Saat ini Aeseol sedang duduk di sofa, menulis sesuatu di jurnalnya. Ia akan berusaha melindungi semua temannya selamat dari malam pembantaian itu.
Terdengar suara langkah kaki berjalan mendekat dan ada seseorang yang duduk di sebelahnya.
"Aeseol-ah..."
Gadis itu mengenali suaranya. "Ya, Youngshin ?" Ia mendongak menatap pemuda berkacamata itu.
Youngshin menatap Aeseol. "Ada sesuatu yang ingin aku katakan..."
Aeseol menutup buku jurnalnya, menatap Youngshin.
"Bagaimana kamu tahu—"
"Tentu saja aku tahu. Kamu selalu memperhatikan Bora sejak kelas Sepuluh..." Aeseol menatap.
Youngshin terkejut. "Apa sejelas itu ?"
Aeseol mengangguk.
"Mianhae..."
"Wae ?"
"Aku memanfaatkanmu untuk mencari perhatiannya..."
Aeseol terkekeh. "Gwenchana. Aku tidak marah..."
Youngshin menatap Aeseol. "Jinjja ? Kamu tidak marah ?"
Aeseol menggeleng. Youngshin merasa beban di pundaknya terangkat.
"Kurasa kamu harus mengutarakan perasaanmu padanya..." Aeseol menatap.
Youngshin menatap Aeseol. "I-itu..."
Aeseol menunggu Youngshin menyelesaikan ucapannya. Tapi pemuda itu tidak kunjung mengatakannya.
"Seolma— apa Bora tidak memiliki perasaan yang sama sepertimu ?" Aeseol menatap.
Youngshin menatap Aeseol, "Bagaimana kamu bisa tahu ?" Ia mengeluh.
Aeseol tertawa. "Wajahmu. Aku bisa membacanya..."
Youngshin tampak lesu. "Kami memutuskan untuk berteman saja..."
"Jinjja ? Semudah itu. Dia menolak berteman denganku..." Aeseol mencibir.
Youngshin menatap Aeseol.
"Aeseol-ah, sebenarnya Bora... Dia..." Youngshin tampak ragu-ragu untuk mengatakannya.
Aeseol menatap Youngshin.
"Bora. Dia—"
"Youngshin !" Terdengar suara seseorang memanggil.
Aeseol dan Youngshin menoleh melihat Park Soyoon berlari mendekat.
"Apa kamu berhasil memperbaiki radio ?" tanyanya menatap.
Youngshin menggeleng. "Tidak..."
"Aiiish... Shibal !" Soyoon mengumpat.
Soyoon menatap Aeseol dan Youngshin bergantian.
"Kalian berdua ngapain ! Banjang meminta kita untuk berkumpul. Palli !"
"Baiklah..."
Aeseol dan Youngshin bangkit, mengikuti Soyoon yang berjalan duluan.
••••••
Begitu sampai di sebuah tempat, Aeseol sudah menduga ini tetap terjadi. Nara menyisakan kursi kosong di tengah. Aeseol menempati kursi itu. Soyeon dan Nara duduk mengapitnya.
Tidak jauh dari mereka bertiga, Bora duduk bersama Hana, memperhatikan bagaimana Soyeon memberikan perhatian manis pada Aeseol.
"Bora-ya, Soyeon tidak berteman dengan kita lagi ?" Hana berbisik.
"Biarkan saja."
Hana cemberut. Ia benar-benar tidak suka dengan No Aeseol.
"Yedera, perhatian !"
Mereka semua menatap ke arah Kim Yoojung.
"Karena radio kita rusak dan kita tidak bisa mendapatkan informasi. Kita akan melakukan pemungutan suara..." Yoojung menatap.
"O artinya tinggal. X artinya pulang..."
Jangsoo meletakkan kardus untuk wadah kertas suara. Soochul lalu membagikan kertas kecil pada teman-temannya satu per satu.
Aeseol menerima kertas dari Soochul. Keduanya bertatapan sangat lama, seperti mengirim pesan lewat mata.
"Gomawo, Soochul..." Aeseol berkata.
Soochul mengangguk, tersenyum kecil.
Hana melihat semuanya, ia mendengus kesal karena Soochul tidak pernah tersenyum padanya.
Aeseol langsung mengisi kertas itu dengan menulis 'O' yang berarti ia memilih tinggal di basecamp.
Diam-diam Nara dan Soyeon melirik kertas milik Aeseol. Keduanya ikut mengisi kertas mereka dengan pilihan yang sama.
Youngshin menjulurkan lehernya, melihat kertas milik Aeseol dan terkejut dengan pilihan gadis itu. Diam-diam ia memberi kode pada Bora, gadis bermarga Yeon memahami kodenya.
Dua orang itu juga mengisi kertas mereka dengan pilihan yang sama seperti Aeseol.
"Bora-ya, kamu memilih pulang, kan ?" Hana menatap.
Bora tidak menjawab, melipat kertas miliknya.
Aeseol berdiri dari tempat duduknya, "Biar aku saja..." Ia mengambil kertas milik Nara dan Soyeon, lalu berjalan menuju depan dan memasukkan tiga kertas itu ke dalam kotak kardus.
Saat berbalik badan, Aeseol hampir bertabrakan dengan Bora. "Mianhae..." Ia berkata.
Aeseol kembali duduk. Soyeon dan Nara menyandarkan kepala mereka di bahu Aeseol. Satu per satu maju untuk mengumpulkan kertas suara mereka.
Pemungutan suara akhirnya dihitung. Soochul mengambil kertas. Yoojung membukanya dan memperlihatkan pilihan masing-masing. Jangsoo menulis jumlah suara di papan tulis.
Aeseol hanya diam kala terdengar suara protes dari Heerak dan tiga gadis yang tidak terima dengan hasil suara tersebut. Tinggal adalah suara mayoritas.
X : 8 orang
O : 11 orang
KAMU SEDANG MEMBACA
DUTY AFTER SCHOOL : SECOND CHANCE [END]
FanfictionSalah satu karakter 'Duty After School' melakukan perjalanan waktu. No Aeseol terbangun dan mendapati dirinya berada di basecamp- tempat tinggal Peleton Dua SMA Sungjin.