Setelah keluar dari kamar para gadis-gadis, Aeseol bertemu dengan salah satu teman laki-lakinya.
"Jangsoo !" Aeseol memanggil namanya.
Pemuda itu terkejut melihat Aeseol memanggilnya. Ia menatap teman perempuannya.
"Ada apa ?" tanyanya.
"Apa kamu melihat Soyeon ?" Aeseol menatap.
"Dia ada di pos jaga. Aku berniat pergi ke sana..." Jangsoo menatap.
"Jangsoo, kurasa aku saja yang menemaninya..." Aeseol menatap.
Jangsoo menatap Aeseol, "Baiklah..." katanya.
"Gomawo..." Aeseol segera berlari pergi keluar Basecamp.
Jangsoo memandangi kepergian Aeseol. Ia terkekeh geli melihat Aeseol berlari seperti anak berusia lima tahun.
••••••
Aeseol menemukan Soyeon yang sedang berjaga di pos jaga. Ia berjalan mendekat, kemudian duduk di salah satu kursi. Soyeon menolehkan kepalanya, melihat salah satu teman perempuannya.
"Aeseol, kenapa kamu kemari. Ini bukan giliranmu jaga..." Soyeon menatap.
"Aku tahu. Aku sudah bilang pada Jangsoo tadi..." Aeseol menatap. Ia meletakkan satu bungkus Pepero di meja.
Soyeon melihat camilan tersebut. Ia menatap Aeseol.
"Kamu bisa membuangnya, kalau tidak mau..." Aeseol menatap.
"Gomawo..." Soyeon menatap. Ia mengambil Pepero pemberian dari Aeseol.
Aeseol membuka Pepero dan mulai memakannya. Soyeon meliriknya sebelum membuka bungkusan Pepero. Ia membuka Pepero dan mulai memakannya.
Suasana hening menyelimuti keduanya.
"Sejujurnya aku..."
Soyeon menatap Aeseol, menunggu apa yang akan dikatakan oleh gadis itu.
"Aku ingin menjadi temanmu sejak kelas Sepuluh..." Aeseol menatap.
Soyeon terkejut mendengarnya.
"Kamu cantik dan populer..."
"Lalu kenapa kamu tidak melakukannya ? Mendekatiku ?" Soyeon bertanya.
Aeseol menatap Soyeon lekat-lekat. Senyum sedih tersungging di bibirnya. "I can't..."
"Apa karena Bora ?" Soyeon menatap.
Aeseol menarik nafas, memakan Pepero. Ia memandangi langit. "Aku takut. Kamu tidak mau menerimaku sebagai temanmu seperti Bora..."
Soyeon memahami perasaan Aeseol. Sejak kelas Sepuluh, Bora selalu merundung Aeseol.
Saat di sekolah, Aeseol merupakan murid pendiam dan pemalu. Karena perawakannya yang pendek dan terlihat lemah, ia sering dianggap sebagai beban oleh sebagian teman sekelasnya, termasuk Bora.
"Aku mau menjadi temanmu..." Soyeon menatap.
Aeseol menatap Soyeon. Mata keduanya bertatapan lama.
"Gomawo..." Aeseol berkata, kemudian mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Kenapa aku baru menyadarinya sekarang..." Soyeon berkata.
Aeseol menatap Soyeon, "Mwo ?" Ia bertanya.
"Kamu sangat menggemaskan..." Soyeon menatap.
Aeseol menatap ke arah lain. Soyeon tertawa kecil melihat telinga Aeseol yang memerah karena malu.
"Pantas saja Nara selalu peduli padamu. Aku sempat berpikir jika Nara memiliki perasaan padamu..." Soyeon berkata.
Aeseol terdiam. Teringat dengan kata-kata yang dibisikkan oleh Nara sebelum ia meninggal.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUTY AFTER SCHOOL : SECOND CHANCE [END]
FanfictionSalah satu karakter 'Duty After School' melakukan perjalanan waktu. No Aeseol terbangun dan mendapati dirinya berada di basecamp- tempat tinggal Peleton Dua SMA Sungjin.