SECOND PLATOON BASECAMP

88 6 0
                                    

"Aeseol-ah, bangun..." Guncangan lembut itu membuat seseorang yang tidur, terbangun.

Aeseol membuka matanya dan terkejut saat melihat sekelilingnya. Ia berada di dalam tenda miliknya. Tenda yang ia dirikan di basecamp.

"Aeseol-ah, gwenchana ?"

Aeseol bangun, mengubah posisinya menjadi duduk. Menatap sahabatnya. "Nara-ya..."

"Ya ?" Nara menatap. Ia duduk menatap sahabatnya.

"Apa ini mimpi ?" Aeseol menatap.

Nara mengerutkan keningnya, bingung. "Mimpi ?"

Aeseol bisa  mendengar suara para gadis-gadis di luar tendanya.

"Aeseol-ah, apa kamu baik-baik saja ?" Nara bertanya.

Aeseol menatap sahabatnya. "Nara-ya, tolong cubit aku..."

Tanpa aba-aba, Nara langsung mencubit pipinya. "Auuh... Appo..." Aeseol menjerit kesakitan.

"Kamu memintaku untuk mencubitmu..." Nara menatap.

"Tapi jangan keras seperti itu. Appo..." Aeseol mengelus pipinya yang dicubit Nara.

"Mianhae..." Nara mengelus-elus pipi Aeseol dengan lembut.

Aeseol menatap sahabatnya, "Nara-ya, aku baru saja mendapat mimpi yang sangat buruk..." katanya.

Nara menatap Aeseol. "Benarkah ? Apa kamu mau cerita ?" tanyanya.

Aeseol menatap Nara, "Kamu pasti tidak akan percaya..." katanya.

"Aku percaya apa yang kamu katakan..." Nara menatap.

"Jinjja ?" Aeseol menatap.

Nara mengangguk.

"Aku—" ucapan Aeseol terputus karena tendanya terbuka, memperlihatkan sosok perempuan berkacamata.

"Yoojung-ah !" Aeseol berseru.

"Ya, ada apa ?" Yoojung masuk ke dalam tenda dan duduk.

"Aku merindukanmu..." Aeseol mengutarakan perasaannya.

"Mwo ?" Yoojung bingung.

"Kim Yoojung, kamu benar-benar Banjang terbaik yang pernah aku miliki.." Aeseol berkata dan memeluknya.

Yoojung terkejut karena Aeseol memeluknya tiba-tiba. Ia menatap Nara, bertanya lewat matanya. Nara hanya menggelengkan kepalanya, menandakan bahwa ia tidak tahu.

"Aeseol-ah, apa kamu baik-baik saja ?" Yoojung bertanya.

"Aku mendapat mimpi buruk tadi. Dan aku sangat takut kehilanganmu, Banjang..." Aeseol berkata, masih memeluknya.

"Ah... Mimpi buruk..." Yoojung mengerti dan memeluk Aeseol, menepuk-nepuk punggungnya dengan lembut.

"Kamu tidak merindukanku ?" Nara menatap.

Aeseol melepas pelukannya, menatap Nara. "Kamu baik-baik saja di mimpiku..." Ia berkata.

"Jadi dalam mimpimu... Nara baik-baik saja dan aku tidak ?" Yoojung menatap.

Aeseol mengangguk-angguk. "Aku tidak tahu kenapa aku memimpikan itu, Banjang. Itu menakutkan bagiku. Aku tidak mau kehilangan keluarga Peleton Dua..."

"Aigoo... Ini anak siapa ? Menggemaskan sekali..." Yoojung memeluk Aeseol dengan penuh keibuan.

Aeseol tertawa cekikikan. Nara tersenyum, ia ikut bergabung. Mereka bertiga saling berpelukan.

DUTY AFTER SCHOOL : SECOND CHANCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang