21

8.5K 653 24
                                    

Chapter - 21

Disha fokus dengan pekerjaannya, walaupun sebenarnya setiap perkataan dari tantenya masih memenuhi isi kepalanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Disha fokus dengan pekerjaannya, walaupun sebenarnya setiap perkataan dari tantenya masih memenuhi isi kepalanya. Membuatnya berkali-kali melakukan double checking untuk setiap pekerjaan yang diselesaikannya. Ia harus berkali-kali membaca angka-angka yang tertera di lembaran kertas ataupun yang ada di monitor komputernya, memastikan jika dirinya tidak salah membaca dan bisa berakibat fatal pada perusahaan. Itu hanya memberikan peluang untuk orang-orang yang ingin menjatuhkannya.

Kepalanya sedikit pusing, ia sudah meminta Geya untuk membuatkannya teh sekaligus membawakannya makan siang. Sepertinya asam lambungnya naik lagi. Disha juga merasa mual hari ini. Ia tidak mengatakan apapun saat di rumah, tidak mau Arva melarangnya bekerja. Tidak bekerja hanya akan membuatnya gila dan terpenjara dengan kata-kata tantenya yang tidak bisa ia enyahkan dari kepalanya.

"Dis, nih ada titipan makan siang dari suamimu"

Geya masuk ke dalam ruangan. Membawa tas bekal yang tampak terisi penuh. Perempuan itu dengan semangat mengeluarkan setiap isinya di atas meja kerja Disha. Disha hanya memperhatikan setiap kotak yang dikeluarkan oleh Geya. Ada dua macam kotak, yang satu berisi nasi juga di dalamnya ternyata ada satu kotak lagi berbentuk bundar yang berisi sayur sop. Kotak kedua berisi buah. Ada potongan melon dan semangka. Ada juga satu gelas susu.

Ponselnya berdenting. Menandakan ada pesan masuk. Ternyata dari suaminya.

'Aku menyuruh Bi Liyah untuk membuatkanmu sayur sop. Sudah sampai kan?'

'Makan yang banyak. Tadi sebelum berangkat, kamu masih terlihat pucat'

Kedua sudut bibirnya tertarik membaca pesan singkat yang dikirimkan oleh Arva. Sepertinya tadi pagi ia tidak cukup berhasil meyakinkan Arva jika dirinya sehat sepenuhnya melalui aktivitas panas mereka. Arva benar, dirinya memang tidak dalam kondisi yang prima hari ini.

"Harusnya tuh ya, istri yang ngirimin bekal buat suaminya. Ini malah kebalik" Geya memberikan komentar. perempuan itu ikut mencomot ayam goreng yang ada di kotak makan Disha. Beruntung sekali atasannya itu tidak memarahi sikapnya yang terbilang kurang ajar itu. Inilah nilai tambah jika bekerja dengan sahabat sendiri.

"Eh kayanya suamimu itu udah jatuh hati deh sama kamu, Dis. Aku yakin dia udah move on dari mantan pacarnya"

Ah. Bagaimana Disha melupakan soal fakta jika Arva memiliki seorang mantan kekasih, bahkan mantannya itu bekerja di gedung yang sama dengannya. Hubungannya dengan Arva yang menghangat membuatnya lupa jika mereka berdua tidak terikat pada suatu perasaan yang dinamakan cinta. Sebuah perasaan yang seharusnya ada dalam kehidupan pernikahan. Pernyataan Geya membuatnya bertanya-tanya, bagaimana hati Arva sekarang? Laki-laki itu menawarkan untuk menjalani komitmen yang sesungguhnya dengan dirinya, lalu bagaimana dengan isi hati pria itu? Apakah benar yang Geya katakan, jika nama Binar sudah memudar di hati lelaki itu? Laki-laki itu memang bersikap baik padanya. Selayaknya seorang suami kepada istrinya. Namun semudah itu kah Arva melupakan Binar? Hatinya terasa mengganjal hanya karena memikirkan jika Arva masih menyimpan Binar dalam hati pria itu. Pria yang setiap malam mendekapnya. Pria yang selalu memberikannya kecupan manis setelah mereka bercinta.

Mengikat HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang