"Zee!!"
Detik itu, saat suara bak dentingan lonceng kecil milik Nunew terdengar, Zee merasa dunianya kembali. Siren biru tersebut terlihat persis seperti terakhir kali saat mereka bertemu.
Wajahnya masih mempesona. Hanya saja lingkaran hitam sedikit menghiasi bagian bawah mata si Biru. Namun, hal itu tentu tak mengurangi sedikitpun kadar keindahan Nunew. Ekor birunya masih berkilauan bak safir, dan helaian surainya tetap selembut sejak terakhir Zee menyentuh benda indah itu.
Waktu seolah melebur di sekitar mereka saat Zee melihat tubuh mungil sang kekasih berenang mendekat. Binar kebahagiaan terpancar nyata di dua pasang iris mereka. Zee tak dapat menahan degupan jantung yang menggila ketika kedua lengan ramping Nunew melingkar pada leher kokoh sang chairman, dan menyatukan bibir keduanya dalam pangutan mesra.
Zee tersenyum di antara pagutan mereka. Lengan kekarnya dengan erat merengkuh pinggang sempit Nunew ke dalam pelukan hangat yang amat mereka rindukan, meski baru beberapa hari saja berpisah. Ekor biru Nunew bergerak-gerak pelan, sebelum melingkar pada ekor merah Zee yang ukurannya sedikit lebih panjang.
Tentu saja, si Merah nampak bingung selama beberapa saat. Terlihat dari kerutan yang menghiasi kening tampan tersebut. Tetapi, kikikan pelan serta tarikan si Biru pada leher kokoh Zee membuat si Merah kembali sadar dan memperdalam ciuman mereka.
Sensasi ekor biru yang sejak tadi melilit dan bergesekan dengan ekor merahnya, membuat Zee tanpa sadar melakukan hal yang sama. Membuat kedua ekor mereka saling melilit, sebuah reflek yang Zee baru saja ketahui sebagai 'pelukan intim' seekor siren.
"Maafkan aku," adalah kata pertama yang terucap dari bibir si Merah saat ciuman mereka terlepas.
Si Biru hanya menggeleng. Memberitahu prianya bahwa semua itu bukan kesalahan Zee, dan Nunew bersumpah tak akan lagi pergi seperti kemarin, membawa Zee dalam masalah.
Mata biru itu berkaca-kaca.
Ia sudah mendengar semua dari Plan ketika si oranye berenang terburu menghampiri Nunew, tepat setelah ritual yang dilakukannya selesai. Ia teringat bagaimana dengan panik Plan mengatakan bahwa Zee tengah berduel dengan King Kaelith. Dan tentu, Nunew tak percaya pada awalnya.
Bagaimana bisa Zee berada di sini?
Di Vriryn?
Ribuan meter di bawah laut?
Ia hanya tertawa, mengira Plan berbohong dan Kaelith adalah dalangnya. Karena ya, tak dipungkiri Nunew sedikit kecewa dengan sahabatnya. Si Biru tak habis pikir kenapa Plan tega melaporkan apa yang ia lakukan pada sang ayah. Plan paling tahu apa yang Nunew rasakan, dan sang pangeran sungguh tak percaya si oranye akan melakukan semua itu padanya.
Namun, detik ketika ia melihat Zee. Berenang gagah dengan ekor merah dan rambut merahnya. Nunew serasa tak mampu bernafas selama beberapa detik. Tak ada kaki panjang dan surai hitam disana. Dan oh, tak pernah Nunew kira hari ini akan tiba.
Ia melihat sang kekasih berada disana, di tempat terakhir yang ia kira akan Zee datangi. Dengan sosok yang sama seperti Nunew.
Tuhan pastilah sangat menyayangi si Biru.
Air mata menggenang di pelupuk. Hatinya membuncah penuh rasa bahagia dan lega di saat bersamaan. Si Biru bahkan tak peduli dengan bagaimana nasib sang ayah sekarang. Karena jelas, jika dua siren berduel, satu yang berhasil selamat adalah pemenangnya. Kehadiran Zee disini tentu memberikan sebuah jawaban gamblang atas situasi tersebut.
Namun, belum sempat setetes air mata meluncur, Zee kembali membawa bibir mungil itu ke dalam belenggu bibirnya. Melumat dan mengecap rasa manis dari benda kenyal yang amat ia rindukan. Tanpa peduli jika di sekitar mereka, sang Ratu tengah menangkup bibir menahan isakan haru sedang Plan dan satu siren tua lain tersenyum lega.
![](https://img.wattpad.com/cover/375656044-288-k722809.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ECHOLUST
FantasyTidak peduli seberapa dalam rasa cinta mereka, jika semesta memutuskan bahwa kebersamaan adalah mimpi yang mustahil, maka selamanya mereka akan terpisah oleh deburan ombak terakhir yang menyapu pesisir. Payau air laut dan kilauan pasir menjadi batas...