19

1.8K 283 31
                                    

Chapter - 19

Disha menatap monitornya yang menampilkan laman portal berita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Disha menatap monitornya yang menampilkan laman portal berita. Isi berita memuat informasi yang menyebutkan bahwa masalah bangunan gudang yang katanya berdiri di tanah sengketa dan perizinannya bermasalah sudah terselesaikan. Hanya berselang dua hari dan masalah teratasi. Berita-berita miring sebelumnya yang sempat beredar di media internet sudah ditarik. Pihak yang menggugat Asara terkait gedung itu juga sudah membatalkan gugatannya.

"Bukankah aneh sekali?"

"Ya, aneh sekali." Sahut Disha atas pertanyaan Geya. Tatapan mata Disha fokus pada layar komputernya. Ada foto Pratisha yang terpajang di sana sebagai sosok yang dipercaya telah menyelesaikan masalah yang menimpa Asara.

"Tidakkah kamu berpikir jika ini disengaja?"

Tentunya. Disha sudah memiliki asumsi sendiri siapa yang ada dibalik huru-hara yang terjadi ini. Masalah ini terjadi tak berselang lama setelah mencuatnya berita bahwa akan ada penunjukkan pemimpin baru. Kendati berita tersebut masih sekedar rumor, tampaknya orang-orang yang tidak suka dengan berita tersebut sudah bergerak cepat.

"Kamu tahu kan, Ge, kalau orang-orang ini masih mengincar posisi papiku" Kata Disha. Masih memperhatikan foto sepupunya yang tersenyum lebar –seolah meraih kemenangan telak di laman berita. Pratisha Baswara. Putri dari Tante Praya yang sekarang memang bekerja untuk Asara di bagian legal. Ayahnya adalah seorang pengacara handal yang sudah memiliki firma hukum sendiri. Pratisha memang passionnya ada di bidang hukum, tapi Disha cukup tahu bahwa sepupunya dan ibunya –Tante Praya menginginkan posisi papinya. Menjadi penerus kepemimpinan Asara. Terutama Tante Praya. Bibinya itu pasti tidak rela begitu saja jika keponakan yang dibencinya ini yang akan memegang kendali atas Asara.

"Mereka hanya sedang menunjukkan pada orang-orang, jika mereka juga patut dipertimbangkan untuk menduduki posisi itu" Lanjut Disha. Geya hanya bisa bergidik. Perseteruan yang terjadi pada keluarga-keluarga kelas atas memang tidak akan pernah bisa ia mengerti. Bersaing dan melawan saudara sendiri sudah seperti hal yang lumrah. Konflik-konflik perebutan warisan dan kekuasaan yang dilihatnya di drama-drama terlihat nyata sekarang bagi Geya.

***

Hari ini Disha memutuskan untuk makan siang di kantin bersama Geya. Sahabatnya itu sudah merengek padanya agar ditemani makan siang dan berkata tidak seharusnya Disha terus mendekam di ruangannya. Akan lebih baik jika Disha bersosialisasi dengan para pegawai agar mereka tidak melihat Disha sebagai atasan galak yang otoriter dan sombong.

Begitu sampai di kantin, Geya menyesali keputusannya mengajak Disha untuk makan siang bersama. Di sana, ada Pratisha yang sedang antri untuk mengambil makan siang sementara orang-orang lain yang ikut mengantri bergantian memberikan pujian kepada perempuan itu karena berhasil menyelesaikan masalah yang sempat menggemparkan Asara. Rasanya telinga Geya sakit saat mendengar pujian yang terlalu berlebihan itu. Mereka tidak tahu saja, jika kemungkinan besar yang kemarin itu adalah hasil rekayasa.

Mengikat HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang