37

7.9K 614 23
                                    

Chapter - 37

"Aku sudah berjanji kepada papimu untuk membawamu kemari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku sudah berjanji kepada papimu untuk membawamu kemari. Meskipun aku sangat ingin membawamu langsung pulang ke rumah kita, aku tidak bisa mengabaikan perintah papimu atau beliau tidak akan mengizinkanku bertemu denganmu." Jelas Arva kepada Disha saat mobilnya memasuki pekarangan rumah besar orang tua istrinya. Mertuanya memperingatinya untuk membawa Disha pulang ke rumah keluarga. Arva tidak bisa menolak, susah payah ia mendapatkan izin dari ayah mertuanya untuk diizinkan membawa Disha sebentar. Selain itu, di rumah ini akan ada banyak orang yang bisa menjaga istrinya.

Disha tidak banyak bertanya. Perempuan itu mengikuti apa yang diinginkan oleh papinya untuk sementara ini. Arva membantu Disha keluar dari mobil. Saat masuk ke dalam rumah, Geya dan Mitha sudah ada di sana. Kamala menyambut kedatangan anak sambungnya dengan riang, wanita itu mengatakan jika sudah memasak banyak makanan kesukaan Disha untuk merayakan keluarnya Disha dari rumah sakit.

Di ruang tengah, ada papi Disha yang duduk menyilangkan kaki membaca tabnya. Di sebelahnya ada Pak Brata. Arva memberikan senyum dan menundukkan kepala untuk menyapa mertuanya itu yang dibalas dengan anggukan singkat.

"Kamu ingin pergi ke kamar?"

"Tidak. Aku mau ke ruang baca"

Perhatian Arva kembali Disha dapatkan. Beberapa hari tidak mendapatkan perhatian itu membuat Disha sedikit kaku saat menerimanya. Apalagi hubungan mereka sempat goyah. Rasa canggung tidak bisa dihindari, meskipun sebelumnya mereka saling memeluk dan menangis bersama.

"Aku akan kembali lagi nanti. Sampai jumpa." Pamit Arva kepada Disha setelah mengantarkan perempuan itu ke ruang baca. Sejatinya Arva ingin terus menemani Disha, tapi pekerjaan menunggunya. Ada banyak pekerjaan yang menumpuk akibat masalah kemarin. Ada banyak agenda yang tertunda akibat Arva yang kacau sementara tidak semua pekerjaan bisa dihandle oleh Farhan. Dengan berat hati Arva harus meninggalkan istrinya selama beberapa jam ke depan.

Sebelum pergi, pria itu sempat menundukkan kepalanya dan meninggalkan kecupan di atas puncak kepala sang istri –berhasil membuat Disha tercenung selama beberapa detik.

Sepeninggal Arva, ada Geya yang masuk ke dalam ruangan. Sahabatnya itu datang dengan muka mencebik. Disha tahu apa yang membuat Geya bersikap seperti itu. Tentu saja menghadapi para wartawan yang haus akan informasi tidak mudah. Belum lagi ia yang kukuh untuk dibawakan pekerjaannya yang sempat terbengkalai. Ia sudah terlalu bosan berbaring dan tidur, Disha ingin kembali bekerja. Pekerjaan ringan-ringan perlu ia lakukan agar setidaknya bisa mengalihkan pikirannya dari beban berat yang menimpa pundaknya akhir-akhir ini.

"Aku sudah mengecek alur keuangan Pratisha di Asara, tidak ada yang mencurigakan"

Selain menugaskan Kairav, Disha juga meminta Geya untuk mendapatkan informasi penting terkait sepupu-sepupunya. Ia dan Geya masih memiliki koneksi dengan orang-orang di kantor pusat Asara. Meskipun tidak bisa meminta bantuan secara terang-terangan, objek sasaran mereka jelas tidak boleh tahu pergerakan mereka, ada beberapa orang yang bersedia membantunya. Terlebih ini adalah permintaan Disha putri mahkota dari perusahaan konglomerasi itu. Kali ini Disha menggunakan privilesenya. Ia butuh itu untuk menggali banyak informasi terkait orang yang sudah berani bermain-main dengannya.

Mengikat HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang