36 | Little Peace

288 52 28
                                    

Bangkok 

Sinar matahari pagi tampak bersinar cerah hari itu. Sengatannya begitu kuat seolah menghapuskan seluruh jejak badai hebat yang menghantam semalaman suntuk. Mansion mewah yang berdiri megah di daerah elite pinggiran kota Bangkok itu tampak sepi. Sesekali, terlihat beberapa pelayan berseragam hitam yang berlalu-lalang melakukan pekerjaan mereka.

Beberapa tampak sibuk membersihkan pelataran mansion yang luas, memastikan di tiap sudutnya tidak terdapat satu pun kotoran atau bekas daun gugur yang tersisa. Mengingat sang Tuan Besar adalah seorang perfeksionis. Pria tampan itu tentu tidak akan senang jika rumahnya tidak bersih sempurna.

Ya, jika kalian kira sang bos besar tidak terlalu memperhatikan keadaan rumah dan memasrahkan itu kepada Joong, kalian salah. Karena Zee amat sangat jeli. Sekali, ia pernah memecat seorang pelayan yang lupa mengelap sebuah meja kecil di lorong, sungguh tempat terakhir yang kau kira akan diperhatikan sang Chairman. 

Oh, semua orang yang masih bekerja di sana tentu saja mengingat jelas kejadian sakral itu. Bagaimana sang Chairman menggesekkan jari panjangnya pada permukaan meja, kemudian tersenyum mematikan sembari matanya menatap tajam ke arah debu tebal yang mengotori jari. Tidak banyak bicara memang, wajahnya terlihat santai meski pelayan wanita yang bertanggung jawab di daerah itu sudah gemetaran dan hampir menangis. 

Chairman Zetcore Inc tersebut hanya mengangguk dan berucap santai seperti "Sayang sekali kau lalai dalam tugasmu. Lebih baik besok kau beristirahat dan tak perlu kembali bekerja." Diikuti derap langkah tegas meninggalkan sang abdi yang sudah terduduk sembari menangis. 

Dipecat Zeevan Alfred Panich berarti mimpi buruk atau bahkan akhir dari duniamu. Kau akan sulit mencari pekerjaan ke mana pun hingga ke sudut Thailand sekalipun.

Sehingga tidak heran jika kini pelayan-pelayan itu bahkan mengecek dua hingga kali keadaan daerah yang mereka bersihkan agar kejadian yang sama tak perlu terjadi lagi. Beberapa petugas taman pun juga sama, mereka tampak sibuk menanam beberapa bunga dan tumbuhan di beberapa titik halaman rumput luas yang masih terlihat kosong tersebut. 

Wajar memang, keluarga Panich bisa dibilang baru menempati rumah tersebut hingga pasti masih ada sedikit detail di sini dan di sana yang masih perlu untuk diperbaiki. Namun, ada suasana yang sedikit berbeda. 

Mansion baru milik Zeevan Alfred Panich yang baru saja aktif berfungsi selama sekitar sebulan itu, merupakan satu dari sekian yang dikelilingi laut buatan atau mudahnya mereka menyebut danau. Dengan luas permukaan air yang bisa dibilang sangat besar, diperlukan setidaknya dua puluh orang untuk menyaring sampah-sampah daun yang tak sengaja gugur di sana atau kotoran-kotoran lain setiap pagi, sedangkan pembersihan secara keseluruhan dilakukan setiap seminggu sekali. 

Pagi itu, tidak seperti biasanya satu pun pelayan tak ada yang menginjakkan kaki di sekitar danau. Cukup aneh memang, mengingat sang Chairman yang sangat mengutamakan kebersihan adalah dalang dari alasan kenapa para pelayan tak ada yang berani menginjakkan kaki di sana.

Sejak pagi para pelayan ribut, berbisik di sini dan di sana membicarakan mengapa kekasih Tuan Besar mereka kembali ke mansion dengan keadaan tak sadarkan diri dan dikawal oleh petugas kesehatan. 

Juga mempertanyakan identitas sosok pria paruh baya asing tampan bermata biru yang auranya sedikit angkuh tersebut dan dua abdinya yang juga tak ramah, terlebih ketika seorang pelayan mendapatkan info bahwa pria itu adalah ayah dari kekasih sang Chairman. 

Gosip-gosip yang mereka lontarkan semakin gencar melihat bagaimana kedua ayah dan anak itu memiliki perangai yang berbeda, hingga beberapa pelayan memutuskan tak percaya dengan info tersebut. Ya, sampai hal ini secara tak langsung dikonfirmasi oleh Joong yang sedang mencari Jessica dan mengatakan bahwa "Charan tertidur di pangkuan kakeknya." 

ECHOLUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang