Part. 26

1.7K 150 9
                                    


Yoongi pov.

Bugh!

Entah sudah berapa banyak pukulan yang aku layangkan pada pria di hadapanku ini. Sekeras apa pun aku mencoba untuk mengendalikan emosiku. Tapi, tetap saja tidak bisa.

Kali ini suami Hyera benar-benar menguji kesabaranku. Pria ini membuatku hilang kendali dengan mengajukan pilihan konyol itu pada Hyera, dan berakhir membuatku memukulinya seperti ini.

"Kenapa hanya diam saja, hah?!" tanyaku emosi.

Sejak tadi Jimin memang hanya diam menerima semua pukulan dariku. Tidak ada perlawanan sama sekali darinya, yang justru membuatku jadi geram sendiri.

Sungguh, aku benar-benar tidak mengerti seperti apa jalan pikiran orang ini!

"Untuk apa?" jawabnya, balik bertanya.

"Aku salah, dan aku pantas menerima ini," lanjutnya, membuatku semakin emosi saja.

"Kau sendiri tahu bahwa itu adalah sebuah kesalahan. Lalu, kenapa kau masih melakukannya, hah? Kau ...."

Aku menggantungkan kata-kataku, melepaskan cengkraman tanganku dari kerah bajunya, menghela napas cukup panjang, dan mencoba untuk mengendalikan emosiku.

"Apa ada pilihan lain?"

Jimin kembali bertanya seraya menyeka darah di sudut bibirnya.

"Tapi tidak dengan cara seperti ini juga!  Kelakuanmu yang seperti ini justru hanya akan membuat Hyera semakin membencimu asal kau tahu!"

Masih dengan intonasi yang sama, aku terus membentak Jimin berharap ia akan menyesali keputusannya.

Lagi pula yang kukatakan benar, bukan? Mana ada wanita yang akan terima mendapat perlakuan seperti ini dari suaminya sendiri?

"Dengar, kau masih punya waktu untuk memperbaiki kesalahanmu. Minta maaflah pada Hyera, selesaikan masalah ini dan bicaralah baik-baik dengannya. Dia--"

"Astaga, sungguh. Kau pikir Hyera akan mendengarkannya?" potong Jimin.

Pria itu lantas tertawa, bersikap seakan semua perkataanku adalah sebuah lelucon baginya.

"Kau mengenal Hyera, kan? Kau pikir dia wanita yang akan luluh hanya dengan sebuah kata-kata manis saja?"

Jimin mulai mendekat, pria itu terlihat menghela napas kasar sebelum kembali melanjutkan perkataannya.

"Hyera itu keras kepala, dia bukan orang yang akan mengambil keputusan menggunakan hatinya seperti wanita pada umumnya. Aku tahu, mungkin dia sedikit lebih dewasa dariku. Namun, tetap saja. Sikap egois dan keras kepalanya tidak jauh beda dari suaminya ini. Hyera memang bukan seorang pendendam. Tapi, kau mengakuinya atau tidak, wanita itu sangatlah menjunjung tinggi harga dirinya. Dia tidak akan kembali begitu saja padaku, dan melukai ego juga harga dirinya dengan melanggar perkataannya sendiri."

Kali ini aku tidak bisa menyangkal ucapannya. Beberapa bulan mengenal Hyera cukup membuatku tahu seperti apa sifatnya itu.

"Meskipun sikapku memang sedikit kurang ajar padamu. Tapi, aku tahu kau adalah pria yang baik. Kau menjaga Hyera, memberikannya pekerjaan dan mendukungnya saat suami bahkan keluarganya sendiri tidak peduli padanya. Dan sungguh, aku benar-benar berterima kasih untuk itu."

Apa ini? Kenapa tiba-tiba saja sikapnya berubah menjadi pria sok bijaksana begini? Atau mungkin, inikah sifat asli di balik sikap angkuh dan sombong seorang Park Jimin ini? 

"Katakan saja apa maumu," ucapku pada akhirnya. Dapat kulihat, pria itu sedikit menyunggingkan senyumnya mendengar perkataanku.

"Kau sendiri tahu jika aku sudah melakukan berbagai macam cara untuk membuatnya kembali padaku. Namun, tetap saja tidak ada hasilnya. Bukannya aku menyerah, tetapi aku benar-benar sudah tidak tahu harus melakukan apa lagi untuk membujuk Hyera."

Marriage Contract (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang