Paradisha dan Arvasatya. Dua manusia yang disatukan dalam ikatan pernikahan melalui sebuah perjodohan yang direncanakan oleh orang tua mereka. Perjodohan di kalangan mereka adalah hal yang biasa. Pasangan mereka ditentukan agar mereka memiliki pasan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ini adalah hari pertama Disha sebagai mahasiswa. Hari ini ia berangkat ke kampus barunya untuk mengikuti serangkaian kegiatan pengenalan kehidupan kampus. Tidak ada yang spesial sebenarnya karena kampus ini sudah dipilihkan oleh papinya. Disha hanya mengikuti. Sayangnya selayaknya orang-orang pada umumnya yang merasa gugup menyongsong hari esok yang akan menjadi tahapan baru dalam jalan hidupnya, Disha tidak bisa tidur dan baru tidur baru tertidur pada pukul 1 dini hari. Alhasil ia tidak terusik oleh alarm yang sudah berbunyi berkali-kali. Beruntung sekali Mama Kamala menggedor-gedor pintu kamarnya dan membuat Disha pada akhirnya terjaga. Perempuan itu sempat mengumpat saat melihat jam weker di atas nakas.
Benar saja, saat Disha turun dari mobil yang dikemudikan oleh Pak Gik -sopir keluarganya yang dipercaya untuk mengantarkan Disha hari ini berhenti di depan gerbang kampusnya, beberapa mahasiswa yang bertanggung jawab pada pengenalan kampus sudah menghadang beberapa mahasiswa baru yang terlambat. Sudah ada arahan untuk berkumpul di lapangan.
Disha menyuruh Pak Gik agar memajukan posisi mobil agar tidak pas di depan gerbang. Gadis itu menggigit bibirnya melihat wajah garang para kakak tingkat di depan para mahasiswa baru yang terlambat. Dengan hati masam, Disha turun dari mobil. Langkahnya melaju dengan berat mendekat ke arah gerbang. Ia berdiri di sebelah pohon. Ia tidak takut dimarahi. Mendapat suara keras maupun makian dari para kakak tingkat itu bukan apa-apa bagi Disha, tapi jelas Disha malas jika harus mendapat hukuman. Ia tidak mau melakukan squat jump atau lari beberapa putaran mengelilingi lapangan. Yang benar saja, semasa sekolah saja Disha tidak pernah dihukum. Ia selalu menjadi murid teladan.
Tapi mau bagaimana lagi. Salahnya sendiri yang datang terlambat hari ini, jadi mau tidak mau Disha harus menghadapi apapun hukuman yang diterimanya di hari pertama menjadi seorang mahasiswa. Namun tiba-tiba saja ia merasakan lengannya ditarik untuk menjauh dari kerumunan para mahasiswa terlambat yang berdiri di hadapan para kakak tingkat yang memakai almamater.
Disha dibawa menyusuri jalan lain, bukan melalui gerbang utama. Disha sendiri tidak tahu jika ada jalan tembusan seperti ini di kampusnya. Ia hanya mengikuti dalam diam seorang lelaki yang masih menarik pergelangan tangannya. Tidak ada suara yang dikeluarkan oleh keduanya. Disha hanya tetap terus berjalan mengikuti si pemandu jalan. Dari balik belakang tubuh laki-laki itu, Disha bisa mencium aroma citrus yang menguar dari tubuh sang lelaki. Menggelitik indera penciuman Disha.
Setelah berhasil memasuki area kampus, sosok yang menarik Disha akhirnya melepaskan tangan Disha.
"Sudah aman. Mereka tidak akan tahu kalau kita terlambat. Kamu bisa pergi ke lapangan dan mencari kelompokmu" Laki-laki itu berkata sambil memberikan seulas senyum kepada Disha. Tatapannya juga teduh seolah siap menghanyutkan siapapun yang menatapnya -meski Disha hanya mendapatkannya sekilas, laki-laki itu dengan cepat memalingkan wajahnya. Selama beberapa sesaat Disha terpaku pada senyum manis itu yang terekam di memorinya. Untuk pertama kalinya dada Disha bergemuruh untuk seorang laki-laki.