"Newyn Kaelith, ayahmu akan murka jika ia melihatmu berada disini."
Seorang pria bertubuh mungil dengan surai hitam tampak berenang-renang memutari pria bersurai biru gelap yang tampak lebih cepat darinya. Ekor oranye si surai hitam tampak berkilat menawan di tengah gelapnya samudra.
"Ck! Bukankah sudah kubilang panggil aku Nunew," decak si surai biru. Tubuhnya tetap meliuk-liuk dalam air dengan cepat dan pasti. Sirip ekor biru yang berkilauan itu tampak kuat serta tegas dalam tiap ayunannya.
"Demi Dewa! Kenapa kau lebih suka nama panggilan dari nenek pelayan itu dibanding nama dari ayahmu yang jelas kau sudah tahu, seorang raja lautan."
Nunew terkekeh pelan lalu berhenti. Iris biru yang bersinar di kegelapan tersebut menatap dalam ke wajah si surai hitam yang merupakan sahabatnya sejak kecil. Lengan putih mulus itu berayun, menciptakan gelembung-gelembung yang secara sengaja ia arahkan pada sang sahabat.
"Kau ini terlalu pemarah Plan! Santai saja. Ayah tidak akan melihat. Dan nenek pelayan itu adalah orang baik. Berhentilah menjadi siren yang menyebalkan."
"Namaku Plathius bukan Plan! Itu nama yang aneh! Aku bukan manusia. Terasa menjijikkan memakai nama mereka," cicit Plan. Dengan bibir dimajukan lucu, siren bersurai hitam itu mengikuti sang sahabat yang menggunakan kesempatan ketika dirinya mengoceh untuk kabur.
Jika kalian mengira siren adalah bagian dari mitologi Yunani yang kebenarannya masih dipertanyakan, kalian salah. Menyerupai duyung, manusia kebanyakan mengira mereka adalah mermaid atau merman. Sungguh panggilan yang menggelikan bagi siren, mengingat mermaid dan merman hanyalah manusia duyung biasa, yang tidak diberkahi kekuatan serta kekuasaan.
Sekilas, kedua makhluk ini memiliki kesamaan dari segi fisik. Dimana bagian pinggang keatas menyerupai manusia, sedang pinggang ke bawah dihiasi sirip yang panjang bak seekor ikan. Tetapi, jika diperhatikan, siren memiliki ukuran sirip yang lebih besar dengan sisik yang berkilauan terutama mereka yang masih keturunan bangsawan. Kilauan sirip seorang bangsawan terlihat amat indah, seolah terdapat permata kualitas terbaik yang dihancurkan lalu ditaburkan ke sepanjang ekornya.
Rumor mengatakan Siren amat membenci manusia hingga kegemaran mereka adalah menghabisi tiap manusia yang kebetulan melintas di perairan mereka. Ya, bagian dimana mereka membenci manusia memang benar. Tetapi, bagian membunuh itu sudah lama tak dilakukan. Setidaknya tidak pada keseharian.
Siren hanya akan berburu manusia pada saat bulan berada di posisi sempurna. Nyanyian indah mereka akan terdengar di seluruh penjuru laut. Isyarat mencekam bagi hewan kecil yang berada di level terendah dalam rantai makanan agar segera berlindung. Karena saat melodi itu terdengar, saat itulah ratusan siren akan keluar dari kerajaan mereka. Berada di titik terdekat dari permukaan laut dimana manusia berada.
"Aku lebih suka memanggilmu Plan. Anggap saja itu panggilan sayangku untukmu," ujar Nunew.
"Haruskah aku merasa terhormat sekarang, Yang Mulia?" ejek si surai hitam. Tidak mengetahui di depan sana sang sahabat tengah merotasikan bola mata akibat Plan yang amat keras kepala.
Jika mayoritas siren terlihat amat membenci manusia hingga ke tulang, Nunew berbeda. Nunew memiliki nama asli Newyn Kaelith, adalah seekor siren pria dengan paras yang cantik menawan. Mata, rambut, serta siripnya memiliki warna senada. Yakni biru muda keemasan yang berkilau, mengingat dirinya adalah anak tunggal King Kaelith, penguasa dari seluruh Samudra Pasifik.
Nunew atau yang lebih sering dipanggil pangeran Newyn Kaelith adalah pewaris tahta kerajaan Vriryn, yang pusatnya berada sekitar 25 km dari permukaan pantai Karon, Phuket. Dengan kedalaman lebih dari 9.735 meter di bawah laut. Menjadi raja selanjutnya, Nunew diharapkan memiliki sikap tegas serta berwibawa layaknya sang ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ECHOLUST
FantasyTidak peduli seberapa dalam rasa cinta mereka, jika semesta memutuskan bahwa kebersamaan adalah mimpi yang mustahil, maka selamanya mereka akan terpisah oleh deburan ombak terakhir yang menyapu pesisir. Payau air laut dan kilauan pasir menjadi batas...