05

8.8K 526 20
                                    

Chapter - 05

"Ge, tolong reservasi meja untuk dua orang malam ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ge, tolong reservasi meja untuk dua orang malam ini. Dan carikan aku informasi nomer ponsel pribadi Arvasatya"

"Siap laksanakan, Bu"

Geya tersenyum kecil pada Paradisha yang saat ini begitu fokus dengan layar komputernya. Sedikit geli mendengar atasannya memintanya mencari tahu nomer ponsel calon suaminya. Bukankah aneh bahwa jika tidak mengetahui nomer ponsel pribadi seseorang yang sudah ditetapkan sebagai calon pasangan sehidup-semati. Oh Geya lupa kondisi mereka sedikit berbeda dengan calon-calon pasangan pada umumnya.

Geya meniggalkan Disha dan kembali ke mejanya sendiri. Melakukan tugas yang diberikan kepadanya. Pertama ia akan melakukan reservasi di restoran langganan Disha, kemudian mencari nomer ponsel Arva. Sebelumnya mereka memang sudah mengantungi nomer ponsel Arva, namun itu nomer yang digunakan untuk kepentingan pekerjaan.

Disha menghentikan kegiatannya mengecek file di monitor saat ponselnya bergetar. Ada pesan dari Geya yang berisi informasi mengenai detail reservasi dan ada pula nomer Arva. Segera saja perempuan mengirimkan pesan pada pria itu berisi ajakan untuk makan malam guna mendiskusikan pembahasan mereka yang sempat tertunda malam itu di rumahnya. Ada beberapa hal yang perlu mereka bicarakan. Orang tua mereka sudah sepakat bahwa pernikahan akan dilaksanakan secepatnya –kurang lebih satu bulan dari sekarang. Besok atau lusa pasti sudah ada media yang memberitakan kabar pernikahan mereka. Semua sudah terencana. Timeline-nya pun sudah disusun. Papinya dan ayah Arva itu memang bersiap cukup banyak.

***

'Makan malam hari ini'

Arva memandangi layar ponselnya yang menampilkan pesan dari Paradisha. Ada ajakan –atau lebih tepat sebagai perintah. Di bawah pesan itu ada lokasi restoran yang pasti sudah dipesan oleh perempuan itu.

"Han, hari ini agenda saya sampai jam berapa?"

Sejak perusahaannya dalam kondisi jungkir balik, Arva seringkali bekerja lembur. Mencoba menjalin hubungan baik dengan klien-klien sebelumnya dengan mengundang mereka untuk makan malam bersama dan sebagainya sebagai upaya menarik kepercayaan mereka kembali, kendati hal tersebut tidak membuahkan hasil.

"Hari ini tidak ada agenda bertemu dengan klien, pak. Bapak bisa pulang sesuai jam kantor"

"Ok. Terima kasih"

Arva memberikan anggukan singkat kepada sekretarisnya –Farhan dan mempersilahkan lelaki itu undur diri dari ruangannya. Arva memandang kembali layar ponselnya yang berisi ruang obrolan dengan Disha. Laki-laki itu mengetikkan balasan bahwa ia menyanggupi ajakan makan malam itu.

Arva tidak kunjung menutup layar oborlan itu, justru melarikan jarinya ke arah profil Disha. Tangannya mengklik foto profil yang ditampilkan Disha di aplikasi perpesan, tidak ada yang spesial dari foto itu. Foto itu terlihat sangat formal. Disha menggunakan setelan kerja, blazer berwarna hitam. Rambutnya digerai dan diselipkan dengan rapi di belakang telinganya. Arva sempat berpikiran bahwa nomer yang menghubunginya ini adalah nomer bisnis perempuan itu yang biasanya digunakan untuk keperluan pekerjaan dan bukan nomer pribadi. Dengan wajah rupawan seperti itu, seakan sangat disayangkan jika Disha tidak menampilkan foto dengan pose-pose elok nan estetik seperti yang dilakukan oleh banyak orang. Adiknya saja bisa mengganti foto profil media sosialnya sebanyak dua sampai tiga kali dalam seminggu.

Mengikat HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang