35 | Return to You

471 60 73
                                    

Zee mendorong pintu dengan perlahan, berusaha meminimalisir suara sehingga tidak mengganggu Nunew yang sedang tertidur di dalam sana. Hatinya terasa ringan setelah kabar yang ia terima dari dokter Ling. Senyuman kini sudah bisa menyambangi wajah tampan sang Chairman.

Zee mengambil langkah santai sembari menarik alat infusnya mendekati Nunew. Ingin menyapa sang kekasih yang ternyata selama ini bisa mendengarnya. Mendengar semua tangis putus asa dan raungan maaf yang hampir setiap malam ia ucapkan.

Tepat di langkah ketiga Zee baru menyadari bahwa alih-alih hanya Nunew yang terbaring di tengah ruangan, sang Chairman melihat dua pria lain yang kini berdiri tegap di samping tempat tidur.

Benar.

Di sana, tepat di samping tempat tidur Nunew, Kaelith tengah membungkuk sembari mengusap sayang surai putra bungsunya. Sedang dua pria lain, satu bersurai putih dan satu bersurai hitam tengah berdiri tak bergeming di belakang sang Raja.

"Akhirnya, menantuku datang juga," ujar sang Raja tanpa mendongak untuk menatap Zee.

Bos besar tersebut menghirup nafas panjang sebelum melepaskannya. Berusaha menenangkan diri karena sungguh, ia tak menyangka sang Raja lautan akan datang di saat seperti ini. Ketika luka bakar masih menghiasi dada Nunew dan seluruh tubuh mungil tersebut terhubung dengan alat-alat medis.

'Mati aku', batin Zee.

"Y—Yang Mulia," dehem Zee, berusaha menghalau rasa gugup. Kepercayaan dirinya ketika terakhir ia bertemu dengan sang Raja kini menghilang entah kemana.

"Aku memanggilmu menantu dan kau memanggilku yang mulia, sangat kaku. Tipikal keluarga Panich?" 

King Kaelith akhirnya mendongak. Senyuman hangat menghiasi wajahnya. Hanya saja sesuatu, sorot tajam di mata birunya masih di sana. Membuat Zee merinding.

Kali ini ia tak memiliki kekuatan api. Ia hanyalah manusia biasa yang terhubung dengan alat infus. King Kaelith bisa menghabisinya dalam hitungan detik.

"Apa yang terjadi Zee? Apa yang kau lakukan?"

Sang Chairman memejamkan mata sejenak, kemudian memberanikan diri untuk menjawab. Ia adalah seorang pria, pewaris tahta Kerajaan Atlantik dan tidak seharusnya ia bersikap seperti pengecut.

"Kami bertengkar, dan seseorang ingin membalaskan dendamnya kepadaku dengan meracuni Newyn. Maafkan aku ayah, karena tidak bisa menjaga Newyn seperti yang kujanjikan. Aku bersumpah akan berusaha lebih keras lagi."

Helaan nafas sang Raja terdengar. Diikuti gemuruh petir di luar sana.

Sesaat kemudian hujan gerimis turun membasahi bumi bersamaan dengan sang Raja yang menunduk dan mengecup sayang kening sang putra. Kali ini bukan amarah, melainkan rasa sedih yang amat dalam melihat keadaan mengenaskan sang putra.

Di belakang sang Raja, kedua pria asing tersebut juga turut menundukkan kepala. Seolah memahami apa yang sang Raja rasakan.

"Kau sudah berusaha semampu yang kau bisa, nak." Perlahan King Kaelith menyentuh salah satu selang yang terhubung dengan tubuh Nunew. Menekankan maksud perkataannya. 

"Hanya saja, putraku bukanlah manusia seutuhnya. Pengobatan kalian hanya mampu memperbaiki keadaannya, bukan menyembuhkan secara total."

Kening Zee beradu, berusaha memahami maksud perkataan sang Raja.

"Ini adalah tujuanku datang ke mari. Aku membawakan satu-satunya ramuan yang bisa menyembuhkan Newyn. Ramuan yang sepanjang jalan menyedot energiku untuk menyempurnakan komposisinya." 

Senyuman simpul menghiasi wajah tampan sang Raja. Hujan rintik-rintik masih terjadi di luar sana.

"Bisakah kita memberikannya sekarang?"

ECHOLUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang