Bab 40:Love Story

3.7K 111 8
                                    

Fira termenung keluar tingkap, Rina yang berada di sisinya memandangnya pelik. Rina mengusik tangan Umi, Umi memandang Rina. Rina memuncungkan bibirnya ke arah Fira, Umi memandang Fira. " Ya Fira, kenapa anti termenung? " Fira tersentak, dia melihat ke arah kawan-kawannya itu. " Korang, tak sangka kan Niya dah nak kahwin? " kata Fira sayu, Elly dan Hafsirah saling berpandangan, " Maksud? " soal Elly. " Ya lah, nanti lepas kahwin, Niya dah tak bebas sangat. Pergi mana-mana kenalah minta izin Mikhail. Kalau Mikhail tak bagi macam mana? Lagipun sebelum ni, Niya yang selalu jadi ketua kita kan? " jelas Fira. " A'ah kan, rasa sedih pula tiba-tiba. " kata Hafsirah.

" Tapi, Niya kan kawan kita. Kita mestilah happy untuk dia. Mana boleh tunjuk sedih-sedih ni. Nanti apa perasaan dia? " sampuk Umi, mereka semua mengangguk tanda setuju dengan kata-kata Umi. Riyan melihat keadaan di perpustakaan itu, terasa pelik apabila Niya dan Mikhail tidak hadir hari ini. " Kenapa Riyan? " soal Tony, " Tony kau tau tak kenapa Mikhail dan Niya tak datang hari ni? " soal Riyan. " Lah, kau tak tau? Kan dorang kahwin hari ni. " jawab Tony, hampir berkerut dahi Riyan dibuatnya. " Maksud kau? " soal Riyan, " Nah! " Tony menarik keluar kad jemputan perkahwinan itu dari celah buku teksnya. Riyan membaca isi kandungannya.

Terasa pantas degupan jantung Riyan, terasa sesak nafasnya tiba-tiba. Dengan perasaan yang tidak tentu arah, dia segera berlari ke tandas, " Aik, apasal tu? " soal Nazmie. " Entah. " jawab Tony ringkas. Riyan berlari menuju ke tandas, air mata sudah berjatuhan di pipinya. Tiba sahaja di tandas, dia merenung wajahnya di cermin. " Kenapa? Kenapa mesti dia?! " teriak Riyan dalam hati, dia teringat semua kenangannya bersama Niya. Kini baru dia faham, kenapa kali pertama dia berjumpa Niya, Niya bersama Mikhail, hinggalah semalam, Niya datang ke rumahnya bersama Mikhail.

Riyan merenung wajahnya di cermin, tiba-tiba api amarah terkumpul di hatinya. Riyan menumbuk cermin itu, berkali-kali sehingga tangannya luka berdarah. " Kenapa!!! " teriak Riyan, Riyan seperti orang yang hilang akal. Dia duduk di atas sinki itu, " Kenapa semuanya jadi macam ni? Kenapa? Kalaulah masa boleh diputar balik. " tangan Riyan mencapai kaca yang berterabur di sisinya. Dia melihat pergelangan tangan kirinya.

Dato' Sulaiman memperkemaskan samping Mikhail, Mikhail tersenyum melihat ayahnya yang tidak berhenti menyiapkan dirinya dari subuh tadi. " Ha, Ok dah siap. " kata Dato' Sulaiman, " Ayah, benda ni kejap ja sebenarnya. Tapi ayah ja buat dia jadi lama. " kata Mikhail. " Apa salahnya? Ayah nak Mikhail betul-betul nampak handsome depan mereka semua. Ayah yakin Niya pun kena buat macam tu. " kata Dato' Sulaiman, " Ya lah. Terima kasih ayah. " kata Mikhail. Dato' Sulaiman tersenyum, dia memegang bahu anak lelaki bongsunya itu.

" Dah besar dah anak ayah ni. Dah ready nak jadi ketua keluarga? ", " In sya Allah ayah. " jawab Mikhail. " Ayah ingat lagi masa kamu kecil, kamu selalu merungut bila ayah tinggalkan kamu pergi kerja. Tapi sekarang, kamu pula yang akan dengar semua tu dari cucu ayah nanti. " kata Dato' Sulaiman, Mikhail perasan akan air mata yang bertakung di birai mata Dato' Sulaiman. " Ayah. " Mikhail memeluk Dato' Sulaiman dengan erat, dia faham perasaan Dato' Sulaiman. Luqman membuka pintu bilik Mikhail, dia terkejut melihat ayahnya yang berjatuhan air mata di pipi. Kemudian dia tersenyum melihat mereka. " Ayah. " panggil Luqman. Dato' Sulaiman meleraikan pelukan itu.

" Kenapa Luqman? " soal Dato' Sulaiman, " Ibu panggil di bawah. " jawab Luqman. " Ok, Mikhail ayah turun dulu. " kata Dato' Sulaiman, Mikhail mengangguk sambil tersenyum. Luqman dan Dato' Sulaiman turun ke tingkat bawah bersama-sama, Mikhail membuka laci meja belajarnya. Dia mencapai hand phone nya, kemudian dia terpandang alat perakam video yang diberikan Hafizah itu. Dia merenung alat perakam video itu, kemudian dia mengambilnya lalu dia membuangnya ke dalam tong sampah.

" Tok! Tok! Tok! " pintu bilik Mikhail diketuk oleh seseorang, " Masuk. " kata Mikhail. Didi membuka pintu biliknya, " Aik, apasal kau ketuk pintu ni? " kata Mikhail. " Saja, main-main. " Didi duduk di atas katil Mikhail, dia menanggalkan songkok di kepalanya lalu baring. " Hoi, kau ingat free kah baring atas tu? Bayar-bayar! " Mikhail menghulurkan tangan kanannya, Didi menjelirkan lidahnya. " Eee! Budak ni! " Mikhail menggeletek Didi, " Woi, hahaha! Gila kau! Berhenti lah! Hahahaha! " riuh bilik Mikhail dengan suara ketawa Didi.

My Lovely Crush❤ Where stories live. Discover now