"Nunew! Apa yang kau lakukan? Siapa itu?" pekik Plan ketika sosok Biru sang sahabat memasuki indra penglihatannya.
Sang pangeran lautan menghilang sejak semalam, Plan jujur saja merasa amat khawatir. Ia takut terjadi sesuatu pada si ekor biru. Mengingat kondisi Nunew belum sepenuhnya pulih akibat perang dengan hiu beberapa waktu lalu. Untungnya, sang Raja lautan tidak menyadari bahwa sang putra menghilang, karena jika iya, masalahnya akan benar-benar pelik.
Sungguh, Plan akhirnya bisa menghembuskan nafas lega saat melihat Nunew kembali. Namun hanya sebentar, karena rasa leganya tergantikan dengan penasaran saat melihat sesosok manusia yang kini ditarik asal-asalan oleh sang pangeran.
"Buruanku." ujar si Biru singkat. Ia tetap saja berenang dan mengabaikan Plan. Yang kini tak memiliki pilihan selain mengikuti Nunew entah kemana.
Decakan kesal ia loloskan, sembari sirip oranye itu terus saja bergerak mengekori sirip biru di hadapannya. Tiba-tiba saja perutnya berbunyi melihat santapan empuk yang tengah dibawa Nunew.
Memang, para siren hanya akan berburu manusia pada saat bulan purnama. Beberapa dari mereka hanya akan menenggelamkannya sebagai syarat, namun beberapa lagi akan memangsa buruan mereka. Dan Plan adalah salah satu yang menyukai daging manusia.
Berbeda dengan Nunew yang hanya akan mencabik leher mereka untuk syarat dan menggeletakkannya begitu saja.
"Nunew, kau sebenarnya mau kemana?"
"Aku mau memberi makan para prajurit."
Seketika Plan membelalak. Ia sudah menduganya. Nunew tak akan memangsa manusia itu.
"Kenapa tak kau berikan padaku? Aku akan dengan senang hati memakannya."
Sang pangeran mendecih lalu tertawa sinis. Parasnya menunjukkan ekspresi kesal yang nyata.
"Aku tak akan membiarkanmu memakan daging manusia murahan sepertinya. Kau adalah anggota kerajaan. Kau harus memakan daging kualitas terbaik. Bukan yang murah."
"Lalu bagaimana kau tahu dia adalah manusia murahan, Yang Mulia?" ejek Plan.
"Oh, ia menggoda lelakiku."
"Lelakimu? Zeeban Alphard Panich itu?"
"Zeevan Alfred Panich," koreksi Nunew dengan nada malas.
Sedetik pun ia tak berhenti dan terus menarik tubuh si wanita menuju bagian belakang istana.
"Ya apapun itu namanya. Apalagi yang ia lakukan kali ini?"
"Menyakitiku."
Sepatah kata itu sukses membuat Plan membatu di tempatnya. Kini ia menjadi yakin siapa dalang dari badai hebat yang terjadi di permukaan semalam. Nunew pastilah memergoki si manusia berbuat yang tidak-tidak dengan wanita itu. Oh, benar-benar! Plan tak menyangka sahabatnya yang polos itu mampu berbuat sejauh ini.
"Hei Thomas! Morreriope! Ravea! Kemarilah, aku memiliki hadiah untuk kalian!"
Suara teriakan Nunew terdengar dari kejauhan. Membuat si ekor oranye menoleh. Menyaksikan dalam diam bagaimana pangeran kerajaan itu melempar asal tubuh si wanita yang langsung dilahap ganas oleh ketiga siren berotot yang merupakan pasukan pengawal raja tersebut.
Tiba-tiba saja Plan bergidik saat senyuman puas Nunew terkembang. Oh tidak, tidak! Cinta memang amat menyeramkan.
"Hei Plan, kenapa kau diam saja disana? Bukankah ini waktunya mengobati punggungku?" suara riang itu kembali terdengar. Kali ini tepat di hadapan Plan yang masih asik menyelam di dunianya sendiri.
Siren bersurai gelap itu menghela nafas pasrah, lalu menggandeng tangan sang pangeran untuk masuk ke dalam istana. Kening si ekor oranye sempat mengernyit ketika melihat tatapan intens yang diberikan Thomas pada si Biru. Mengikuti mereka hingga keduanya hilang di balik pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ECHOLUST
FantasyTidak peduli seberapa dalam rasa cinta mereka, jika semesta memutuskan bahwa kebersamaan adalah mimpi yang mustahil, maka selamanya mereka akan terpisah oleh deburan ombak terakhir yang menyapu pesisir. Payau air laut dan kilauan pasir menjadi batas...