24

2.8K 347 25
                                    

Chapter - 24

Disha duduk dengan meluruskan kaki di atas tempat tidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Disha duduk dengan meluruskan kaki di atas tempat tidur. Kaki hingga perutnya di balut selimut, sementara di atas pahanya ada sebuah bantal yang menyanggah buku bacaannya –sebuah novel berjudul 'Little Women' karya Louisa May Alcott.

3 jam lalu, ia baru pulang dari rumah sakit. Arva menegaskan jika kemarin Disha perlu bermalam di sana untuk memastikan kondisi Disha benar-benar baik. Mereka juga sudah mengunjungi dokter kandungan. Dokter Gita menyatakan jika kandungan Disha sudah berusia 4 minggu. Mereka juga sempat melakukan USG. Hasil foto USG dicetak menjadi 3, satu disimpan Disha dan satu disimpan Arva. Mereka berdua mendapat banyak nasihat dari dokter Gita untuk menjalani kehamilan pertama ini. Disha disebut beruntung karena ia tidak atau setidaknya belum mengalami gejala mual. Selama ini memang Disha tidak menyadari jika dirinya mengandung karena memang tidak ada tanda-tanda yang terlihat. Menstruasinya yang terlambat Disha kira karena dirinya sedang stress atas banyak pekerjaan.

"Disha"

Disha mengalihkan fokusnya dari buku yang dibacanya saat perempuan itu mendengar sang suami memanggil namanya. Arva datang sembari membawa satu gelas jus alpukat. Dokter bilang alpukat merupakan salah satu buah yang bagus untuk ibu hamil karena kaya akan folat, serta mengandung kalium, dan vitamin.

Arva tidak pergi ke kantor hari ini. Padahal Disha tidak masalah jika laki-laki itu pergi ke kantor. Tapi katanya ingin menemani dirinya yang belum sehat betul katanya. Padahal Disha sudah merasa baik-baik saja. Tenaganya sudah kembali dan tubuhnya sudah tidak lagi merasa lemas.

"Ada apa?" tanya Disha dengan tangannya yang menerima segelas jus dari suaminya. Perempuan itu meneguknya hingga tandas setengah gelas.

"Kemarin aku mengabari mama tentang kehamilanmu. Mama sangat senang dan sabtu ini meminta kita untuk makan malam ke rumah besok. Kamu mau kan? Kalau kamu masih belum sehat betul, aku akan bilang mama."

Ada binary pengharapan terpancar jelas di mata Arva. Jadi mana mungkin Disha menolak ajakan itu. Arva saja tidak pernah keberatan jika ia mengajaknya ke rumah orang tuanya, jadi sudah seharusnya Disha juga melakukan hal yang sama.

"Mau kok. Memang udah seharusnya aku bersedia, kan aku-"

Kalimat Disha menggantung. Wajahnya mendadak terasa panas menyadari kata terakhir yang seharusnya ia ucapkan. Matanya melirik Arva yang terlihat penasaran dengan kalimatnya yang terpotong. Disha berdeham singkat dan kembali menegak sedikit jusnya.

"Kan?" pancing Arva. Disha mendengus dalam hati. Laki-laki itu pura-pura tidak tahu atau bagaimana sih.

"Kan aku istri kamu" lanjut Disha cepat. Perempuan itu tidak lagi mengindahkan Arva yang duduk di sisi ranjang. Memilih fokus menghabiskan jusnya.

Arva tersenyum tipis mendengar ucapan Disha. Istri kamu.

Astaga kenapa jantungnya bertalu-talu hebat di dalam sana.

Mengikat HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang