Paradisha dan Arvasatya. Dua manusia yang disatukan dalam ikatan pernikahan melalui sebuah perjodohan yang direncanakan oleh orang tua mereka. Perjodohan di kalangan mereka adalah hal yang biasa. Pasangan mereka ditentukan agar mereka memiliki pasan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Dapatkan informasi apapun yang bisa didapat tentang dia." Ucap Disha pada orang yang sedang berada dalam sambungan telepon dengannya. Perempuan itu mengamati halaman belakang rumah keluarganya dari balkon kamarnya. Subuh-subuh tadi ia bangun dari tidurnya di kamar yang dulunya dipakai oleh kedua orang tuanya. Kemarin malam, setelah puas menangis, Disha tertidur di kamar itu. Begitu bangun ia segera kembali ke kamarnya sendiri.
"Aku tunggu hasilnya secepatnya"
Disha mengakhiri panggilan. Ia menatap layar ponselnya guna memeriksa jam. Sudah pukul setengah tujuh. Setengah jam lagi sarapan akan dilaksanakan. Disha tidak terbiasa sarapan berat sejak dirinya berkuliah di luar negeri dan jauh dari rumah. Saat berada di rumah ini tentu saja pola makan Disha terjaga. Ada banyak asisten rumah tangga yang mengingatkannya untuk makan dan mengantarkan makanannya ke kamarnya jika ia tidak ikut bergabung makan bersama. Mama Kamala juga tidak pernah membiarkan Disha melewatkan sarapan.
Sebelum sarapan ada yang perlu dilakukannya. Yaitu bertemu dengan papinya. Ia perlu tahu apa yang menjadi motif papinya membuat rencana perjodohan untuknya dan Arvasatya. Dari yang ia tahu, perusahaan milik Wiyasa sedang dalam kondisi yang tidak bagus. Perusahaan itu nyaris atau mungkin malah sudah pailit. Jika ini menyangkut bisnis, dari yang Disha lihat perusahaannya tidak akan mendapat keuntungan. Memangnya apa keuntungan yang ditawarkan oleh perusahaan yang sedang kolaps itu.
Pernikahan di kalangan mereka sudah pasti berbalut kepentingan bisnis. Bagi orang-orang seperti mereka, pernikahan tidak hanya menyatukan dua orang yang sedang saling mencinta. Hah, Disha ingin tertawa membahas ini. Cinta tidak dibutuhkan untuk pernikahan seperti ini. Pernikahan bagi mereka dijadikan pengikat tak kasat mata antara dua keluarga –antara dua perusahaan– agar mereka tidak saling melepaskan diri dari bisnis yang sudah terjalin, yang sudah bekerja sama. Pernikahan sebagai jaminan bahwa mereka akan saling membantu sama lain untuk bisnis masing-masing. Jika melepaskan artinya kerjasama mereka yang menguntungkan juga akan selesai.
Sayangnya di sini Disha tidak bisa melihat hal apa yang menguntungkan untuk Asara Group. Apa yang ditawarkan Wiyasa kepada papinya? Ada dua asumsi yang berputar di kepalanya, jika bukan bisnis keluarganya yang ditawarkan keuntungan, maka Wiyasa lah yang sedang ditawari sebuah keuntungan oleh papinya. Menyadari kemungkinan itu membuatnya teringat cerita masa lalu.
***
Disha mengetuk beberapa kali pintu ruang kerja papinya. Sebelumnya ia sempat mampir ke kamar papinya yang ada di lantai bawah. Mama Kamala mengatakan jika pria setengah baya itu berada di ruang kerjanya.
Saat mendengar sahutan dari dalam yang menyuruhnya untuk masuk, Disha menarik handle pintu. Ia menemukan papinya dengan kacamata yang melorot di batang hidungnya sedang membaca sebuah buku di kursi kebesaran milik pria itu
Disha menutup pintu kemudian melangkahkan kakinya hingga ke tengah ruangan. Perempuan itu berdiri di depan meja kerja sang ayah. Menunggu ayahnya itu selesai dengan kegiatannya.