Part. 4

2.7K 225 13
                                    


Soojung Pov.

Jika kalian pikir aku senang, atau mau di madu, maka jawabannya adalah tidak!
Lagi pula, siapa wanita di dunia ini yang mau membagi cinta suaminya dengan orang lain? Tentu saja tidak ada, kan?

Namun, pada akhirnya mau tidak mau aku memang harus melakukan itu. Jimin memang tidak pernah mengatakan, jika ia ingin menikah lagi setelah dokter menyatakan aku tidak bisa memberikan keturunan padanya. Ia bahkan rela, jika nantinya ia tidak akan mendapat warisan dari orang tuanya karena hal ini.

Yah, perlu kalian ketahui, jika bukan Jimin, tetapi aku sendirilah yang memintanya untuk melakukan poligami. Alasannya praktis, aku hanya tidak ingin Jimin dicoret dari daftar warisan hanya karena masalah sepele ini. Jimin lah satu-satunya orang yang pantas mewarisi semua harta keluarga Park, bukan kakak perempuannya, atau pun adik-adiknya!

Jangan salah, aku tidak gila harta, hanya mencoba untuk berpikir realistis saja.

Oke, lupakan itu. Satu rencana sudah berhasil, dan kedua orang tua Jimin pun setuju akan hal itu. Sumber masalahnya di sini adalah Hyera, aku pikir dia hanyalah wanita lemah yang bisa aku atur sesuka hatiku, tetapi sepertinya tidak. Gadis itu tidak sebodoh yang aku duga, wajah polosnya nyatanya hanyalah topeng untuk menutupi sifat aslinya saja.

Khawatir? Tentu, semakin hari Hyera semakin berani menunjukan taringnya. Karena posisinya sebagai seorang sekretaris pribadi Jimin, gadis itu selalu saja mengikuti ke mana pun ia pergi. Hampir dua puluh empat jam penuh mereka habiskan waktu untuk bersama, jika terus seperti itu, bukan tidak mungkin Jimin akan benar-benar mencintainya, kan?

Bayangkan saja, paginya ia berangkat ke kantor bersama Jimin, dan aku pun tidak tahu apa saja yang mereka berdua lakukan di sana. Bukan hanya itu, sering kali aku melihat Jimin pulang larut malam dengannya, jika hanya untuk urusan kantor saja aku tidak masalah. Namun ....

"T-turunkan aku, Jim."

Lamunanku buyar begitu saja saat mendengar suara gadis itu. Yah, selain pergi bersama, mereka juga selalu pulang bersama seperti waktu itu.

Perlahan suara Hyera terdengar semakin jelas di telingaku, aku semakin mendekat, dan kembali merasa terkejut melihat pemandangan di hadapanku.

Apa-apaan ini? Kenapa juga Jimin menggendongnya?!

Soojung pov end.

*****
"Kenapa kau menggendongnya, Jim?!"

Soojung berteriak emosi, saat Jimin dan Hyera sudah berada di dalam rumahnya. Wanita itu merasa tak terima, melihat suaminya menggendong istri keduanya.

"Diamlah, jangan berpikir yang tidak-tidak. Ia hanya mabuk, karena kupaksa minum saat menghadiri pertemuan dengan klien."

"Tapi--" Perkataan Soojung terpotong, karena Jimin yang lebih memilih masuk ke dalam kamarnya, untuk membaringkan tubuh Hyera yang terasa semakin berat di pundaknya.

"D-dasar laki-laki jahat! P-pergi sana!"

Jimin sama sekali tidak mendengarkan ocehan Hyera. Pria itu hanya sibuk mengatur posisi tidur sang istri, sebelum akhirnya menyelimutinya sebatas dada, kemudian keluar dari sana.

"Aku ingin bicara denganmu, Jim," ucap Soojung, yang saat ini tengah berada di ambang pintu kamar madunya.

"Kita bicara nanti, aku ingin mandi dulu, oke?" jawab Jimin. Soojung menggeleng, menarik paksa tangan sang suami, dan menyeretnya masuk ke dalam kamarnya.

"Kau ini kenapa, Soojung?!" tukas Jimin, tak terima akan perlakuan sang istri padanya.

Soojung sama sekali tidak gentar mendengar bentakan dari Jimin, wanita itu justru semakin menatap tajam sang suami.

"Seharusnya aku lah yang menanyakan itu padamu! Kau ini kenapa, Jim? Apa kau sudah mulai mencintai gadis itu, hah?!"

"Apa kau gila?!"

"Bukan aku, tapi kau yang gila! Aku ingatkan, pernikahan kalian hanyalah pernikahan kontrak! Kau tidak boleh merasa kasihan padanya, apalagi mencintainya, Jimin!" balas Soojung, membuat Jimin semakin tersulut emosi.

"Kau bilang apa? Mencintainya?"

"Iya, kau mengakuinya atau tidak, aku tahu jika kau sudah mulai mencintainya!"

"Itu tidak benar, Soojung. Aku ...."

"Itulah kebenarannya, Jim! Kau pikir aku buta, hah?" potong Soojung. Wanita itu semakin mendekati Jimin, memegang erat kedua bahunya dan berkata,

"Kau hanya milikku, tidak ada yang bisa memilikimu selain aku! Kau ... kau tidak bisa mengkhianatiku, Jim! Kau sudah berjanji untuk itu, kan? Kau--"

"Diam!" potong Jimin seraya menepis kasar kedua tangan Soojung dari bahunya.

"Kau sendiri yang memintaku untuk menikahinya. Bukankah aku sudah menolak? Tapi kau yang terus memaksaku, Jungie! Lalu, kenapa sekarang kau malah menyalahkanku? Jika kau memang tidak percaya padaku, kenapa juga kau memintaku untuk melakukan hal itu, hah?!" bentak Jimin penuh emosi.

Sedangkan Soojung? Wanita itu hanya terdiam di tempatnya, mencoba mencerna setiap kata-kata Jimin, sebelum akhirnya kembali tersadar saat Jimin mulai melangkah pergi dari kamarnya.

"Yaa, mau ke mana kau, Jim!"

Jimin berdecih, membanting kasar pintu kamar sang istri pertama sambil berteriak,

"Melakukan hal yang seharusnya sudah aku lakukan dari awal! Sampai saat ini aku hanya mencintaimu, Jung! Dan masalah di antara kita hanya akan selesai, jika alasan dari pernikahan kontak ini terwujud!"

Soojung tersenyum simpul mendengar jawaban Jimin. Ia tahu betul apa maksud dari ucapannya itu. Tak apa jika kali ini ia harus merelakan sang suami bercinta dengan wanita lain, karena dengan itu lah hidupnya akan terjamin.

Lagi pula, setelah ini Jimin juga akan tetap menjadi miliknya, bukan?






Tbc ....

Tbc

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Marriage Contract (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang