15

2.9K 301 6
                                    

Chapter - 15

Arva memasuki ruang makan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arva memasuki ruang makan. Di sana sudah ada Bi Liyah yang cekatan menghidangkan menu sarapan. Arva adalah tipe orang yang membutuhkan makanan berat untuk sarapan, jadi harus selalu ada nasi di pagi hari. Tidak hanya ada Bi Liyah, pagi ini ada juga Disha yang berpenampilan rapi. Perempuan itu memakai kemeja berwarna putih yang kemudian dilapisi oleh v-neck cardigan keluaran Thom Brown berwarna abu dan dipadukan dengan rok berwarna senada.

Arva menarik kursi dan mulai membalik piring. Laki-laki itu tersentak saat Disha bergabung di meja makan membawa secangkir kopi dan diletakkan di sebelah piring Arva. Biasanya Bi Liyah yang membuatkannya kopi di pagi hari. Hampir setiap hari Arva membutuhkan kafein di pagi hari. kali ini kopi itu bukan dibuatkan oleh perempuan paruh baya yang bekerja untuknya, melainkan oleh perempuan yang berstatus sebagai istrinya.

Matanya tidak berhenti mengikuti pergerakan Disha setelah perempuan itu meletakkan cangkir kopinya. Perempuan itu menyeruput kopi miliknya sendiri sebelum akhirnya mulai mengambil nasi goreng mentega yang sebelumnya ditata Bi Liyah di meja.

"Kamu mulai bekerja hari ini?" Tanya. Arva. Kentara sekali jika pertanyaan itu sekedar basa-basi. Laki-laki itu sudah tahu jika istrinya memang akan mulai bekerja kembali hari ini. Disha sudah menyampaikan hal ini sejak 2 hari yang lalu.

"Mau berangkat bersama?" Tawar Arva saat mendapatkan anggukan dari Disha atas pertanyaannya sebelumnya.

"Terima kasih tawarannya. Tapi kita berangkat sendiri-sendiri saja. Akan merepotkan jika kamu harus bolak-balik dari kantorku ke kantormu"

Letak kantor Disha memang terletak lebih jauh dari rumah ini jika dibandingkan dengan kantor Arva. Jika mengantar Disha, Arva harus putar balik lagi untuk mencapai kantornya sendiri.

Selanjutnya ruang makan itu hanya diisi dengan denting sendok dan garpu. Tidak ada percakapan karena baik Arva maupun Disha tidak memiliki topic percakapan yang bisa diangkat pagi itu. Kehidupan rumah tangga mereka memang masih berjalan dengan kaku.

"Aku berangkat dulu"

Disha mengusap bibirnya dengan tissue. Lalu menyambar tasnya yang diletakkan di kursi sebelah. Perempuan itu memandang Arva sekilas untuk berpamitan lalu berlalu menuju garasi tanpa menunggu respon yang diberikan oleh sang suami. Mobilnya sudah di antar ke sini sehari setelah Disha resmi tinggal di rumah ini. Jadi tidak ada alasan untuk tidak berangkat sendiri.

"Enak, mas nasi gorengnya?"

Arva terkesiap saat Bi Liyah berdiri di sisi meja yang sebelumnya ditempati oleh Disha. Perempuan paruh baya itu menatapnya dengan bibir tersungging dan menunggu jawaban darinya. Tidak biasanya Bi Liyah membutuhkan penilaian Arva terhadap masakannya.

"Enak. Hanya saja rasanya sedikit berubah. Tidak seperti biasanya" Jawab Arva jujur. Nasi goreng yang dilahapnya pagi ini memang enak, pas di lidahnya. Hanya saja rasanya memiliki cita rasa yang berbeda dari nasi goreng buatan Bi Liyah biasanya.

Mengikat HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang