ia melakukan itu semata-mata hanya untuk memenuhi janjinya pada Hyera.
Tidak ada alasan lain, apa lagi pikiran buruk seperti ia bisa memperjuangkan cintanya pada Hyera lagi setelah wanita itu resmi berpisah dengan suaminya.
Ayolah, Yoongi tidak sepicik itu. Ia bukanlah pria bodoh yang akan menghancurkan rumah tangga orang lain hanya demi keuntungan pribadinya sendiri.
"Sudahlah, nanti saja kita bicarakan masalah ini. Aku benar-benar lelah dan ingin segera pulang, Yoon."
Kali ini Yoongi mengangguk. Ia memang tidak tahu apa yang ada dalam pikiran Hyera sekarang, tapi melihatnya kacau seperti ini justru membuat Yoongi menjadi merasa bersalah sendiri.
Mungkin niatnya memang tidak buruk. Namun, sepertinya ini bukanlah waktu yang tepat untuk membahas tentang perceraian. Seharusnya Yoongi tahu jika Hyera masih butuh waktu, harusnya ia tidak terlalu terburu-buru dalam mengambil keputusan, yang justru semakin memperumit keadaan.
"Oke," jawab Yoongi, kemudian mulai melajukan mobilnya.
*****
Tak jauh berbeda dari keadaan Hyera, di sisi lain juga ada Jimin yang terlihat sama kacaunya.
Setelah kenyataan menyakitkan yang ia dengar siang tadi, sampai saat ini Jimin masih betah mengurung diri di dalam Apartement-nya sendiri.
Pria itu benar-benar terlihat kacau. Mata yang sembab, juga kamarnya yang sudah seperti kapal pecah cukup mejelaskan bahwa Jimin tidak dalam keadaan baik-baik saja sekarang.
"Aku tahu aku bersalah padamu, Hye. Tapi, bukan berarti kau bisa bersikap seperti ini padaku, kan?" gumamnya sendiri.
Pria itu lantas tertawa, seketika berpikir jika Tuhan seakan tengah mempermainkannya dengan memberikannya sebuah harapan, dan menghancurkannya saat itu juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Contract (End)
FanfictionHanya sekelumit kisah, tentang gadis bernama Song Hyera, yang harus rela menjadi istri kontrak dari seorang Park Jimin.