Waktu sudah menunjukan pukul tujuh lebih lima belas menit saat Hyera sudah menyelesaikan sebagian pekerjaannya. Seperti menyapu lantai, menjemur pakaian Young Jae yang sudah sempat ia cuci kemarin sore, dan lain sebagainya.Wanita itu lantas kembali ke kamarnya, membuatnya lumayan terkejut karena ternyata sampai sekarang suaminya belum bangun dari tidurnya juga.
"Tidak biasanya Jimin seperti ini," gumamnya sendiri.
Meskipun biasanya Jimin memang cukup sulit untuk dibangunkan, tapi ia tidak pernah tidur sampai sesiang ini.
Suaminya itu adalah orang yang pekerja keras, menjadi seorang Direktur utama di perusahaannya sendiri tak lantas membuatnya bisa bermalas-malas.
"Jim," ujar Hyera seraya sedikit mengguncangkan tubuh suaminya.
"Sudah siang, Jim. Nanti kamu terlambat ke kantor, lho. Kamu bilang kamu ada meeting penting hari ini, kan?"
"Eunghh." Hanya lenguhan kecil yang Hyera terima sebagai sahutan.
Gemas sendiri, wanita itu lantas menarik begitu saja selimut yang membungkus tubuh sang suami.
"Jangan salahkan aku kalau nanti kamu terlambat, ya, Jim. Aku--"
Perkataan Hyera terhenti saat kedua matanya melihat keringat sebiji jagung yang sudah mulai membasahi dahi sang suami. Dengan gerakan spontan Hyera pun menyentuh dahi Jimin, membuatnya lebih terkejut lagi saat merasa suhu badannya yang meninggi.
"Astaga, kau demam, Jim?"
Tanpa menunggu jawaban dari sang empu, buru-buru wanita itu meninggalkan kamarnya sebelum akhirnya kembali dengan sebaskom air dan kain bersih di tangannya.
Dengan telaten Hyera mencelupkan kain tersebut, memerasnya, lalu menempelkannya di dahi sang suami.
Hal itu nampaknya berhasil membuat Jimin mulai terusik dari tidurnya. Perlahan kedua mata sipit itu mulai terbuka, lalu tersenyum manis tat kala wajah istrinya yang pertama kali ia lihat pada saat membuka mata.
"Good morning, my love," ujar Jimin tanpa melunturkan senyumnya.
Sepertinya pria itu belum menyadari keadaannya sendiri.
"Tidak perlu ke kantor hari ini."
Alih-alih menanggapi gombalan dari sang suami, Hyera justru berkata hal yang membuat Jimin mengercitkan dahi tak mengerti.
"Lho, Hye. Kenapa-- eh?"
Kain basah yang tadinya berada di dahi Jimin terjatuh begitu saja saat ia mulai menegakkan badannya, membuatnya langsung mengerti kenapa tiba-tiba saja istrinya berkata seperti tadi.
"Aku baik-baik saja, Hye. Ayolah, aku ada meeting penting hari ini. Kau--"
Lagi-lagi Jimin menghentikan perkataannya ketika tatapan tajam mulai Hyera berikan padanya. Pria itu meneguk ludahnya kasar, nyalinya benar-benar langsung ciut jika sudah melihat istrinya marah seperti ini.
"Tidak ada alasan lagi. Sudah berapakali aku bilang untuk tidak bekerja berlebihan. Namun, apa kau mendengarkan?"
"Tidak, kan? Dan lihat apa yang terjadi sekarang, kau sakit. Jika sudah begini, siapa yang akan dirugikan jika bukan aku dan dirimu sendiri?"
"Jadi, tidak ada bantahan lagi. Aku akan menghubungi Riri, (Sekretaris pribadi Jimin) dan mengatakan jika kau akan cuti untuk hari ini. Mengerti?"
Jika sudah begini, hanya anggukan kepala yang bisa Jimin berikan sebagai jawaban. Menolak pun percuma, karena jika istrinya sudah berkehendak maka itulah yang akan terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Contract (End)
Fiksi PenggemarHanya sekelumit kisah, tentang gadis bernama Song Hyera, yang harus rela menjadi istri kontrak dari seorang Park Jimin.