SW_26

7.1K 174 1
                                    

WAJIB FOLLOW, VOTE AND KOMEN !!!



happy reading seng...

***

Kini Samuel dan ke empat temannya tengah membolos dijam pelajaran ketiga. Mereka sedang bersantai di rooftop dengan rokok yang mereka hisap. Kecuali Hafiz dan Azka yang kini sibuk dengan es krim mereka.

Sebelum menyusul ketiga temannya ke rooftop Hafiz dan Azka pergi ke kantin untuk membeli es krim, menurutnya makan es krim sangat cocok saat panas-panas begini.

Di rooftop itu, Samuel dan semua temannya sudah menyulap sebuah gudang agar menjadi tempat yang nyaman untuk mereka membolos. Tidak ada yang tau, termasuk semua guru pun. Karena tempat paling atas digedung SMA Cempaka itu selalu terkunci. Hanya pemilik sekolah lah yang memegang kuncinya. Termasuk Samuel yang memegang kunci cadangannya. Samuel itu cucu satu-satunya jadi sudah pasti Opanya akan selalu memanjakannya.

Didalam ruangan itu sudah lengkap dengan semua fasilitas, ada sofa, televisi, kulkas, bahkan juga ada dapur kecil disana, tidak lupa juga ada toilet. Opa Samuel benar-benar menfasilitasi semua kebutuhan Samuel dan teman-temannya disana. Menurut kakek tua itu, selama Samuel tidak melewati batas nakalnya Dia akan menuruti semua kebutuhan cucu kesayangannya itu.

Samuel duduk disofa single dengan rokok yang diapit dijari telunjuk dan jari tengahnya. Zaky ada Gio duduk sisi kanan nya, disofa panjang. Sedangkan Hafiz dan Azka yang masih sibuk dengan es krim nya duduk dilantai yang terbalut karpet itu. Yah! Es krim mereka masih ada, bahkan masih banyak. Karena kedua nya membeli es krim masing-masing lima bungkus. Entah bagaimana nanti mereka memakannya. Bahkan ketiga nya sampai geleng-geleng kepala melihat tingkah Hafiz dan Azka.

"Hm, gue mau ini cepet beres" Ujar Samuel sembari menghisap putung rokok nya.

"Bener banget bangsat! Gue udah muak sama mereka, bahkan kebelet muntah sama tingkah mereka yang kayak anjing. Bisa-bisa nya ada sekumpulan manusia kayak mereka. Pengen banget gue musnahin. Ck, tangan gue udah bener-bener gatel nih pengen gebukin semuanya"

"Gue rasa itu bukan waktu yang tepat" Celetuk Gio setelah keterdiaman nya. Membuat semua pasang mata disana menatapnya. Termasuk Samuel yang kini juga menatapnya. "Lo gak inget pas setelah hari itu adalah hari dimana acara sekolah diadakan. Lo yakin mau lanjutin rencana lo itu? Kalau iya, gue yakin Opa bakalan marah besar" Lanjut Gio membalas tatapan Samuel. Semua diam menunggu lanjutan dari Gio.

"Kita gak ada yang tau kedepannya bakalan terjadi sesuatu atau enggak. Kita hanya perlu mengantisipasi dari sekarang. Kalau kita nyerang sebelum acara bisa aja kita ngehancurin acara itu. Karena kita gak ada yang tau, disaat penyerangan itu bakalan ada korban atau enggak. Gue saranin lebih baik kita ubah rencana kita, setelah acara itu" Jelas Gio panjang lebar. Sebenarnya benar apa yang dikatakan Gio, jika diantara anggotanya ada yang terluka nanti maka Samuel tidak akan menghadiri acara ulang tahun SMA Cempaka dan itu akan membuat Opa Reza marah besar. Karena disetiap acara, harus ada Samuel didalam nya, itu adalah keinginan mutlak dari kakek tua itu.

Samuel diam mencerna semua ucapan Gio, dia tidak boleh gegabah. Meski kesabarannya sudah habis karena tingkah Volkata tapi dia tidak boleh mengambil keputusan yang nantinya akan dia sesali. Samuel menganggukkan kepala, menyetujui usulan Gio. Membuat Keempat temannya tersenyum bangga. Ya! Inilah Samuel, meski dia sedang dilanda rasa kemarahan sekalipun dia akan tetap berpikir dua kali untuk mengambil keputusan. Dan keputusan yang dia ambil tidak pernah sekalipun membuat anggota dan teman-temannya kecewa. Inilah Samuel, Samuel dengan pemikirannya.

