LEE NARA

34 3 0
                                    

Aeseol dan Nara begadang semalaman. Keduanya menghabiskan waktu bersama, duduk di atas anak tangga, menunggu matahari terbit. Nara menyandarkan kepalanya di bahu Aeseol.

"Nara-ya..."

"Ya ?"

"Terima kasih banyak karena kamu bersedia menjadi sahabatku..." Aeseol berkata.

"Seharusnya aku yang berterima kasih padamu..." Nara berkata.

Aeseol mengerutkan keningnya, "Kenapa harus kamu yang berterima kasih ?" tanyanya menatap.

"Kamu tidak pernah mengeluh saat mengajariku bahasa Korea, terus mengajariku sampai aku bisa. Kamu juga tidak pernah mengeluh saat aku memintamu menemaniku ke Toko buku. Berkeliling berjam-jam..." Nara berkata.

Aeseol terkekeh, "Ternyata aku sosok yang perhatian..."

Nara tersenyum. "Kamu sahabatku satu-satunya yang pernah kumiliki..."

"Kamu juga sahabatku. Di saat semua orang enggan menjadi temanku karena aku miskin. Kamu menerimaku apa adanya..." Aeseol berkata.

Nara tersenyum dan memeluk Aeseol. "Apa kamu tahu jika Eomma-ku menginginkan seorang putri lagi ?"

Aeseol menatap Nara, "Ya. Omonim ingin mengadopsiku. Tapi aku menolak, sebentar lagi usiaku 19 tahun. Itu sudah cukup dewasa..."

"Di mata Eomma-ku, kamu masih bayi..."

"Aiiish..."

"Di mataku juga, kamu masih bayi. My baby..." Nara berkata.

"Aiiish... Lee Nara..." Aeseol merengek.

Nara terkekeh. Di belakang, ada dua gadis yang mengawasi keduanya.

"Aeseol-ah, I don't want to lose you. Stay safe with me until the end..." Nara menatap.

Aeseol menatap Nara. "Okay. I will. But you can't change my destiny..."

Nara menatap Aeseol dengan air mata mengalir membasahi pipinya. "Why did you do that ?"

"One of my biggest fears is losing my Second Platoon family..." Aeseol menatap.

Nara terisak, Aeseol lalu membawanya ke dalam pelukannya.

"It's okay. I will protect everyone I love..." Aeseol berkata.

"My baby..."

"Aigoo... Kenapa panggilanku bertambah. Bora memanggilku No Ae. Soyeon memanggilku anak bayi dan sekarang kamu... Aigoo... I'm speechless..." Aeseol frustasi.

Nara tertawa. Ia mengeratkan pelukannya.

Di belakang keduanya, ternyata ada Cha Soyeon dan Yeon Bora. Dua gadis itu menatap pemandangan di depan mata mereka dengan iri.

Soyeon menyenggol lengan Bora dan mengajaknya kembali ke dalam. Keduanya masuk dan duduk di sofa. Keheningan menyelimuti keduanya.

••••••

Aeseol dan Nara masuk ke dalam sambil bergandengan tangan. Gadis berambut pendek itu melihat Soyeon duduk di sofa sambil memegang bola basket kecil.

"Ada Soyeon sama Bora. Kalian sudah bangun. Good morning..." Aeseol menyapa.

Soyeon balas menatap Aeseol dan melempar bola basket kecil itu ke arahnya.

"Oh..." Aeseol berhasil menangkap bola basket kecil itu.

"Aeseol-ah, aku pergi ke kamar..." Nara menatap.

Aeseol mengangguk dan berjalan mendekati Soyeon dan duduk di sebelahnya. Nara pergi ke kamarnya.

Soyeon melirik Bora yang melihat Aeseol. Ia menyenggol lengan Aeseol.

"Semalam kamu tidur dimana ?" Soyeon menatap.

Aeseol balas menatap Soyeon. "Aku tidak tidur. I can't sleep..." jawabnya.

"Hey No Ae, apa Nara juga tidak bisa tidur ?" Bora bertanya dengan nada terdengar sinis.

Aeseol menatap Bora. "Ya, kami sama-sama tidak bisa tidur..." jawabnya.

Bora mendecih sinis.

"Apa kamu tidur nyenyak, Bora ?" Aeseol menatap.

"Tentu saja, aku tidur nyenyak. Aku tidak begadang sepertimu..." Bora menatap.

Aeseol tersenyum menatapnya. Bora jadi salah tingkah melihat senyum Aeseol.

"Hey No Ae !" Bora menatap Aeseol dengan tatapan yang biasa ia tunjukkan pada Aeseol.

"Ya, Bora ?"

"Berhenti membangun hubungan denganku..." Bora menatap.

Aeseol menatap Bora, senyumnya perlahan luntur. "Wae ? Apa kamu tidak suka menjadi temanku ?"

Bora menatap sinis. "Sudah kubilang kita bukan teman."

"Jika kita bukan teman, lalu kita apa ?" Aeseol menatap.

Bora terdiam sejenak.

"Kenapa kamu ingin tahu, No Ae. Pokoknya kita bukan teman..." Bora bangkit dari duduknya dan berjalan pergi.

Aeseol memandangi kepergian Bora, ia menarik nafas panjang. "Shibal, rasa gengsinya tinggi sekali..."

Soyeon yang sedari tadi menyaksikan Aeseol dan Bora, hanya bisa diam.

"Soyeon..." Gadis bermarga Cha menatap Aeseol yang memanggilnya.

"Apa kamu tidur nyenyak ?" Aeseol menatap.

Soyeon mengangguk. Aeseol tersenyum.

DUTY AFTER SCHOOL : SECOND CHANCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang