Paradisha dan Arvasatya. Dua manusia yang disatukan dalam ikatan pernikahan melalui sebuah perjodohan yang direncanakan oleh orang tua mereka. Perjodohan di kalangan mereka adalah hal yang biasa. Pasangan mereka ditentukan agar mereka memiliki pasan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Disha dan Arva masuk ke kamar hotel yang mereka tempati setelah pesta. Semua anggota keluarga menginap di sana selama satu malam. Ini adalah malam pertama bagi pasangan pengantin itu. Disha dan Arva akan tidur di dalam kamar yang sama untuk pertama kalinya.
Arva melepas jas tuksedonya begitu mereka sampai di kamar president suite yang mereka tempati lalu menyampirkannya di punggung sofa kemudian menghempaskan tubuhnya juga ke sana. Rasa lelah atas serangkaian pesta hari ini menggerogoti tubuhnya. Rasa-rasanya Arva tidak akan sanggup bangun esok hari. Ia ingin tidur seharian penuh besok.
Arva memejamkan matanya yang memang sudah terasa berat. Kepalanya menyandar di atas sandaran sofa. Arva hampir larut dalam mimpi saat panggilan halus menarik kesadarannya diikuti dengan goyangan ringan pada lengannya.
Begitu ia membuka mata, ia melihat Disha yang menatapnya dengan pandangan ragu. Seolah perempuan itu ingin mengatakan sesuatu padanya namun tidak yakin.
Arva menegakkan tubuhnya, mengangkat wajahnya agar bisa memandang Disha yang berdiri di hadapannya saat ini. Perempuan itu masih memakai gaun pengantinnya.
"Boleh aku minta tolong?"
Arva menganggukkan kepalanya, sedetik kemudian Disha justru memutar tubuh membelakangi Arva.
"Tolong bantu lepas ritsleting gaunku"
Disha menggeram dalam hati setelah mengatakan hal itu. Awalnya ia tidak ingin meminta bantuan pada Arva. Ia sudah berada di kamar mandi dan siap melepaskan gaun yang terasa begitu berat di tubuhnya. Namun betapa kerasnya Disha berusaha menjangkau ritsletingnya, berkali-kali pula Disha menjumpai kegagalan. Ia sempat ingin menelpon Mitha agar datang ke kamarnya dan membantunya, tapi pilihan itu bukan ide yang bagus. Hanya akan menimbulkan kegaduhan lain kenapa Disha tidak meminta bantuan kepada suaminya. Mereka sudah legal sekarang, apa salahnya untuk meminta bantuan untuk melepas pakaian.
Jadi beginilah yang terjadi. Disha menghampiri Arva dan meminta suaminya itu untuk membantunya.
Tubuhnya menegang saat ia merasakan hangat tubuh Arva yang berdiri di belakangnya. Ia bisa merasakan jika lelaki itu berdiri cukup dekat dengan tubuhnya. Ia bisa merasakan hembusan napas hangat pria itu di tengkuknya. Membuat bulu kuduk meremang merasakannya.
Dengan gerakan pelan, Arva menarik turun ritsleting gaun Disha. Disha akhirnya merasakan gaunnya melonggar, tidak lagi menekan tubuhnya yang sudah terasa sesak sejak berjam-jam yang lalu. Gaunnya hampir merosot jika Disha tidak memeganginya. Buru-buru Disha berjalan cepat ke arah kamar mandi. Meninggalkan Arva yang masih terpaku di belakangnya. Pria itu menatap punggung putih mulus milik istrinya yang terekspos tepat di depan matanya. Membuat sesuatu dalam diri Arva bangkit. Terkutuklah hasrat kelelakiannya yang tidak tahu tempat.
Hal ini membuat Arva merasa dirinya menjadi pria mesum yang tidak punya adab.