16[a]

6K 354 17
                                    

Chapter - 16[a]

Ada 4 orang yang mengisi meja makan yang sebenarnya bisa menampung 20 orang itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada 4 orang yang mengisi meja makan yang sebenarnya bisa menampung 20 orang itu. Kedua orang tua Disha, Disha sendiri, dan Arva. Setidaknya makan malam hari ini tidak mengundang keluarga besar lainnya. Disha sedang malas menghadapi bibi-bibinya.

Disha menatap kursi di sebelah Kamala yang kosong. Seharusnya kursi itu diisi oleh adiknya, tapi adiknya tidak terlihat batang hidungnya sama sekali di rumah.

"Mitha kemana?"

"Oh Mitha bilang ada bimbingan sama dosennya. Mungkin sebentar lagi sampai"

"Diantar Pak Gik?"

Disha tahu jika Mitha selalu diantar jemput oleh sopir. Mama Kamala masih tidak sepenuhnya rela membiarkan Mitha mengendarai mobil sendiri setelah insiden Mitha menabrak trotoar setelah keluar dari kompleks perumahannya setahun yang lalu. Adiknya itu kemana-mana akan diantar Pak Gik. Sopir kepercayaan keluarga yang sudah bekerja selama belasan tahun di sini.

"Mitha pulang" Suara riang terdengar memasuki ruang makan.

"Nah itu dia"

Disha menolehkan kepalanya. Mitha memasuki ruang makan dengan riang diikuti oleh seorang laki-laki di belakangnya. Dari situ, Disha tahu jika yang menggantikan sopir keluarganya mengantar jemput Mitha adalah Jenggala. Tentangga sebelah yang memang sudah sejak kecil dekat dengan adiknya. Laki-laki yang Disha ketahui menjadi seseorang yang tertambat di hati hatinya.

"Gala mau bergabung makan malam bersama kami?" Tawar Kamala. Wanita itu terlihat senang dengan kehadiran Jenggala.

"Makasih buat tawarannya, tante. Tapi Gala ada janji lain"

Disha memberikan senyum tipis kepada Gala saat laki-laki itu menganggukkan kepala ke arahnya untuk berpamitan. Kemudian ia melirik adiknya yang sudah duduk di sebelah mamanya. Terlihat jika raut ceria adiknya sebelumnya berubah menjadi sendu.

"Pak Gik kemana? Kok yang jemput Gala?"

Biasanya Disha tidak ikut campur pada urusan adiknya atau urusan siapapun. Hanya saja kali ini Disha memiliki sedikit intensi untuk mengetahui. Menurut pengamatannya, adiknya, Gala, dan adik Arva terlibat dalam kisah yang rumit. Disha cukup peka untuk menyadarinya saat merasakan aura ketegangan di antara Mitha dan adik Arva.

"Oh Pak Gik lagi pulang kampung. Putrinya melahirkan. Pak Gik mau lihat cucunya" Kamala lah yang menjawab pertanyaan dari Disha. Tangan wanita itu sibuk untuk mengambilkan nasi dan lauk untuk papinya. Jangan berharap Disha akan melakukan hal yang sama untuk Arva. Laki-laki itu punya dua tangan yang masih berfungsi dengan baik. Perkara mengambil nasi dan lauk pasti bisa dilakukan sendiri.

"Ngomong-ngomong soal cucu, mama udah nggak sabar nunggu cucu dari kalian"

Uhuk

Bukan Disha yang tersedak. Melainkan Arva. Mengapa pula pria itu harus terkejut. Tadi siang papinya juga menyinggung soal ini. Disha tahu, jika beberapa waktu ke depan pasti bahasan cucu ini akan terus diangkat sana-sini. Seolah ada tekanan tak kasat mata yang mengejar Disha untuk segera memberikan cucu pada keluarga ini.

Mengikat HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang