Paradisha dan Arvasatya. Dua manusia yang disatukan dalam ikatan pernikahan melalui sebuah perjodohan yang direncanakan oleh orang tua mereka. Perjodohan di kalangan mereka adalah hal yang biasa. Pasangan mereka ditentukan agar mereka memiliki pasan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Koreksi kalau begitu. Hanya aku dan Binar yang kamu sebut cantik"
Arva tidak lagi menjawab. Laki-laki itu mengalihkan pandangannya. Baru hari pertama sebagai suami-istri dan mereka sudah berdebat terkait suatu hal yang sangat tidak bermutu bagi Arva. Rasa-rasanya ini adalah kali pertama mereka berdebat. Selama ini mereka selalu bersikap kompromi satu sama lain. Terbukti jika tidak banyak halangan untuk menentukan apa-apa saja dalam rancangan pesta pernikahan mereka. Atau mereka memang hanya mengikuti saja alur yang dibuatkan karena tidak mau repot-repot.
Disha melihat Arva yang membuang pandangannya ke arah lain. Suasana menjadi canggung setelah itu. Disha jadi merasa sedikit menyesal sudah merusak suasana. Sudah jelas suasana hati Arva berubah selepas percakapan mereka sebelumnya. Laki-laki itu saja berbicara dengan kaku lagi padanya. Pasti diingatkan pada mantan kekasih yang harus diputuskan bukan karena pilihan sendiri bukan sesuatu yang menyenangkan. Jadi, Disha mencoba mengalihkan pada topik lain yang seharusnya mereka bahas.
"Kita akan tinggal di mana setelah ini?"
Keduanya memang belum memutuskan untuk tinggal di mana setelah menikah. Lebih tepatnya mereka belum mendiskusikannya. Beberapa hari yang lalu Kamala sempat menyampaikan jika Disha belum memiliki hunian setelah menikah, papinya akan memberikannya satu rumah kepadanya. Jangan ditanya, papinya itu bunya banyak properti. Sudah jelas jika pria itu menyiapkan hunian lain begitu Disha menikah.
Disha tidak masalah jika mereka harus tinggal di apartemennya. Apartemennya juga bukan apartemen sembarangan. Apartemennya sudah masuk dalam kelas penthouse. Jika Arva mengatakan bahwa mereka akan tinggal di rumah orang tua laki-laki itu maka Disha akan memaksa Arva agar mereka tinggal di apartemennya saja.
"Aku punya rumah. Rumahku sendiri. Kita bisa tinggal di sana jika kamu bersedia. Tapi jika kamu kurang nyaman, aku bisa mengikutimu untuk tinggal di mana saja yang kamu inginkan"
Bagus kalau begitu. Daripada direcoki Mama Kamala untuk menerima satu rumah pemberian papinya, lebih baik Disha ikut saja dengan apa yang disiapkan Arva. Toh intinya mereka akan tinggal di rumah mereka sendiri, tidak menumpang di rumah orang tua. Disha tidak membayangkan jika harus tinggal dengan mertua. Ibu Arva memang tidak terlihat seperti perempuan judes menyerupai tante-tantenya, tapi yang namanya mertua. Pasti ada cerewet-cerewetnya kan kepada menantu.
"Kita tinggal di sana saja"
Arva mengangguk. Soal rumah yang akan mereka tempati sudah disepakati. Arva tinggal menghubungi asisten rumah tangga yang dipekerjakan di rumahnya untuk membersihkan rumah dan menyiapkan kamar mereka.
***
Lexus LX yang dikemudikan oleh Arva memasuki komplek perumahan. Disha mengenali komplek perumahan ini. Amarnath Residence. Setahu Disha, harga rumah di sini tidak murah. Amarnath jelas membuat kompleks perumahan ini untuk para kaum elit. Fasilitas yang diberikan juga sepadan dengan harga yang dipatok.