Part. 3

2.8K 237 8
                                    


"Mau ke mana kamu?" tanya Jimin, saat melihat Hyera sudah rapi, dan hendak pergi jika saja ia tak mencegahnya.

Sedangkan Hyera? Wanita itu tersenyum, menghampiri Jimim dan Soojung yang tengah sarapan, dan mengambil satu lembar roti tawar yang ada di sana.

"Apa aku belum mengatakannya, Jim? Sebelum pernikahan kita aku sudah mengajukan lamaran pekerjaan ke beberapa perusahaan, dan yah, aku diterima. Kau tidak keberatan, kan?"

Hyera berbicara dengan santainya, seakan ia telah melupakan kejadian yang kemarin baru saja menimpanya.

"Pergilah jika memang kau mau."

Hyera tersenyum mendengar perkataan sang suami dan berkata,

"Tentu saja, lagi pula seperti katamu. Pernikahan ini hanyalah pernikahan kontrak. Jadi, tanpa persetujuanmu atau tidak, aku juga akan tetap melakukan apa yang aku inginkan," jawabnya.

"Ah, ya. Terima kasih rotinya," lanjutnya, kemudian pergi begitu saja dari sana.

Hyera tidak berbohong, ia memang hendak bekerja, karena kebetulan surat lamaran yang beberapa hari lalu ia ajukan telah diterima oleh salah satu perusahaan. Hyera juga tidak lupa tentang apa yang telah menimpa dirinya, ia hanya tidak ingin terus meratapi nasibnya, dan dianggap lemah oleh orang.

Hyera memang ingin memenangkan hati Jimin, tetapi bukan berarti ia akan memohon, dan menjatuhkan harga dirinya di depan sang suami. Ia punya cara sendiri, untuk memenangkan hati Jimin, dan tidak membuat harga dirinya terlukai.

"Kenapa kau membiarkannya pergi begitu saja, Jim?" tanya Soojung, yang sedari tadi hanya menyimak pembicaraan mereka.

Sedangkan Jimin? Pria itu tersenyum, atau lebih tepatnya menyeringai sebelum akhirnya berkata, "Kau tentu tahu, jika aku tidaklah sebodoh itu, kan?"

"Maksudmu?"

*****
Setelah kurang lebih setengah jam dalam perjalanan menuju tujuannya, saat ini Hyera sudah sampai di kantor tempatnya melamar bekerja.

Sudah sekitar sepuluh menit yang lalu, Hyera disuruh menunggu di ruangan yang ia ketahui sebagai ruangan bos-nya. Namun, sampai saat ini tidak ada satu pun orang yang masuk ke dalam ruangan itu. 

Wanita itu terus menunggu, hingga di menit kelima belas pintu ruangan itu mulai terbuka, dan membuatnya cukup terkejut melihat siapa orang yang sekarang ini sudah berada di hadapannya.

"Jimin?" ucapnya.

Hyera berdiri dari duduknya, mulai berjalan menuju sang suami, dan menatapnya penuh tanda tanya.

"Kenapa? Kau terkejut?" ujar Jimin.

Pria itu semakin mendekat, mengikis jarak di antara mereka, dan membisikkan sesuatu tepat di telinga istrinya.

"Kau pikir aku akan melepasmu begitu saja, hm? Maaf, tidak semudah itu, Hyera."

Jimin tersenyum penuh kemenangan, dari awal ia memang sudah tahu, jika Hyera melamar kerja di perusahaannya. Perusahaan keluarga Park bukan hanya satu, masih banyak perusahaan-perusahaan lainnya yang tidak Hyera ketahui, dan membuat Jimin berpikir jika ia tidak sengaja melamar kerja di perusahaannya.

"Selamat, mulai hari ini kau sudah resmi menjadi Sekretaris pribadiku, Hye."

Masih dengan wajah angkuhnya, Jimin berbicara seakan ia adalah orang paling pintar di dunia. Pria itu bahkan tidak tahu, jika sekarang ini Hyera juga tengah tersenyum manis di belakangnya.

'Bukan aku, tetapi kau lah yang sudah terjebak dalam perangkapku, Jim,' batin Hyera, kemudian kembali memasang tampang bodohnya, saat sang suami beralih menatapnya.

"Ruanganmu berada tepat di sebelahku, siapkan semua berkas-berkas untuk meeting hari ini, dan ikut bersamaku ke pertemuan siang nanti, paham?"

"Nde, Sajangnim," jawab Hyera, lalu pergi begitu saja dari ruangan suami, ah, tidak, bos besarnya.

*****
21. 00 KST.

Waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam, tetapi sampai sekarang Jimin tak juga pulang, membuat Soojung yang sedari tadi menunggu kepulangan suaminya semakin resah dibuatnya.

Wanita itu terus berjalan mondar-mandir, sampai akhirnya terdengar suara mobil sang suami, dan membuat Soojung cukup terkejut saat ia melihat Jimin dan Hyera keluar dari mobil yang sama.

"Jimin, kau--" Belum sempat Soojung menyelesaikan perkataannya, Jimin sudah lebih dulu melenggang masuk ke dalam kamarnya.

"Jimin sedang lelah. Sebaiknya jangan mengganggunya dulu, dan biarkan dia istirahat, Eon," ucap Hyera.

"Siapa kau berani berbicara seperti itu padaku, hah?" balas Soojung tak terima.

"Aku?" kata Hyera seraya menunjuk dirinya sendiri, semakin mendekat pada istri pertama sang suami, kemudian dengan bangga kembali berkata,

"Tentu saja istrinya Park Jimin."

Entah apa yang lucu dari kata-kata Hyera, hingga membuat Soojung terkekeh karnanya.

"Kau ini lupa, atau hanya pura-pura lupa, hm? Kau memang istrinya, tetapi hanya untuk sementara saja. Kau hanyalah istri kontraknya, Hyera. Jadi, jangan mencoba untuk melewati batasanmu itu, paham?" ujarnya sinis, kemudian hendak melangkah pergi dari sana, jika saja ucapan Hyera tidak lebih dulu terdengar di telinganya.

"Mau istri kontrak, atau pun bukan. Untuk saat ini aku tetaplah istrinya Jimin."

Soojung kembali berbalik, seraya menatap tajam kedua mata Hyera.

"Jangan coba-coba menjadi duri antara aku dan Jimin, atau--"

"Soojung Eonni sendiri yang telah menjadikanku duri untuk hubunganmu dan Jimin, Eonni sendiri yang telah membuka jalan untuk kehancuran hubungan kalian. Jadi, jangan salahkan aku jika nantinya aku akan benar-benar merebut Jimin darimu, Eon."

Hyera pergi begitu saja dari hadapan Soojung setelah puas mengatakan isi hatinya. Ia tidak peduli jika nantinya harus disebut sebagai perebut suami orang, toh mereka sendiri yang telah menjadikannya pelakor, bukan?






Tbc ....

Tbc

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Marriage Contract (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang