Zee membungkukkan badannya untuk terakhir kali, sebelum melangkah pergi. Ia mengakhiri pembicaraan dengan wanita tua itu sekitar lima belas menit lalu dan diikuti dengan sedikit basa-basi. Tidak terasa kini waktu sudah merujuk pada pukul tiga dini hari. Ia harus kembali sebelum matahari terbit atau Charan akan mencari keberadaannya.
Meninggalkan si wanita tua yang kini melambai di ambang pintu, sang chairman membawa langkahnya gontai. Satu tangannya menggenggam erat buku. Sedang satu lainnya mengacak surai gelap itu. Sebuah isyarat non-verbal bahwa bos besar Zetcore Inc itu tengah memikirkan banyak hal. Zee tidak terlalu memperhatikan sekitar dan terus saja berjalan menuju tempat dimana mobilnya terparkir.
Otaknya masih bekerja dengan keras, memikirkan bagaimana caranya meminta ramuan itu dari sang ibu. Memikirkan peluang lain tanpa harus membuat kedua orang tuanya khawatir. Terlebih dia tidak tahu seperti apa sebenarnya yang terjadi pada masa itu.
Tentu ia sudah mendengar cerita versi sang penguasa lautan. Namun ia harus berlaku adil dan mendengarkan cerita dari kedua orangtuanya juga, bukan? Agaknya mustahil jika ayahnya bisa terpikir untuk membunuh. Pria tua itu adalah orang baik, dan selamanya Zee berpegang pada keyakinan tersebut.
"Woi! Kau pemilik mobil hitam itu ya?"
Zee mengernyit saat suara itu terdengar. Memecahkan fokusnya. Si tampan itu akhirnya mendongak untuk menatap sekitar. Memastikan jika suara itu benar tengah berbicara dengannya. Dan disana, segerombolan pria gempal berbaju hitam tengah menatap ke arahnya. Zee tidak yakin pasti, namun ada sekitar sebelas dari mereka.
Instingnya mengatakan dirinya dalam bahaya, dan reflek satu tangan bebas itu masuk kedalam saku hoodie. Menggenggam erat pistolnya.
"Ayolah jangan takut begitu, berikan uangmu dan kau bisa pulang," salah satu dari mereka kembali berucap. Diikuti tawa oleh lainnya.
"Kau orang kaya pertama yang datang kesini tanpa pengawalan. Sungguh berani."
Zee hanya mendengus. Seharusnya ia tahu ini akan terjadi.
"Minggir," desisnya.
"Apa kau bilang?" pria paling besar di antara lainnya kini menggeram marah. Tidak menyangka akan mendapat respon seberani itu.
"Kubilang minggir, atau kulubangi kepalamu." desis Zee.
"Kurang ajar!"
Cklek!
Seketika hening, saat Zee mengacungkan pistol tepat di kepala pria besar yang ada di hadapannya. Senyuman miring tercetak di bibir Zee.
Jika bos besar Zetcore Inc itu mengira mereka akan menyerah, ia sungguh salah. Karena alih-alih menyerah, pria-pria gempal lain di hadapannya kini sudah mengeluarkan senjata mereka masing-masing. Siap menyerang.
"Kau kira kami bodoh? Lain kali, bawalah pengawalmu tuan besar," kekeh pria tersebut meremehkan.
Sang chairman menggerakkan irisnya ke kanan dan ke kiri. Mencari jalan agar bisa selamat keluar dari sana. Dalam hatinya ia menghitung. Bersiap untuk kabur.
Zee adalah seorang pria pemberani dan pandai berkelahi. Namun, ia juga cerdas. Ia tahu jika nyawanya menjadi taruhan karena mereka sangat banyak. Zee tidak akan memiliki kesempatan untuk menang. Satu langkah mundur ia ambil.
Tepat ketika hatinya mencapai hitungan ke lima, pria tampan itu berbalik dan berlari sekencang yang ia bisa. Ia bisa mendengar derap langkah pria-pria gempal itu di belakang, dan itu semakin memotivasinya untuk mempercepat langkah.
"Kembali kesini kau!" teriakan pemimpin para preman itu terdengar dari kejauhan.
Pria tampan itu menoleh dengan tergesa, memastikan mereka masih jauh di belakang. Meskipun begitu, tak membuat Zee memelankan kecepatannya. Bos besar Zetcore Inc itu justru berbelok menuju gang kecil yang ia kira akan membantunya lolos.
KAMU SEDANG MEMBACA
ECHOLUST
FantasyTidak peduli seberapa dalam rasa cinta mereka, jika semesta memutuskan bahwa kebersamaan adalah mimpi yang mustahil, maka selamanya mereka akan terpisah oleh deburan ombak terakhir yang menyapu pesisir. Payau air laut dan kilauan pasir menjadi batas...