YOU DON'T KNOW ANYTHING ABOUT MY LIFE

43 4 0
                                    

"Siapa saja yang memilih tinggal ! Sialan !" Heerak mengumpat.

"Aku mau pulang ? Hiks... Eomma !" Soonyi menangis.

"Bora-ya, kamu memilih apa ?" Hana merengek.

"Aiiish... Sialan !" Joonhee kesal.

"Sudahlah teman-teman, terima saja hasilnya..." Yoojung menatap.

"Majja. Ini baru pemungutan suara pertama..." Jangsoo menatap.

"Ya. Jika kita mengambil keputusan untuk meninggalkan basecamp lebih awal, kita tidak tahu bagaimana keadaan di luar sana..." Soochul menatap.

"Aeseol-ah, kau memilih apa ?" Heerak bertanya.

Aeseol menatap Heerak, "O..."

"Mwo ?" Heerak, Soonyi dan Joonhee menatap Aeseol.

"Jadi kau memilih tinggal !" Hana menatap tajam.

"Memangnya kenapa ? Apa aku tidak boleh memilih suaraku sendiri ?" Aeseol menatap.

Hana mendengus sinis, ia berdiri dari tempat duduknya, berjalan ke tengah-tengah.

"Hey, No Aeseol ! Apa kamu tidak ingin pulang, bertemu dengan Nenekmu ! Dia pasti sendirian di Penampungan ! Apa karena dia bukan Nenekmu jadi kamu tidak mempedulikannya lagi !" Hana menatap sinis.

Semua orang terkejut mendengar perkataan Hana. Bahkan Aeseol juga kaget, bertanya-tanya bagaimana gadis itu tahu dan ia pun menyadari satu hal yang terlintas di benaknya.

Aeseol langsung bangkit dari tempat duduknya, kursi yang didudukinya terdorong hingga jatuh ke lantai. Ia berjalan mendekati Hana.

"What the hell ! What are you talking about, Yoo Hana !" Aeseol marah.

Nara dan Soyeon segera menjauhkan Aeseol dari Hana, bahkan Bora melindungi Hana, berdiri di depannya.

Hana menatap sinis. "Kamu bukan cucunya ! Kamu hanya anak pungut. Kedua orang tuamu membuangmu !" Ia mencibir dari belakang punggung Bora.

Aeseol mengepalkan kedua tangannya. "Fuck your trash mouth !" umpatnya marah.

"Hey, No Ae !" Bora mendorong Aeseol agar menjauhi Hana.

"SHUT UP, YEON BORA !" Aeseol membentak.

Mereka semua terkejut mendengarnya. Aeseol melepas tangan Nara dan Soyeon yang berusaha menahannya.

"Aku sudah bersabar saat kamu selalu membentakku. Tapi kali ini kesabaranku sudah habis..." Aeseol menatap Bora dengan tajam.

Bora menelan ludah melihat tatapan mata Aeseol.

"Get out of the way..." Aeseol menatap Bora. "Aku perlu memberinya pelajaran..."

Glek ! Bora benar-benar tidak menduga bahwa Aeseol menjadi orang yang berbeda jika sedang marah.

"Bora-ya..." Hana merengek kala Bora menyingkir.

"Yoo Hana..." Aeseol berkata dengan nada dingin.

"Jadi kamu menguping pembicaraanku dengan Jangsoo kemarin..." Aeseol menatap.

Hana yang melihat Aeseol menatapnya dengan datar, tiba-tiba menjadi menciut. Ia mundur selangkah.

"Kamu seperti tidak memiliki bahan untuk gosip..." Aeseol menatap. Sorot matanya kini berubah menjadi datar.

Yoojung dan teman-temannya terkejut melihat sosok No Aeseol yang berbeda.

"Apa kamu tidak bisa berhenti mengadu domba. Kamu senang melihatku menderita atau kamu juga senang melihatku dibentak Bora ?" Aeseol menatap tajam.

Hana tidak berani menatap Aeseol.

"Don't act like you know my life !"

"You don't know anything about my life !"

"My parents didn't abandon me ! I was kidnapped !" Aeseol menatap dengan mata berkaca-kaca.

“Saya berusia delapan tahun ketika saya diculik, saya dianiaya dan saya juga dilecehkan oleh seorang Ahjussi yang menculikku..."

Mereka terkejut mendengarnya. Hana gemetar kala mendengarnya.

"I was taken away from home. Away from my family !"

"You don't know anything about me !"

"Nenek yang membesarkanku sudah tiada..."

"Tepat bersamaan dengan kematian Letnan Lee... I lost two people who cared about me ..."

"KAMU TIDAK TAHU APA-APA !!!" Aeseol berteriak keras sambil melangkah maju.

Hana menciut, mundur selangkah. Ia benar-benar ketakutan.

Dengan cepat, Nara memeluk Aeseol dari belakang, berusaha meredakan emosinya. "Aeseol-ah, tenanglah..."

Aeseol menangis terisak-isak, jatuh berlutut dan terengah-engah.

"Bernafaslah. Pelan-pelan..." Nara masih memeluk Aeseol sambil berbisik dengan lembut.

Yeonjoo langsung mendekat, "Apa Aeseol memiliki Panic Attack ?" Ia menatap.

"Kata Eomma-ku, Aeseol juga menderita Anxiety Disorder..." Nara menatap.

Tidak ada yang berani mendekat, karena mereka tahu Aeseol butuh ruang untuk bernafas.

"Pelan pelan saja..." Nara terus berbisik.

Aeseol berusaha mengambil nafas, meski kesulitan. Ia mencengkeram jaket yang dikenakan sahabatnya.

Bora tidak kuat melihat pemandangan di depannya. Ia sama sekali tidak tahu ternyata Aeseol memiliki Anxiety Disorder.

DUTY AFTER SCHOOL : SECOND CHANCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang