"Sebentar lagi makan malam. Ayo kita masuk..." Aeseol menatap.
Soyeon mengangguk. Aeseol menatap Soyeon yang memegang tangannya.
"Kenapa kamu memegang tanganku ?"
"Karena kita chingu sekarang..."
Aeseol menatap Soyeon, senyum kecil tersungging di bibirnya.
Mereka berdua turun dari gedung yang dijadikan sebagai pos jaga. Berjalan menuju basecamp sambil bergandengan tangan.
Tempat yang dijadikan sebagai basecamp Peleton Dua adalah Tempat Peristirahatan Yongdu. Sejak awal datang, ada beberapa stok makanan instan yang bisa mereka konsumsi saat itu. Dan sekarang mereka harus mencari persediaan untuk bertahan hidup.
"Aku ingat Pak Song tidak punya rambut. Wig-nya lepas waktu mengejar Ilha sama Heerak..." Soyeon bercerita.
Aeseol tertawa. "Aku juga ingat waktu Pak Song berjongkok untuk mengambil botol sampah. Wig-nya lepas tertiup angin..."
"Hahahaha..." Soyeon tertawa.
Yoojung dan enam belas temannya melihat Soyeon dan Aeseol masuk bersama. Mereka melihat Soyeon menggandeng tangan Aeseol dan tertawa mendengar cerita Aeseol.
Aeseol menyadari banyak pasang mata menatap ke arahnya dan Soyeon.
"Oh... Mereka melihat kita..." Aeseol melihat Yoojung dan enam belas temannya berkumpul di tempat yang dijadikan sebagai tempat berkumpulnya Peleton Dua.
Soyeon juga melihat semua temannya menatap ke arahnya. Ia berhenti tertawa, masih setia memegang tangan Aeseol.
"Soyeon-ah, akhirnya kamu tertawa..." Hana berseru senang, ia mendekati Soyeon, hampir menginjak kaki Aeseol yang berdiri di sebelah Soyeon.
Aeseol meringis, melepas tangan Soyeon dan memilih mendekati Nara, berdiri di sebelahnya.
Hana memeluk Soyeon dengan manja. Bora mengusap punggung Soyeon dengan lembut. Soyeon kembali ke mode pendiam. Ia menatap Aeseol, yang juga menatapnya.
"Soyeon, tersenyumlah..." Aeseol menatap.
Soyeon menggelengkan kepalanya. Aeseol tidak kehabisan ide, ia lalu membuat ekspresi wajah lucu dan berhasil membuat Soyeon tertawa.
Yoojung dan teman-temannya melihat Soyeon tertawa. Sudah sebulan sejak kematian Letnan Lee, Soyeon berubah menjadi pendiam.
Perubahan yang cukup mengejutkan bagi mereka adalah Aeseol. Gadis yang paling pendek itu dikenal sebagai salah satu murid pendiam dan pemalu tapi sekarang Aeseol mulai banyak berinteraksi.
"Aeseol-ah, kamu berhasil membuat Soyeon tertawa..." Jangsoo menatap.
Aeseol tersenyum— mereka tidak menyangka jika senyum Aeseol sangat manis, membuat gadis itu terlihat cantik.
"Wah... Jinjja yeppeo..." Soochul menatap.
"Neomu yeppeo..." Youngshin menatap.
"Ilha, gadis yang kamu taksir cantik juga ternyata..." Heerak berkata.
"Majja... Aku bahkan tidak bisa bernafas sekarang.." Ilha menatap Aeseol tanpa berkedip.
"Aeseol yeppeo tapi Banjang tetap di hatiku..." Taeman menatap.
Chiyeol, Deokjoong dan Youngsoo melihat Aeseol, baru kali ini mereka melihat senyum manis salah satu teman perempuan mereka.
Yoojung menahan tawa geli melihat ekspresi para laki-laki.
"Banjang, mereka kenapa ?" Aeseol menggaruk kepalanya.
"Aeseol-ah, mereka kaget melihat senyummu..." Yoojung menatap.
Aeseol mengerutkan keningnya. "Apa di sekolah aku jarang tersenyum ?"
"Kamu tidak pernah tersenyum. Seperti Nara..." Yoojung menatap.
"Oh..." Aeseol melihat Nara yang juga menatapnya.
Nara mendekatkan dirinya dan berbisik di telinga Aeseol, "Senyummu sangat manis..." Ia memuji.
Aeseol tersenyum menatap sahabatnya. Ia melihat ke arah lain dan menemukan tatapan mata Yeon Bora ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUTY AFTER SCHOOL : SECOND CHANCE [END]
FanfictionSalah satu karakter 'Duty After School' melakukan perjalanan waktu. No Aeseol terbangun dan mendapati dirinya berada di basecamp- tempat tinggal Peleton Dua SMA Sungjin.