Paradisha dan Arvasatya. Dua manusia yang disatukan dalam ikatan pernikahan melalui sebuah perjodohan yang direncanakan oleh orang tua mereka. Perjodohan di kalangan mereka adalah hal yang biasa. Pasangan mereka ditentukan agar mereka memiliki pasan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Orang tuanya tidak menunggu lama terkait rencana perjodohan. Tidak mau membuang-buang waktu. Akhir pekan ini akan dijadwalkan makan malam bersama Keluarga Baswara, bahkan dalam satu minggu ini saja Arva belum bisa menerima kenyataan jika alur hidupnya yang satu ini sudah ditentukan, padahal dulu sang ayah pernah mengatakan jika ia bebas memilih perempuan manapun untuk dijadikan pasangan.
Seminggu ini kepalanya cukup pening dengan hal itu. Ia tidak mengenal seperti apa Paradisha. Perempuan seperti apa yang direncanakan akan menikah dengannya. Papanya memang mengatakan jika Paradisha adalah perempuan yang memenuhi kriteria sebagai calon menantu, tapi itu menurut standar sang ayah yang memang memiliki niat lain dalam rencana perjodohan ini. Lalu bagaimana menurut Arva.
Selama seminggu ini Arva menjauhi kekasihnya –Binar. Kepalanya terlalu penuh dengan rencana perjodohannya. Ia tidak mau bertemu dengan kekasihnya dengan wajah kusut. Seminggu ini Arva hanya bertukar pesan dengan Binar, padahal biasanya paling tidak mereka akan bertemu sekali dalam seminggu jika memang sedang sibuk.
Arva benar-benar merasa penat dan butuh pengalihan. Secara impulsif ia menghubungi teman-temannya untuk menemaninya mencari penghiburan hari ini. Sebuah penghiburan yang sesungguhnya sangat jarang Arva sentuh. Tapi kali ini tanpa keraguan, Arva melajukan mobilnya menuju kelab yang sering dikunjungi oleh teman-temannya.
***
"Paradisha ya?"
Arva meneguk wiski kemudian mengangguk menanggapi Yanuar yang mengonfirmasi kembali soal siapa yang dijodohkan dengannya. Arva sudah menceritakan masalahnya kepada teman-temannya yang hari ini menemaninya untuk sekedar minum di kelab. Mencoba mencari pengalihan dengan minuman-minuman yang tersedia di sana. Hanya minum, Arva sama sekali tidak berminat dengan ramainya dance floor.
"Kau bajingan beruntung kalau mendapatkannya" Sahut Harish. Laki-laki itu awalnya terkejut mendengar berita yang disampaikan oleh kawannya itu. Melihat Arva yang hari ini bernai lari pada alcohol, artinya memang perjodohan ini menjadi beban tersendiri untuk pria itu.
"Tapi kalau dipikir-pikir. Fine-fine aja dia dapatnya Paradisha. Pria baik-baik kaya si Arva ini deserve lha dapat yang modelan Paradisha" Yanuar menanggapi.
Arva mengerutkan dahi. Ia tidak paham dengan apa yang dibicarakan oleh teman-temannya. Sepertinya mereka sangat mengenal sosok Paradisha ini.
"Kalian kayanya kenal banget sama Paradisha"
"Ck. Emang kaunya saja yang tutup mata sama perempuan lain selain pacarmu. Dia itu sempurna. Soal kecantikan nggak perlu diraguin lagi. Udah jelas visualnya bukan main. Paradisha selalu menjaga reputasinya sebagai calon pewaris Asara. Ketimbang sepupunya yang cucu pertama dan laki-laki, justru Paradisha yang katanya akan menjadi pemimpin kerajaan bisnis Baswara."