Chapter - 17
Kelopak mata Disha terbuka secara perlahan. Perempuan itu merasa pegal-pegal di seluruh badannya. Rasanya tulang-tulangnya mau patah. Tidak hanya itu, Disha juga merasakan nyeri di bagian tubuh bawahnya. Badannya benar-benar remuk akibat semalam.
Sudah pukul 8 ternyata. Pantas saja cahaya yang menyusup dari balik gorden yang belum terbuka sudah terlihat terang. Disha tidak tahu mereka selesai pada pukul berapa, yang jelas Disha sudah sangat kelelahan dan berakhir tertidur saat mereka pada akhirnya mencapai puncak untuk yang kesekian kalinya.
Dengan mengumpulkan tenaga yang masih tersisa, Disha bangun dari baringannya. Menaikkan selimut untuk menutupi bagian dadanya. Sisi ranjang di sebelahnya sudah kosong dan terasa sudah dingin. Itu artinya Arva sudah lama meninggalkan sisi itu. Dan di mana pria itu sekarang?
Mungkin sudah berangkat bekerja. Ini bahkan sudah pukul 8. Sementara dirinya sepertinya harus menghubungi Geya bahwa dirinya tidak bisa berangkat ke kantor hari ini dan menyuruh asistennya itu mengirimkan pekerjaan melalui surel agar bisa dikerjakannya dari rumah.
"Kamu sudah bangun?"
Baru saja sosok itu terlintas di kepalanya, sekarang Arva sudah berdiri di sisi ranjang. Laki-laki itu tidak tampak akan bersiap untuk pergi bekerja. Tampilannya kasual dengan pakaian rumahannya. Mendadak keduanya diselimuti oleh atmosfer canggung. Bayangan mereka yang menyatu semalam membuat kedua pipi Disha bersemu merah.
"Kamu mau mandi?"
"Ya." Jawab Disha lirih. Perempuan itu pun sendiri kaget dengan suaranya yang nyaris menghilang. Disha merutuki dirinya sendiri lagi saat mengingat desahannya semalam yang sepertinya menjadi penyebab suaranya hampir menghilang pagi ini. Ia terlalu banyak besuara semalam.
Saat menggerakkan kakinya, nyeri itu kembali menyengat selangkangannya. Tanpa disadari, Disha meringis sembari mencengkram selimut yang ia pertahankan untuk terus menutupi bagian tubuhnya.
"Sini, biar kubantu"
Secepat kilat Disha sudah menemukan Arva berdiri tepat di sebelahnya. Laki-laki itu mencondongkan tubuh pada Disha. Disha hanya bisa membelalakkan mata saat pria itu meletakkan kedua lengannya di bawah lutut dan belakang punggungnya. Suara pekikan lolos dari mulut Disha saat Arva dengan mudahnya membawa tubuh perempuan itu yang masih terbalut selimut ke dalam gendongannya. Dengan cekatan, Arva membawa Disha menuju kamar mandi.
Arva sudah terjaga sejak satu jam yang lalu. Begitu bangun pria itu tidak langsung beranjak dari atas ranjang. Justru mengamati Disha yang meringkuk di pelukannya. Kulit telanjang mereka bersentuhan tanpa penghalang di balik selimut, membuat Arva kembali merasakan gelenyar aneh yang ia sukai. Arva ingin berada di posisi itu sedikit lebih lama.
Pemandangan Disha yang berada di pelukannya dengan kondisi telanjang memang menggairahkan. Namun Arva tahu jika dirinya harus menahan hasrat yang kembali menggelora karena Arva tahu, Disha pasti sedang merasakan kesakitan di bawah sana dan Arva tidak mau menambah rasa sakit itu. Jadi meskipun dengan berat hati, Arva melepaskan belitan tangannya di sekitar pinggang Disha dan turun dari ranjang untuk membersihkan badannya. Ia juga harus menemui Bi Liyah yang pasti sudah datang untuk memasakkan mereka sarapan. Pagi ini Arva akan meminta wanita itu memasak sup. Disha pasti butuh sarapan berat pagi ini untuk mengembalikan tenaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengikat Hati
General FictionParadisha dan Arvasatya. Dua manusia yang disatukan dalam ikatan pernikahan melalui sebuah perjodohan yang direncanakan oleh orang tua mereka. Perjodohan di kalangan mereka adalah hal yang biasa. Pasangan mereka ditentukan agar mereka memiliki pasan...