YEON BORA

23 2 0
                                    

Soyeon, Yeonjoo dan Yoojung memasuki kamar mereka. Ketiganya melihat Aeseol tidur bersama Nara di dalam tenda.

"Soyeon-ah, kamu mau ngapain ?" Yoojung melihat Soyeon membawa bantal.

"Tidur di sebelah kanannya..." balasnya singkat.

"Aiiish..." Yoojung geleng-geleng kepala.

Soyeon berbaring di sebelah kembarannya, mulai memejamkan matanya dan tidur.

Yoojung dan Yeonjoo geleng-geleng kepala. Mereka lalu pergi ke kantong tidur masing-masing. Hanya Aeseol dan Joonhee yang memilih mendirikan tenda.

Sementara di kamar lain, Bora duduk melamun di kantong tidurnya. Joonhee dan Soyoon berada di tenda. Soonyi dan Hana melipat pakaian dalam mereka.

"Bora-ya, apa kamu suka Youngshin ?" Hana menatap.

Bora menatap Hana, "Kalau kamu mau, ambil saja dia..." Ia berkata.

"Jadi kamu benar-benar menyukai No Ae ?" Hana menatap.

"Jangan ikut campur dengan urusanku..." Bora benar-benar kesal dengan sikap Hana yang suka mencampuri urusan orang lain.

"Mianhae..." Hana berkata.

"Shibal..." Bora segera masuk ke dalam kantong tidurnya. Memilih tidur.

"Berhentilah mencampuri urusan orang lain..." Soonyi menatap Hana.

"Kamu akan kehilangan sahabatmu satu-satunya. Sekarang Soyeon sudah menemukan kembarannya..." Soonyi berkata.

Hana terdiam. Selama ini orang yang ia bully adalah kembaran sahabatnya.

••••••

Malam harinya... Bora terbangun dari tidurnya kala perutnya terasa nyeri. Ia memutuskan untuk keluar dari kamar. Mencari pembalut, tapi tidak menemukannya.

"Aiiish... Shibal ! Dimana mereka menyimpannya ?" Bora mengumpat. Rasa nyeri di perutnya semakin bertambah.

Bora memilih duduk di kursi, meringis sambil menyentuh perutnya yang nyeri.

"Bora ?" Suara familiar menyapa telinganya.

Gadis itu menolehkan kepalanya, matanya menyipit kala melihat cahaya senter menyinarinya.

"Apa kamu baik-baik saja ?"

"No Ae..."

"Bora, apa perutmu sakit ? Aku akan membangunkan Yeonjoo—"

"Ani. Sepertinya aku sedang datang bulan..."

"Ah !" Aeseol paham. "Tunggu sebentar..."

Bora melihat Aeseol kembali dengan membawa satu pack pembalut dan menyerahkannya padanya.

"Ayo, aku akan menemanimu ke toilet..." Aeseol menatap dan membantu Bora berdiri.

Bora tidak bisa menolaknya, karena perutnya sangat nyeri. Ia benar-benar malu karena terlihat lemah saat mengalami datang bulan.

••••••

Toilet berada di luar basecamp dan jauh. Aeseol menunggu sampai Bora selesai.

Salah satu pintu bilik terbuka, Aeseol menatap Bora yang baru saja keluar.

"Bora, wajahmu pucat. Apa itu sangat sakit ?" Aeseol menatap.

Bora mengangguk kecil, dua tangannya menyentuh meja wastafel, sambil mencondongkan tubuhnya. Menahan rasa nyeri.

Aeseol menatap Bora yang terlihat menahan rasa sakit. Tangannya terulur dan ia mengelus-elus punggung bawah Bora dengan lembut berharap mengurangi rasa sakitnya.

"Nenekku pernah melakukan ini padaku..." Aeseol berkata.

Bora terdiam, ia mulai merasa rileks.

••••••

Karena tidak ada yang berjaga, Aeseol dan Bora memilih berjaga di pos, duduk berduaan sambil memandangi langit gelap yang dihiasi dengan sedikit Induk Bola di atasnya.

Aeseol memasangkan jaket hitamnya pada Bora untuk melindunginya dari udara dingin.

Bora diam saja, jika menolaknya, Aeseol akan pergi meninggalkannya. Ia tidak ingin kehilangan kesempatannya untuk berduaan dengan Aeseol. Selama ini Nara yang selalu menghabiskan waktu bersama Aeseol.

"Aku tahu ini bukan urusanku. Tapi aku sempat mengira kamu suka Youngshin..." Aeseol membuka pembicaraan.

Bora menatap Aeseol. "Kenapa kamu berpikir seperti itu..." tanyanya.

"Saat kamu memarahiku karena kita mendapat makanan sisa. Youngshin bilang dia akan menjadi pacarku dan kamu terlihat marah, saat itulah aku berasumsi bahwa kamu menyukai Youngshin..." Aeseol berkata.

Bora menatap Aeseol. "Tebakanmu salah..." Ia mencibir.

"Jadi kamu menyukaiku ?" Aeseol menatap.

Bora terkejut mendengarnya, menatap Aeseol. "Apa maksudmu ? Jangan berbicara omong kosong..."

"Kenapa ? Apa kamu tidak mau jadi pacarku ?" Aeseol menatap, menirukan ucapan Youngshin di kehidupan sebelumnya.

Bora menatap Aeseol dengan mata lebarnya. "Kita sama-sama Yeoja..."

"Lalu kenapa kamu tidak suka melihatku bersama Nara. Atau kamu suka Nara ?" Aeseol menatap.

"Aiiish... Kau ini ! Berhenti bicara omong kosong. Kau mau mati !" Bora menatap.

"Aku bersedia mati..." Aeseol menatap.

Bora terdiam menatap Aeseol. "Jangan katakan itu !" Ia memukul bahunya.

Aeseol tersenyum kecil. Bora jadi salah tingkah dan pipinya memerah.

DUTY AFTER SCHOOL : SECOND CHANCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang