24 | Red Echolust

375 60 23
                                    


"Zeevan Alfred Panich~"

Suara berat itu menggema di tengah kegelapan, menarik sepenuhnya kesadaran sang chairman yang sejak tadi berada di awang-awang. Perlahan, sepasang kelopak manik itu terbuka, mengerjap untuk menyesuaikan diri dengan kegelapan yang amat pekat.

Sang chairman seolah ditarik ke beberapa bulan lalu ketika setiap malam Nunew akan menghadiri mimpinya. Namun kali ini terasa berbeda, kegelapan di sekitarnya tak terasa mencekam seperti kala itu.

Justru menenangkan.

"Zeevan.. Nak?"

Perlahan, Zee berbalik mengikuti dari mana suara berat itu berasal.

Tetapi, disana ia hanya melihat kegelapan yang tak berujung. Hanya ada hitam pekat sejauh mata memandang.

Detik berlalu di tengah kesunyian, beberapa kali si tampan meneriakkan 'hallo' dengan harapan suara itu akan kembali terdengar. Putus asa hampir saja menghampiri sang bos besar Zetcore Inc jika saja irisnya tak menangkap setitik cahaya biru yang tengah mendekat ke arahnya.

Awalnya hanya berupa bola biru bercahaya yang amat besar. Namun semakin lama, netra gelap tersebut dapat menangkap siluet ekor yang tengah berenang mendekat.

Nunew?

Tidak, suara itu bukanlah suara Nunew. Zee amat mengenal suara sang pujaan hati meski di tengah jutaan orang sekalipun.

Jika di pikir-pikir, suara itu tetaplah amat familiar. Zee pernah mendengarnya di suatu tempat. Tetapi dimana? Sang Chairman tetap terdiam di tempat, menatap terpaku pada sinar terang yang kini sudah mulai menunjukkan bentuk aslinya.

Seorang siren pria, bertubuh kekar. Cahaya biru yang menguar di sekitar sang siren seolah menghalangi penglihatan Zee untuk mengenali wajah sosok biru tersebut. Satu tangan Zee perlahan bergerak naik, melindungi matanya dari sinar biru menyilaukan yang semakin lama semakin dekat. Hingga sosok itu berhenti, tepat dua meter di hadapan Zee.

Sang chairman masih setia menghalau sinar tersebut dengan telapaknya. Mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan diri dengan keadaan di sekeliling. Kini setelah ia melihat cahaya, Zee dapat mengenali tempat gelap dimana ia berada.

Tempat yang Zee kira tak akan pernah ia kunjungi seumur hidup. Vriryn!

Sekali lagi, sang Chairman mengedarkan pandangan untuk mencari cahaya biru yang tiba-tiba saja sudah menghilang dari jangkauan mata.

"Hallo?" 

Suara sang chairman bergaung di tengah sepi, bermain dengan beriak ombak sekitar. Tubuh berototnya sedikit bergidik karena rasa dingin yang tiba-tiba saja melingkupi.

"Zeevan.."

Reflek bagus si tampan membuatnya seketika menoleh saat suara tersebut terdengar tepat di belakang. Kedua irisnya membola ketika menyadari siapa sang pemilik suara.

"A—Anda.."

"Ya, ini aku. Kau terkejut anak muda?"

"Apa? Bagaimana? Apa yang terjadi?"

Sosok berekor biru itu tersenyum. Satu tangannya yang masih menggenggam erat trisula perlahan terulur tepat ke hadapan Zee. Kernyitan tak dapat ditahan oleh si tampan. Rasa bingung melanda bak banjir bandang di musim kemarau.

Seingatnya, terakhir ia bertemu Kaelith, segala hal tak berjalan lancar. Tetapi, kenapa siren penguasa itu justru mengambang di atasnya sembari menyodorkan trisula? 

ECHOLUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang