Part. 10

2.4K 199 10
                                    


Aroma masakan yang menggugah selera mampu membuat wanita cantik, yang sampai saat ini masih setia memejamkan kedua matanya terbangun dari tidurnya. Wanita itu mengucek kedua matanya, meregangkan otot-otot tangannya, dan sedikit menyunggingkan senyumnya melihat pancaran sinar matahari yang mulai masuk ke dalam cela-cela kamar miliknya.

"Jam berapa ini?" gumamnya sendiri.

Namun, seakan lupa dengan pertanyaannya, wanita itu justru kembali mengalihkan atensinya pada bau harum masakan yang membuatnya terbangun dari tidur lelapnya. Perlahan tapi pasti ia mulai turun dari ranjangnya, melangkah dengan sedikit pincang karena kaki kanannya yang terkilir, dan cukup terkejut melihat siluet sang suami yang tengah asik memasak, dengan balutan apron berwarna biru tua yang melekat di tubuh atletisnya.

"Jimin?" Hyera memincingkan matanya, kala mengetahui jika Jimin lah yang tengah memasak di dapur.

"Cuci wajahmu dan makanlah," ucap Jimin, berhasil membuat Hyera sadar dari keterkejutannya.

"E-eoh? Oke, tapi apa yang sedang kau lakukan, Jim?" tanya Hyera, yang langsung dibalas dengan decakan sebal dari suaminya.

"Memasak lah, apa lagi?"

Tentu saja, tetapi bukan itu maksud dari pertanyaan Hyera. Wanita itu hanya bingung, kenapa suaminya ini mau repot-repot memasak? Biasanya juga ia hanya akan memakan roti tawar, atau mungkin buah sebagai menu sarapan paginya.

"Tunggu apa lagi? Kau tidak sedang menungguku untuk mencucikan wajahmu itu, kan?" ujarnya ketus, kemudian melepas apron di tubuhnya setelah selesai dengan masakan buatannya.

Hyera hanya mengangguk patuh, lalu bergegas pergi untuk membasuh wajahnya.

*****
Selesai dengan acara bersih-bersihnya, saat ini Jimin dan Hyera sudah duduk manis di meja makan, untuk menikmati nasi goreng spesial buatan Jimin. Keduanya saling terdiam, hanya ada suara dentingan sendok dan piring yang menemani acara sarapan pagi pasangan suami istri ini.

"N-nasi gorengnya enak juga," ucap Hyera berusaha mencairkan suasana.

"Tapi, mungkin akan lebih enak jika kau sedikit mengurangi garamnya, Jim," tambahnya lagi, karena tak kunjung mendapat jawaban dari sang suami.

"Ah, ya. Ngomong-ngomong di mana Soojung Eonni, Jim? Dari tadi aku tidak melihatnya, dan kenapa--"

"Diam dan habiskan saja makananmu, setelah itu ganti bajumu dan bersiap-siaplah," potong Jimin. Meneguk segelas air putih di tangannya, kemudian mulai beranjak berdiri dari duduknya.

"O-oke, tapi aku belum menyiapkan apa pun untuk meeting siang nanti. Aku--"

"Kita tidak akan ke kantor hari ini." Lagi-lagi Jimin kembali memotong ucapan Hyera.

"Lalu?" tanyanya bingung.

"Dokter, sepertinya kaki kananmu terkilir," jawab Jimin, berhasil membuat Hyera terkejut untuk yang kedua kalinya.

"Tapi, Jim. Aku baik-baik saja, kok. Kau--"

"Dan tidak ada bantahan, arraseo?!"

Sepertinya memotong ucapan istrinya sudah menjadi hobi baru bagi Jimin.
Pria itu langsung melenggang pergi ke kamarnya setelah selesai mengatakan hal itu pada Hyera. Oke, mungkin sekarang ia harus sadar, jika perkataan Jimin adalah hal yang mutlak baginya.

*****
Jika dipikir-pikir, ini pertama kalinya Jimin memberikan perhatian pada Hyera setelah mereka resmi menjalin hubungan suami istri. Hyera pikir sisi baik sang suami tidak akan muncul lagi mengingat alasan di balik pernikahan ini. Namun, sepertinya ia salah. Jimin tidaklah sejahat itu, ia masih punya hati, dan hari ini ia telah membuktikannya dengan membawanya ke dokter untuk memeriksa kakinya.

Marriage Contract (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang