34 | Memories

314 51 47
                                    

Vriryn tampak ramai.

Pagi itu, sama seperti hari-hari lain seluruh warga sudah siap memulai hari tepat beberapa saat setelah terompet kerajaan berbunyi. Satu persatu ekor warna-warni tersebut mulai terlihat berenang ke sana dan ke mari menuju pada urusan masing-masing.

Semua terlihat ceria, suara nyanyian mereka terdengar merdu hingga ke seluruh pelosok lautan. Membuat ikan-ikan kecil memutuskan untuk berenang sejauh mungkin dari kawasan mereka. Semua berjalan normal.

Begitu pun di dalam istana, tempat seluruh pusat kepemimpinan Vriryn berada.

Di sana, ekor biru gagah milik sang Raja tengah berenang-renang santai mengelilingi istana. Melakukan kegiatan 'jalan' paginya. Sesekali, sang Raja akan mengangguk atau memberikan perintah di sini dan di sana pada para abdi jika sesuatu tampak tidak sesuai dengan keinginannya.

Seperti kejadian barusan dimana sang Raja turun tangan untuk membetulkan kandang Byslichor, Mosasaurus miliknya, yang sedikit bengkok akibat hantaman ketika pelatihan kemarin. Atau ketika sang Raja melihat ruangan belajar milik sang putra terlihat sedikit berantakan dengan lumut di sini dan di sana.

Alih-alih memanggil para pelayan untuk melakukannya, sang Raja hanya menghela nafas dan memutuskan untuk turun tangan sendiri. Raja tampan itu menghabiskan beberapa jam di sana, menikmati waktunya sembari ingatan melayang pada beberapa tahun lalu saat dua ekor biru lain masih mengisi ruangan tersebut.

King Kaelith tidak berbohong bahwa ia memang benar merindukan kedua putranya.

Kehilangan Mervinowyn meninggalkan luka dalam yang membekas baginya. Itulah alasan kenapa sang Raja amat protektif terhadap putra bungsunya, Newyn.

Tetapi lagi-lagi, ia harus ditinggalkan.

Dan kepergian Newyn cukup menyakitinya. Namun, detik ketika ia melihat Zee berada di Vriryn dengan ekor merah menyala yang gagah dan kekuatan api luar biasa, Kaelith tahu bahwa Zee memang pantas memiliki putra bungsunya.

Dan fakta bahwa takdir mereka sudah saling terkait sejak puluhan tahun lalu, tidak dapat ia abaikan begitu saja. Ditambah, jika Zeevan Alfred Panich bisa membuat putranya bahagia maka itu sudah cukup bagi sang Raja.

Sehingga, ketika mengetahui bahwa Zee terluka parah malam itu, akibat serangan diam-diam Thomas yang sungguh membuat Kaelith kecewa, sang Raja tidak lagi mengulur waktu untuk menemui Luzeus dan membantunya menghubungi Zee melalui alam bawah sadar sang Chairman.

Beberapa bulan sudah berlalu sejak malam itu, dan sang Raja sama sekali tidak mengetahui kabar mereka lagi. Ia bisa saja menemui mereka di daratan, dan persoalan menemukan dimana Zee tinggal bukanlah masalah berarti bagi seorang penguasa laut seperti dirinya.

Tetapi, sesuatu menghalangi sang Raja.

Sesuatu di dalam hatinya mengatakan ini belum saatnya Ia menemui Newyn. Sehingga itulah yang ia lakukan.

Hanya saja, selama beberapa hari ini sang Raja tiba-tiba amat merindukan putra bungsunya itu. Beberapa kali ia bahkan bermimpi Newyn dalam wujud manusianya tengah menangis sembari mengulurkan tangan meminta pertolongan pada sang ayah.

Pertama kali mimpi itu menyambangi sang Raja, ia tak terlalu menghiraukan. Menganggap semua itu hanya bunga tidur karena ia terlalu merindukan si bungsu.

Namun, semakin waktu berlalu sang Raja akhirnya tak dapat lagi mengabaikan rasa khawatir yang terus mengetuk pintu hati tanpa henti. Beberapa kali ia meminta Luzeus untuk datang, mendiskusikan mengenai mimpi sang Raja. Tetapi, siren tua itu mengatakan itu hanyalah sebentuk ilusi dari perasaan rindu yang sang Raja rasakan.

Tentu saja, Kaelith tidak percaya.

Intuisinya mengatakan bahwa sesuatu tengah tidak baik-baik saja di atas sana. Semakin lama waktu berjalan semakin rasa panik dan tak nyaman itu membelenggunya. Dorongan akan dirinya untuk berenang ke permukaan dan menemui si bungsu semakin besar.

ECHOLUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang