"Non, ada tamu" Mbak Sum memanggilku sambil mengetuk pintu kamar. Wanita bernama Sumirah yang akrab dengan sebutan Mbak Sum sedari kecil menemani Yangti dan sudah kami anggap keluarga sendiri. Usianya hampir empat puluh, berbadan tambun, berkulit bersih, rambutnya selalu diikat, selalu memakai pewarna bibir merah menyala.
Kulirik jam di dinding, masih jam 5:23 pagi. Tamu macam apa yang berkunjung sepagi ini?
"Siapa sih mbak? Tamu kok ngalahin tukang sayur." Umpatku sambil menuruni tangga dengan malas.
"Nggak tau, teman non mungkin. Tamunya nunggu diluar" Katanya sambil melanjutkan mencuci piring.
Walau enggan, kuhampiri tamu itu. Udara dingin membelai rambutku. Matahari masih malu-malu menyambut hari ini. Langit berwarna violet dan lampu jalan masih menyala.
"Ngapain kamu kesini?" Tanyaku ketus
Dia membuka helmnya "boleh ikut solat?"
'Hah, random banget ni makhluk satu. Jauh-jauh datang subuh malah numpang solat.'
"Malu kalau solat jam segini di masjid. Ntar dikira mau antri jumat berkah." Katanya sambil tersenyum.
Permintaan yang sulit untuk ditolak, aku mengisyaratkan dia untuk masuk. Dia mengikutiku dari belakang.
"Mbak, tolong tunjukan mushola, ada musafir mau ikut solat"
Mbak Sum menghampiri Faaz. Kulihat jari telunjuk Faaz ditaruh didepan bibirnya sambil tersenyum. Mereka berlalu sambil berbincang pelan menuju mushola.
Aku membuat seteko teh panas racikanku sendiri. Terbuat dari lima macam teh dari berbagai daerah seperti yang diajarkan Bunda.
Minum teh di halaman belakang menikmati udara pagi yang masih segar, menjadi ritual sebelum beraktifitas selama di sini tapi tidak sepagi ini.
"Pagi-pagi udah ngelamun, ntar cepet tua." Suara Faaz membuyarkan lamunanku, tanpa kupersilahkan pun dia duduk dihadapanku.
"Daripada lu, pagi-pagi ngerepotin gua" tanpa sadar kata subjek yang kulontarkan berubah menjadi lu dan gua.
"Nah gitu dong, lu, gua, biar makin akrab" Faaz kegirangan mendengar dua kata itu. Berlanjut menuangkan isi teko ke dalam gelas yang disediakan Mbak Sum. "Nggak manis, boleh minta gula?" Faaz menjulurkan lidahnya.
"Abis." Jawabku ketus
"Gua kesini gak cuma mau numpang solat kok. Gua kesini mau nanya nama lu? Gua kira kemaren lu mau ikut makan, kan bisa ngobrol-ngobrol dulu." Faaz cengengesan.
"Gua Neira. Sekarang lu bisa pulang karena udah tau nama gua." Jawabku masih dengan nada ketus.
"Jutek amat neng, nih gua bawain sesuatu buat lu" dia menyodorkan sebuah kantong plastik hitam kepadaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harus Ku Miliki
Roman d'amourApa jadinya jika perempuan muda yang sebatang kara dipertemukan dengan seorang idol yang sedang hiatus karena memiliki masalah kesehatan mental. Saling mengisi kekosongan dihidup mereka dan menjadikan dunia mereka lebih berwarna dan bermakna. Namun...