27 | Guardian Angel

318 53 37
                                    

"Sayang, batu itu.. Apakah kau masih menyimpannya?"

Bisikan Zee terdengar amat berat dan lembut. Membelah kesunyian di antara mereka. Telapak lebarnya terasa kasar mengusap kulit pinggul telanjang Nunew yang mulus. Namun, tak sedikit pun mengurangi rasa nyaman disana.

Keduanya baru saja menyelesaikan 'hadiah' terakhir yang Nunew siapkan. Dan tentu saja, tak kalah spesial dari The Beef Wellington buatannya.

"Batu itu? Maksudmu, Echolust?" 

Si Biru dengan perlahan mendongak. Menatap paras tampan sang kekasih yang kini juga balas menatapnya.

Zee mengangguk kemudian menghadiahkan sebuah ciuman sayang di kening.

"Tentu! Aku tak bisa berpisah dengan batu itu, Zee."

"Bolehkah aku melihatnya sayang?"

Anggukan semangat Nunew berikan sebagai jawaban sebelum tubuh mungilnya beranjak lincah turun dari kasur dan membuka sebuah lemari kecil di ujung ruangan yang Zee katakan sebagai lemari barang berharga.

Dengan sabar, chairman Zetcore Inc itu menanti sang kekasih sembari tak melepaskan sedikit pun pandangan yang sebagian besar diberikan untuk kedua bongkahan sintal yang tak tertutupi apa pun tersebut.

Surga dunia bagi Zee!

Jujur saja, ia sempat mendesah kecewa saat Nunew sudah berbalik dan berjalan kembali ke dalam pelukan Zee. Menyandarkan kepalanya pada dada bidang sang chairman.

"Ini! Aku melepaskannya dari mahkota. Karena aku tak bisa membawa benda ini kemana-mana dalam bentuk itu. Manusia-manusia di luar sana akan menganggapku aneh jika aku mengenakan mahkota," kikik si Biru.

Jemarinya tampak memegang erat berlian biru itu, memberikan efek kilatan yang indah saat terkena sinar lampu.

"Aku ingin menujukkan sesuatu padamu," bisik Zee.

Mendapatkan kedipan bingung yang lucu dari Nunew, nyatanya sudah cukup bagi sang chairman untuk memahami bahwa kekasihnya ingin segera melihat apa maksud si tinggi.

Sedikit elusan ia berikan pada surai ash grey kekasih mungilnya, sebelum beranjak untuk membuka nakas di samping tempat tidur king size yang berada di tengah ruangan. Tangan berotot Zee tampak merogoh sesuatu, menggenggamnya, sebelum kembali pada posisi berbaring di headboard dan menarik si mungil kembali dalam pelukan.

Tiga detik berlalu saat pekikan pelan Nunew terdengar.

Mata birunya berbinar, bertabrakan dengan kilatan sinar merah yang dihasilkan batu berlian merah milik Zee.

"B—batu ini, milik paman Drexilian," bisik si Biru. Dengan ragu-ragu jemarinya terulur, mengusap permukaan licin batu merah berkilauan itu.

"Batu ini kembar dengan milikmu. Ayah sudah menceritakan semuanya padaku. Ia siap melepaskan satu kehidupannya di bawah sana, untukku."

"Apa?"

Zee menghela nafasnya perlahan, kemudian mengusap sayang pipi selembut bayi milik Nunew. Mata gelap memerangkap sepasang lain yang berbinar penuh tanya dan bahagia di saat bersamaan.

"Echolust hak lahirku, sayang. Batu ini terbelah menjadi dua untuk membawa takdir kita bersatu. Aku yakin, semua kejadian yang berlalu di tahun ini semuanya adalah jalan menuju padamu. Menemukanmu, pemilik sepasang mata biru indah bak Echolust yang membuatku semakin tergila-gila setiap hari."

Pelupuk Nunew sudah dipenuhi genangan air mata ketika Zee menyelesaikan kalimatnya. Tubuh mungil itu beringsut mendekat dan menghadiahkan satu ciuman dalam nan mesra tepat di bibir sang chairman.

ECHOLUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang