21 | Strategy

284 59 47
                                    

The Blue Hole, Pacific Ocean

Sepasang mata merah tampak bersinar di tengah gelapnya lautan. Dengan tajam, kedua benda itu bergerak kesana kemari untuk melihat ke sekitar. Sekitar sejam lalu, Zee berhasil menemukan lubang biru yang dimaksud Mean. Si tinggi mengingat bagaimana ia berusaha meyakinkan dirinya sendiri sebelum berenang masuk ke dalam sana.

Zee adalah pria cerdas. Ia tahu bahwa Blue Hole seperti ini tak seharusnya dimasuki oleh manusia. Kedalaman yang tak tentu dan jumlah terowongan yang ada bisa membuat para penyelam tersesat hingga kehabisan oksigen. Terlebih, mereka tak benar-benar tahu hewan macam apa yang akan ditemui di bawah sana.

Namun, tiba-tiba saja ia teringat. Kini, tubuhnya tak membutuhkan oksigen. Ia bisa bernafas dengan baik di bawah air. Ia bahkan bisa berbicara. Terbukti ketika ia mencoba menyapa seekor ikan paus dan dibalas dengan tundukan kepala sebagai tanda hormat. Zee takjub, Mean benar mereka menganggapnya sebagai seorang raja.

Blue Hole yang ia kira gelap, terlihat lebih terang seolah ratusan lampu terpasang disana hingga ia bisa melihat pergerakan hingga ke sudut. Kibasan ekornya bisa membawa Zee ke bawah dengan cepat tak seperti kedua kaki manusia sang chairman. Kenyataan itu, membuat Zee tanpa berpikir berenang masuk. Menembus gelapnya Blue Hole.

Menemukan terowongan yang dimaksud Mean tidak sesulit perkiraannya. Zee bisa jelas melihat lambang sebuah kerajaan di batu terdepan terowongan. Lambang yang mungkin tak dapat ditemukan oleh mata manusia.

Gelap menyambut Zee saat ia pertama melewati terowongan. Namun, sekitar 30 meter kemudian, semua itu berganti menjadi keindahan. Ia kira, dunia bawah laut sangatlah gelap dan menyeramkan.

Tetapi menyaksikan semua ini dengan kedua matanya membuat Zee percaya bahwa tidak semua di dunia sesuai dengan dugaan akal manusianya yang dangkal.

Semua berbeda dengan lautan lepas yang kosong, ketika sosok merah itu mulai memasuki perbatasan Vriryn. Ikan-ikan berwarna warni berenang di sekitarnya. Tumbuhan laut yang tak pernah ia ketahui dan lihat sebelumnya tampak tersebar di sekitar. Membuat suasana berwarna.

Alih-alih terumbu karang membosankan, Zee melihat bebatuan kokoh lengkap dengan pintu dan kaca. Seperti di atas sana. Hanya saja semuanya mengambang dan berenang di bawah sini.

Beberapa hewan seperti ikan menundukkan kepala dan menyapanya ketika Zee lewat. Beberapa hewan lain yang asing tampak membicarakan betapa menawan dirinya. Mengira si Merah adalah bangsawan dari samudra lain.

Semuanya terasa asing, namun familiar di saat bersamaan. Ilmuwan benar ketika mereka mengatakan, lautan lebih dalam dan luas dibanding yang manusia kira. Karena disini, Zee melihat kehidupan yang tak pernah ia bayangkan bahkan di dalam mimpi.

Ia melihat banyak spesies aneh yang tak pernah ditemukan oleh makhluk di atas sana. Ia melihat bagaimana kemampuan mereka membangun kehidupan yang tak kalah maju dengan kehidupan di atas sana. Memang, tiada alat elektronik dan teknologi seperti yang diciptakan manusia. Namun, mereka maju dengan cara mereka sendiri.

Pernahkah kalian membayangkan sekelompok ikan memiliki bebatuan yang mereka susun menjadi bentuk sebuah rumah, lengkap dengan cahaya, pintu, dan kaca?

Sepertinya tidak.

Mereka tak menggunakan listrik untuk menghasilkan cahaya. Namun, Zee menemukan sebuah tumbuhan berbentuk bunga tulip jika di dunia manusia. Berwarna-warni, dan tumbuhan tersebut bercahaya di kegelapan.

Tak masuk akal memang, namun semua menjadi masuk akal kini karena Zee tahu dan melihat. Manusia menganggap sesuatu tak masuk akal karena memang belum pernah melihat hal itu terjadi, bukan?

ECHOLUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang