Langkah-langkah tergesa terdengar menggema di dalam villa mewah yang kini kosong.
Zee baru saja tiba sekitar sepuluh menit lalu, dan betapa terkejutnya sang Chairman melihat semua pelayan tengah berkumpul di pantai. Memang sejak tadi sesuatu terasa menggelitik hati, membuatnya tak tenang. Beberapa kali ia mencoba mengecek keadaan rumah melalui Cctv dan tiada yang terjadi.
Tapi di sisi lain, intuisinya tak pernah salah. Sesuatu yang menggelitik itu ternyata sebuah perasaan buruk yang berusaha memberitahunya bahwa terjadi hal cukup buruk disana.
Zee tanpa berpikir panjang langsung berjalan cepat menuju villa. Memperingatkan mereka semua untuk tidak masuk dan berteriak 'open' hingga kunci pintu utama villa terbuka secara otomatis.
Sang chairman tidak melewatkan waktu sedetikpun secara sia-sia dan langsung menerobos masuk. Dalam hati, ia merapalkan do'a agar si Biru baik-baik saja. Sungguh bodoh bagaimana ia bisa berpikiran untuk meninggalkan Nunew tanpa berpikir. Zee kira urusannya bisa selesai dengan cepat, dan ia sudah kembali saat Nunew membuka mata. Namun, penyesalan menggerogoti tiap sel dalam tubuhnya kini, saat ia yakin sesuatu yang tak baik benar terjadi.
Zee mendorong kasar pintu kamarnya, dan sang chairman merasa hatinya mencelos saat si Biru tiada disana seperti yang ia harapkan.
"Nunew!" teriaknya.
Hening, tiada balasan.
Dengan panik Zee terus meneriakkan nama sosok itu sembari berlarian mengelilingi seluruh ruangan yang ada di villa. Matanya menatap nanar kesana dan kemari.
Sungguh ia tak akan memaafkan dirinya sendiri jika sesuatu terjadi pada Nunew.
"Baby, jawab aku!" teriaknya lagi.
Kali ini Zee membuka kasar pintu ruang utama. Matanya memandang sekeliling, melewati akuarium raksasa berbentuk tabung yang menjulang di tengah ruangan dan tembus ke atas hingga atap.
Tetapi, baru saja seinci matanya melewati akuarium itu, secara reflek pandangannya kembali menembus benda tabung bening itu untuk memastikan apa yang baru saja ia 'kira' lihat.
Benar saja, disana sosok biru yang diam-diam ia rindukan tengah mengapung dengan kedua tangan menempel di kaca tebal akuarium. Oh, rasanya Zee ingin menangis karena merasa lega. Kakinya yang seperti memiliki remote sendiri langsung berjalan cepat untuk mendekat.
"Syukurlah sayang," bisik Zee sembari menempelkan kedua tangannya di titik yang sama dengan kedua tangan Nunew.
Nunew tampaknya mendengar, karena ia langsung mengangguk untuk memberi jawaban.
"Apa, apa yang terjadi? Bagaimana-"
"Yang Mulia terlalu lama berada di daratan dan permata-nya mulai bereaksi."
Kernyitan muncul di kening, dengan cepat sang chairman menoleh untuk mendapati sang kepala pelayan tengah membungkuk hormat kepadanya.
"Joong?"
"Maafkan saya tuan besar, namun Yang Mulia tidak bisa berada di daratan terlalu lama jika ia belum menyelesaikan ritualnya. Kedua ekornya terbelah dua, jika saya terlambat sedikit saja sesuatu yang buruk bisa terjadi."
Zee hanya berkedip. Tidak tahu harus bereaksi apa. Tak yakin pria yang berdiri disana benar Joong Archen. Karena jika iya, bagaimana ia bisa mengetahui soal dunia Nunew dan mengenal si Biru, bahkan memanggilnya 'yang mulia'?
"Saya berasal dari kaum yang sama, tuan besar. Saya yakin anda mengenal yang mulia Mervinowyn, saya adalah pengawal beliau sebelum kami memutuskan untuk berpisah dan menjalani hidup masing-masing."
KAMU SEDANG MEMBACA
ECHOLUST
FantasyTidak peduli seberapa dalam rasa cinta mereka, jika semesta memutuskan bahwa kebersamaan adalah mimpi yang mustahil, maka selamanya mereka akan terpisah oleh deburan ombak terakhir yang menyapu pesisir. Payau air laut dan kilauan pasir menjadi batas...