"Oke! Kita ubah rencana kita" Ucap Samuel mengangguk kan kepala. "Dan—" Ucapan yang menggantung itu membuat keempat nya menatap penasaran pada Samuel. "—Jangan lupa kasih tau sehari sebelum nya kalau kita bakalan nyerang geng sampah itu" Lanjut Samuel dingin. Warrior bukan geng pengecut yang menyerang musuh dengan tiba-tiba, hal itu tidak ada dalam kamus Warrior. Dan semua nya tau itu, bahkan musuh-musuhnya sekalipun tau. Itulah yang membedakan Warrior dengan geng yang lain, keberanian dari semua anggota yang ada didalamnya membuat Warrior ditakuti oleh musuh. Kecuali Volkata dan sekutunya yang selalu mengusik ketenangan itu. Tapi kini kesabaran Samuel sudah habis, jangan salahkan dia jika nanti Volkata akan hilang dari muka bumi ini.

***

"Gue gak percaya deh kalau leher lo beneran digigit semut" Celetuk Jesika.

"Ck, kenyataannya emang gitu. Gak percayaan banget sih"

"Ih masa sih digigit semut. Coba mana sini gue mau lihat" Ujar nya mendekatkan wajahnya dileher Alice agar dapat melihat dengan jelas jejak merah keunguan itu.

"Ck, jauh-jauh" Balasnya menjauhkan kepalanya dari Jesika.

"Ih gue mau lihat"

"Diem gak lo. Gue bilangin Hafiz lo ya" Ancam Alice membuat Jesika langsung diam. Lora terkekeh melihat tingkah kedua temannya saat bertengkar seperti ini.

Saat ini ketiganya sedang berada dikantin, mengistirahatkan diri mereka setelah pembelajaran olahraga. Padahal mereka tidak melakukan apapun kecuali ngerumpi dibawah pohon rindang yang sejuk. Sejak dilapangan juga Jesika selalu menanyakan hal yang sama membuat Alice ingin menabok keras kepalanya agar diam. Untungnya dia tidak tega, jika dia tega sudah sejak tadi Jesika akan diam saat menerima pukulan keras darinya.

Di hadapan mereka sudah ada makanan dan minuman yang mereka pesan. Masih utuh, belum tersentuh. Karena memang pesanannya baru sampai dimeja mereka.

Mereka bersiap untuk mengisi perut mereka masing-masing tapi tidak jadi karena adanya beberapa laki-laki yang ada disamping meja mereka, yang membuat ketiga nya mengalihkan pandangan nya untuk tau maksud dari kelima laki-laki itu.

"Boleh gabung kan?"

"Engg—" Ucapan Lora terpotong saat kedua diantara mereka tiba-tiba duduk seenaknya. Tentu saja diikuti oleh yang lain. Alice menatap tak suka pada lelaki yang kini duduk di sampingnya. Jujur saja dia masih kesal karena kejadian kemarin. Gara-gara laki-laki ini dia harus mengurai rambut panjang nya membuatnya kepanasan.

Sebenarnya meja itu tidak cukup jika diisi oleh delapan orang sekaligus, jadilah Azka memindahkan meja dan kursi yang lain untuk disatukan. Meja dan kursi dari tempat mereka sendiri.

Di kursi panjang itu diisi oleh Samuel, Alice, Jesika dan Hafiz. Sedangkan kursi panjang didepan nya diisi oleh Gio, Lora, Zaky dan Azka. Yups! Lora diapit oleh tiga cogannya SMA Cempaka. Iri gak? Iri gak? Jangan ya dek ya.

"Ayo cepetan lo pada mau pesen apa?"

"Samain aja"

Azka langsung pergi dari sana untuk memesan makanan mereka, sendiri. Karena nanti dia akan meminta tolong pada stand nya agar mengantar makanan mereka, itupun ada uang tambahan. Setelah selesai memesan Azka kembali ke tempat dimana teman-temannya berada, duduk disamping Zaky.

"Diem gak!" Semuanya mengarahkan pandangannya pada Alice yang sedang menatap kesal pada Samuel di samping nya. Sedangkan sang empu malah mengendikkan bahunya seolah tidak melakukan apapun. "Jauh-jauh sana" Ujar Alice mendorong Samuel.

"Anj—"

Karena kaget refleks Alice akan mengumpat sebelum ditatap tajam oleh Samuel. Bagaimana dia tidak kaget? Tiba-tiba saja saat dia mendorong Samuel, Samuel malah menarik pinggang Alice agar mendekat padanya. Alice melotot kan matanya, "Lepasin" Ujarnya berusah melepas tangan Samuel yang berada dipinggang nya. Ck, laki-laki didepan nya ini selalu saja seperti ini, menyebalkan.

"Diem kalau lo gak mau gue kokop disini"

to be continued



thank u for reading
jangan lupa vote komen ya

SAMUEL WIRATAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang