WE SHOULD NOT HAVE LEFT BASECAMP

72 5 0
                                    

AFTER THE MASSACRE

AFTER THE MASSACRE

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bora-ya... Kumohon bangun... Hiks..." Berapa kali ia terus memohon, tapi sosok di depannya tidak memberikan reaksi apa-apa. Tubuhnya kaku, pucat dan dingin.

Terdengar suara langkah kaki, ia menolehkan kepalanya melihat gadis bersweater putih yang kini memiliki noda merah alias darah.

"Bora-ya..."

"Kenapa kamu meninggalkannya, Hana ?"

"A-aku panik..."

"Aeseol-ah..."

Suara itu membuatnya mengalihkan perhatian dari Hana ke sosok lain. "Nara-ya..." Ia berusaha untuk berdiri tapi luka tembak di bahunya membuatnya meringis.

Aeseol tetap berusaha untuk berdiri, melihat Hana yang menangisi jasad Bora. Aeseol menahan luka di bahu dengan tangannya. Kemudian berjalan tertatih-tatih untuk mendekati sahabatnya.

Saat berjalan, Aeseol melewati jasad salah satu temannya. "Soonyi..." Ia menangis, kemudian kembali berjalan.

Aeseol melihat jasad temannya yang merupakan pelaku pembantaian. Ia jatuh berlutut di lantai, menangis. Dirinya yang menembak Youngsoo untuk menyelamatkan Nara dan teman laki-lakinya.

"Aeseol-ah..." Nara merangkak mendekatinya dan memeluknya. "Gwenchana. Itu bukan salahmu. Kamu menyelamatkanku dan Chiyeol serta Hana..."

"Nara-ya... Bora... Dia... Hiks..."

"Aeseol-ah..."

Aeseol melepas pelukan Nara dan melihat teman laki-lakinya.

"Apa kamu baik-baik saja ?" Chiyeol menatap.

Aeseol menggeleng. "Tidak ada yang selamat selain kita ?"

Chiyeol menggeleng. "Apa yang harus kita lakukan ?" tanyanya menatap.

"Kita akan mengubur mereka besok pagi..." Aeseol menatap.

Chiyeol mengangguk setuju.

"Aku akan mengobati luka kalian ?" Aeseol menatap keduanya.

"Aku akan mengambil ransel Yeonjoo-"

"Ani. Aku saja..."

"Aeseol-ah..."

DUTY AFTER SCHOOL : SECOND CHANCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang