23

8.3K 601 33
                                    

Chapter - 23

Terdapat agenda rapat dengan vendor, dilanjut dengan rapat bersama manager dari berbagai divisi untuk membicarakan alur kas perusahaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terdapat agenda rapat dengan vendor, dilanjut dengan rapat bersama manager dari berbagai divisi untuk membicarakan alur kas perusahaan. Jadwal Disha cukup padat. Perempuan itu mulai sedikit senggang setelah jam makan siang. Ia berpesan pada Geya untuk mengumpulkan berkas-berkas yang harus diperiksa dan ditanda-tangani. Disha juga perlu bertemu dengan papinya. Ada yang perlu disampaikan pada papinya itu.

Disha sampai di depan ruangan papinya. Ada Pak Brata yang menganggukkan kepala kepadanya dan membolehkannya untuk masuk ke dalam. Papinya terlihat sibuk membolak-balikkan berkas. Biasanya Disha akan datang ke sini jika memang ada yang perlu dilaporkan dan disampaikan terkait pekerjaannya. Kali ini, ada sesuatu hal yang lain.

"Ada apa?" Suara Praba Baswara terdengar tegas. Matanya menatap lurus pada kehadiran putri sulungnya di dalam ruangan.

"Aku mau minta sesuatu sama papi"

Satu alis Praba terangkat mendengar perkataan putrinya. Biasanya putrinya itu selalu bersikap formal saat dalam lingkup pekerjaan. Selama berada di bawah atap kantor, Disha cenderung akan memanggil dirinya dengan sebutan 'Bapak' alih-alih dengan 'Papi'. Ini artinya pembicaraan ini berkaitan dengan sesuatu yang individual.

"Selama ini aku jarang meminta sesuatu pada papi. Kali ini aku punya permintaan"

"Dan apa permintaanmu itu?"

Praba membenarkan jika Disha memang jarang meminta kepadanya. Anak perempuannya itu memang pernah menjadi anak manja. Tapi itu dulu, saat Disha masih di masa kanak-kanak. Saat Mustika masih hidup mendampingi putrinya itu. Setelah istrinya meninggal, Disha mulai berubah. Putrinya itu tidak pernah lagi bersikap manja dan seolah bisa mengatasi segala permasalahannya sendiri. Selama masa remaja, Disha tidak pernah meminta dibelikan ini atau itu, anak itu jika ingin membeli sesuatu tidak pernah merengek. Ia pergi sendiri dengan sopir. Praba memang memberi uang jajan yang sangat lumayan. Jadi mendengar putrinya ini meminta sesuatu padanya merupakan suatu hal yang terasa asing.

"Aku mau Dirapharm"

'Mau' di sini artinya bukan hanya sekedar menduduki jabatan tertinggi di perusahaan itu. Putrinya ingin perusahaan itu menjadi miliknya.

Disha tidak menangkap raut keterkejutan dari papinya, seperti pria itu sudah memprediksi hal ini sebelumnya. Semalam ia terus memikirkan soal papinya yang ternyata masih memedulikan keluarga ibunya. Kemarin Listia juga menyebutkan jika papinya yang memberikan bantuan modal untuk usaha online clothing yang dijalankannya. Sebelumnya, Listia sempat bekerja di sebuah perusahaan multinasional sebagai manager, tapi memutuskan resign saat mengandung karena kandungannya yang lemah. Akhirnya sepupu Disha itu memilih untuk membuka usaha sendiri.

Apa papinya itu merasa bersalah? Dan melakukan hal-hal ini untuk penebusan?

"Kamu tidak perlu memintanya. Sejak awal itu memang milikmu."

Mengikat HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang