Deburan ombak yang bertabrakan dengan baling-baling kapal terdengar menggema di seluruh Nylcaston. Kapal raksasa itu telah berangkat dari Ayutthaya sekitar sepuluh jam yang lalu saat matahari masih berada di singgasananya. Kini gelap telah datang, menggantikan sang mentari yang beristirahat di peraduannya. Bulan bersinar dengan cerah di atas sana, ditemani kelipan bintang yang bertaburan di langit luas.
Kapal mewah itu terlihat sepi, berbeda dari kali terakhir pelayarannya. Tidak heran, karena total terdapat tiga puluh kru dan tiga penumpang. Yakni Zee, Charan, dan Jessica si pengasuh.
Si kecil tak dapat menyembunyikan rasa senangnya, sejak ia menginjakkan kaki hingga sekarang, sepasang kaki mungil itu terus berlarian menyusuri seluruh bagian kapal. Diikuti oleh Jessica yang tergopoh karena harus mengimbangi tenaga Charan. Sangat berbeda ketika pertama kali ia menaiki kapal untuk menghadiri acara tabur bunga kala itu. Charan bahkan tak memperhatikan sekitar dan sibuk menangis.
Jujur saja, melihat si kecil sudah kembali seperti biasa, Zee merasa amat lega. Seperti sebagian beban dalam hatinya terangkat. Kini giliran ia yang mencoba untuk sembuh dan melepaskan Kimberly.
Mungkin terdengar aneh, namun sosok biru itu seperti memiliki maksud. Zee tidak bodoh dan menyadari bagaimana semua mimpi itu berulang. Bagaimana sosok itu akan hadir dalam puluhan mimpi si tinggi, dan puluhan kali juga menyelamatkannya agar tidak terjatuh semakin dalam untuk mengikuti Kimberly. Dan tiap saat, sosok itu selalu berhasil membuatnya berdebar aneh.
Seharusnya Zee tak tergoda bukan? Seharusnya ia mengabaikan sosok itu dan tetap menjangkau tangan istrinya. Namun tidak, dengan mudah Zee mengabaikan uluran tangan wanita yang dinikahinya tersebut, untuk mengikuti si Biru entah kemana. Mempercayakan seluruh nyawa pada makhluk asing yang mungkin berpotensi membunuh dirinya.
Katakan Zee gila, namun ia tak bisa melupakan sosok itu. Ratusan gambar makhluk itu ia buat hingga memenuhi ruangan kerjanya. Beberapa bahkan ia pajang di meja karena semua karyawannya mengatakan gambar itu amat indah.
Dalam hati Zee menyangkal, makhluk itu jauh lebih indah jika dilihat secara langsung. Sesuatu dalam lubuk hati Zee mempercayai bahwa sosok itu nyata. Namun akal sehatnya menentang keras. Tak heran, Zee tumbuh di tengah keluarga yang tak mempercayai dongeng dan percaya bahwa dunia itu keras. Karenanya, mudah saja bagi si tinggi menampik teriakan hatinya yang ratusan kali memperingatkan bahwa semua itu nyata.
Sejak ia menginjakkan kaki pada dek, pikirannya seolah melayang pada lautan luas yang terbentang sejauh mata memandang. Pria itu mempercayakan Charan sepenuhnya pada Jessica dan mengabiskan waktu bersama dirinya sendiri.
Duduk tepat di tanda 'X', lokasi terakhir dimana Kimberly berdiri, Zee membiarkan dirinya terhanyut mengikuti ombak yang mengiringi perjalanan mereka. Sepuluh jam terlewati seperti itu. Sesekali ia akan memejamkan mata, atau mengambil buku gambarnya untuk mulai melukis.
Semakin detik berlalu, semakin lepas juga beban yang melilit dirinya. Zee bukanlah tipe orang yang tergila-gila dengan pantai. Ia lebih mencintai pekerjaannya dibanding liburan. Namun entah kenapa, sejak kejadian malam itu, laut seolah memiliki kekuatannya sendiri. Seperti suatu ikatan kuat terjalin antara Zee dengan lautan. Ikatan yang tak sengaja saling bertautan. Seperti laut dapat menyembuhkan ratusan luka yang menyayat hatinya.
Sejak tadi ia tak menyentuh makanan yang disiapkan oleh para Chef, namun aneh bukannya merasa sakit, ia justru merasa sehat. Merasa tenang hingga tubuhnya seperti mati rasa.
Setidaknya untuk beberapa jam.
Karena bagaimanapun Zee adalah manusia. Perutnya memberontak di pukul delapan malam. Hingga mau tak mau Zee beranjak untuk mengubungi pelayan supaya menyiapkan makan malam untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ECHOLUST
FantasyTidak peduli seberapa dalam rasa cinta mereka, jika semesta memutuskan bahwa kebersamaan adalah mimpi yang mustahil, maka selamanya mereka akan terpisah oleh deburan ombak terakhir yang menyapu pesisir. Payau air laut dan kilauan pasir menjadi batas...