Part. 33

1.6K 158 13
                                    


Helaan napas kasar keluar dari mulutnya usai membaca secarik kertas di tangannya. Pria itu memijat pelan pelipisnya, meremat kuat kertas di genggaman tangannya dan membuangnya ke tempat sampah.

"Siapa yang mengirim bunganya?"

Pertanyaan tersebut keluar dari mulut Jimin untuk sang sekretaris pribadi yang sekarang ini sudah berada di dalam ruangan miliknya.

"Maaf, tapi saya kurang tahu, Sajangnim."

Jimin berdecak sebal mendengar jawaban dari gadis di hadapannya. Meskipun Jimin mungkin bisa menebak siapa pengirimnya, tapi tetap saja ia tidak akan tenang sebelum mengetahui yang sebenarnya.

"Apa masih ada jadwal meeting?"

"Tidak, Sajangnim."

"Baiklah, terima kasih. Kau bisa pulang sekarang," lanjutnya kemudian.

Gadis itu mengangguk, lantas melangkah pergi meninggalkan ruangan tersebut.

Setelahnya Jimin sendiri hanya termenung, dalam hati berharap jika identitas dari pengirim bunga tersebut benar-benar meleset dari dugaannya.

*****
Waktu menunjukan pukul sembilan empat lima, tepat saat Jimin tiba di rumahnya setelah ia memutuskan untuk pulang dari kantornya sesudah menyelesaikan semua pekerjaannya.

Senyuman terukir di bibir tebalnya saat mendapati sang istri berada di dalam kamarnya. Untuk sejenak Jimin mencoba melupakan beban pikirannya, ia tidak mau istrinya ikut memikirkan hal yang bahkan belum jelas kebenarannya.

Perlahan tapi pasti Jimin mulai melangkah maju, kembali tersenyum simpul sebelum akhirnya langsung melingkarkan kedua tangan kekarnya di pinggang ramping sang istri yang saat ini tengah asik menyetrika.

"Belum ngantuk?" tanyanya seraya meletakkan dagunya di bahu Hyera.

Hyera sendiri sama sekali tidak terusik, wanita itu hanya tersenyum lalu menggelengkan kepalanya.

"Mau makan atau mandi dulu, Jim?"

"Mandi saja, aku sudah sempat makan malam bareng klien tadi."

Kali ini Hyera mengangguk. Wanita itu lantas melipat baju yang baru saja disetrikanya, lalu melepaskan kabel colokan yang berada di atasnya.

"Jim," gumam Hyera kala Jimin tak kunjung melepaskan tangannya dari perutnya.

Jika begini, bagaimana Hyera bisa menyiapkan air hangat dan mengambil handuk untuknya coba?

Terdengar decakan sebal dari Jimin. Sebenarnya ia masih ingin manja-manjaan dengan istrinya. Namun, mengingat tubuhnya yang lengket, juga bau kecut yang berasal dari ketiaknya, pada akhirnya Jimin pun melepaskan pelukannya dari Hyera.

"Ah, iya, Jim. Eomma sudah mengabari kamu belum?" Hyera kembali bertanya, sedikit berteriak mengingat saat ini ia tengah berada di kamar mandi untuk menyiapkan air hangat suaminya.

"Sudah," balas Jimin ogah-ogahan.

Nampaknya Jimin masih belum puas bermanja dengan istrinya, karena itulah ia beralih pada sang putra dan berencana bermanja dengannya juga. Namun, itu hanya bisa jadi rencana saja karena sayangnya Young Jae sudah tertidur pulas di keranjang bayi miliknya.

"Eomma sama Min Ji Noona sudah sampai di London. Jadi, jangan khawatir. Palingan besok Eomma juga langsung telfon kamu," lanjutnya kemudian.

Setelah kurang lebih satu minggu Nyonya Park habiskan di rumah putranya, pagi tadi beliau memang sudah kembali pulang ke London bersama Min Ji dan suaminya.

Hal itu tentu membuat Hyera sedikit kecewa. Karena jujur saja, meskipun pertemuannya dengan sang ibu mertua terbilang cukup singkat. Namun, sikap hangat ibu mertuanya, juga kasih sayang yang beliau berikan padanya juga sang putra dalam satu minggu belakangan ini sudah membuatnya menjadi terbiasa.

Sungguh, jika tidak mengingat masih ada ayah mertuanya yang tentu saja tengah menunggu kepulangan istrinya, sudah pasti Hyera tidak akan mengijinkan ibu mertuanya itu pulang.

"Awas saja kalau berani ganggu Young Jae kamu, Jim," peringat Hyera saat mendapati Jimin tengah sibuk menoel-noel pipi gembil Young Jae, dan sesekali meniup-niup area matanya.

"Kan kangen, Hye."

Terserah, Hyera sama sekali tidak peduli dengan rengekan Jimin yang satu ini. Bukan sekali dua kali, hampir setiap hari suaminya itu mengganggu tidur putra mereka dengan alasan yang sama, dan berakhir dengan Young Jae yang akan sulit untuk ia tidurkan lagi.

"Sudah, ah, Jim. Mandi sana," ujar Hyera seraya menyerahkan sehelai handuk pada suaminya.

Dengan wajah yang sedikit ditekuk Jimin pun menerima handuk tersebut. Terdengar gerutuan tidak jelas yang berasal dari mulutnya, yang berhasil membuat Hyera terkekeh pelan melihat tingkah laku suaminya.

"Hye."

Jimin kembali berkata dengan kepala yang menyembul di balik pintu kamar mandi, membuat Hyera yang tadinya hendak memasukkan baju-bajunya ke dalam lemari kembali mengalihkan atensinya pada sang suami.

"Apa lagi, Jim?"

Tersenyum jahil, Jimin lantas berucap hal yang membuat Hyera membulatkan matanya tak percaya.

"Mandi bareng, yuk?"

Dan, kalian pasti sudah bisa menebak apa yang terjadi selanjutnya, kan?

Dan, kalian pasti sudah bisa menebak apa yang terjadi selanjutnya, kan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Udah satu bulan lebih, ya?

Btw sebenernya aku udah males up, tapi dihentikan di tengah jalan pun sayang karena part-nya udah banyak.

Jadi, masih ada yang mau cerita ini lanjut, gak? Atau udah males karena lupa sama jalan ceritanya? Wkwk.

Marriage Contract (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang