SOYEON'S SAD STORY

26 3 0
                                    

Aeseol merasa dirinya beruntung atau tidak. Karena ia melakukan perjalanan waktu setelah kematiannya. Gadis itu memeriksa buku jurnalnya dan melihat catatannya terlihat tanggal hari ini. Minggu, 27 November 2022 — sebulan setelah kematian Letnan Lee Chunho.

Saat ini Aeseol berada di tendanya. Ia mendongak melihat tendanya terbuka, Soyeon menyembulkan kepalanya.

"Anak bayi..."

Aeseol menggeleng pasrah kala ia mendapat panggilan baru. Soyeon masuk ke dalam dan duduk, di sebelah gadis berambut pendek itu.

"Menulis diary ?" Soyeon menatap.

"Ya..." Aeseol menyahut.

Soyeon melihat catatan milik Aeseol. "Kamu rajin menulis semua kegiatan kita..."

Aeseol tersenyum, "Untuk bukti perjuangan kita. Peleton Dua SMA Sungjin."

Soyeon menatap Aeseol. "Aku bertanya-tanya kenapa kamu ikut pelatihan ?"

Aeseol menatap Soyeon. "Aku sebenarnya tidak ingin ikut, tapi Nenekku menganggap pelatihan itu hanya kegiatan biasa. Nenekku memaksaku ikut karena dia ingin aku menghabiskan waktu bersama teman-temanku karena kami sebentar lagi lulus..."

Soyeon hanya mendengarkan.

"Lalu bagaimana denganmu ?" Aeseol menatap.

"Aku memaksa Appa-ku untuk menandatangani formulir itu..." Soyeon menatap.

"Dan apa kamu menyesal ?" Aeseol menatap.

"Awalnya aku menyesal, tapi... Aku mulai terbiasa..." Soyeon menatap.

"Nado..." Aeseol menatap.

"Kamu sama Nara sangat dekat sampai kamu tahu ulang tahunnya ?" Soyeon menatap.

Aeseol menatap Soyeon. "Nara pernah mengundangku ke pesta ulang tahunnya..."

Soyeon melotot. "Mwo ? Nara bahkan tidak mengundang teman-teman sekelasnya ?"

Aeseol terkekeh. "Nara mengundangku saat kita masih kelas Sebelas. Aku sering membantu Nara belajar bahasa Korea di rumahnya..."

"Oh..." Soyeon mengerti. "Lalu bagaimana Nara bisa tahu ulang tahunmu ?" tanyanya menatap.

"Aku pernah mengajak Nara makan Jjangmyeon di Restoran Nenekku saat aku ulang tahun..." Aeseol menatap.

Lagi-lagi Soyeon melotot. "Mwo ! Kenapa kamu tidak mengundangku !" Ia memukul bahunya dengan pelan.

"Kamu jalan-jalan bersama dua sahabatmu waktu itu..." Aeseol menatap.

Soyeon terkejut. "Bagaimana kamu tahu ?" tanyanya menatap.

"Kamu mengunggah banyak foto di Instagram..." Aeseol menjawab.

"Kamu punya akun Instagram juga ?" Soyeon menatap.

Aeseol mendengus. "Ya iyalah. Kamu pikir aku primitif ?" Ia menatap.

"Hahahaha !!!" Soyeon tertawa.

"Aiiish... Kamu malah tertawa..." Aeseol menatap. Tapi ia tidak menyembunyikan senyumnya.

Soyeon merebahkan tubuhnya dan kepalanya berada di atas bantal milik Aeseol.

Gadis berambut pendek, melepas seragam Tentara yang ia kenakan dan menggantinya dengan pakaian biasa.

Soyeon melihat tanda lahir yang terletak pada punggung sebelah kiri. "Kamu punya tanda lahir..." Ia bertanya, dan mengubah posisinya menjadi duduk.

Aeseol yang mendengarnya hanya diam, langsung memakai kaos berlengan panjang, menutupi tubuh kurusnya.

"Aku tidak tahu aku punya tanda lahir. Aku tidak bisa melihatnya..." Aeseol berkata.

Soyeon menatap Aeseol. "Kamu mengingatkanku pada seseorang..." Ia berkata.

Aeseol berbalik badan menatap Soyeon.

"Aku tidak pernah memberitahu siapapun. Kalau aku punya kembaran..." Soyeon menatap Aeseol yang tidak menunjukkan reaksi apa-apa.

"Namanya Cha Hayeon. Dia diculik sepulang sekolah dan—" Soyeon berusaha menahan air matanya. "Dia dibunuh oleh Shibal Ahjussi... Jasadnya dibakar..."

Aeseol segera berjongkok dan memeluk Soyeon, mengusap punggungnya dengan lembut. Ia bisa merasakan nafas Soyeon berhembus di telinganya.

"Setelah kejadian itu... Eomma-ku tidak pernah tersenyum lagi..." Soyeon terisak sambil memeluk Aeseol yang terus menepuk-nepuk punggungnya dengan lembut.

Soyeon bisa merasakan dekapan hangat penuh kasih sayang dari Aeseol, membuatnya ingin menghentikan jalannya waktu, ia ingin menyalurkan semua kesedihannya.

1. Kehilangan kembarannya.
2. Tidak lagi melihat senyuman sang Ibu.
3. Ditinggal mati oleh cowok yang ia sukai.

Cukup lama Aeseol berpelukan dengan Soyeon, sampai tidak sadar gadis bermarga Cha sudah tertidur di pelukannya. Ia terus menepuk-nepuk punggungnya.

Aeseol mendongak melihat tendanya terbuka, memperlihatkan tiga kepala menatapnya. Yoojung, Yeonjoo dan Nara.

"Soyeon tidur..." Yeonjoo berkata.

Aeseol menatap. "Mwo ? Tidur ?" tanyanya.

Ketiganya mengangguk.

"Pantas saja..." Aeseol menarik nafas. "Tolong bantu aku, pindahin Soyeon ke sini..."

Yoojung lalu masuk ke dalam, membantu Aeseol, memindahkan Soyeon. Ia membaringkan kepala Soyeon di bantal milik Aeseol.

Yeonjoo mengambil selimut milik Soyeon. Menyerahkannya pada Yoojung. Sang Ketua Kelas itu menyelimuti Soyeon.

Aeseol merangkak keluar dari tendanya. Ia berdiri dan melakukan peregangan otot. Nara memberinya pijatan pada bahunya.

DUTY AFTER SCHOOL : SECOND CHANCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang