Part 10

10 3 0
                                    

Hari-hariku saat ini lebih disibukkan dengan maraton mencari informasi selengkap-lengkapnya tentang Faaz, karya, karir, percintaan, gosip, fans, pokoknya semua. Untuk memenuhi dahaga keingintahuanku tentang Faaz. Benar-benar seperti manusia purba yang baru keluar dari gua, hal mudah seperti ini bahkan tidak terpikirkan olehku. 

Dari berbagai sumber, informasi yang kudapatkan rata-rata positif, tidak jauh berbeda dengan Faaz yang kukenal. Ada beberapa artis wanita yang pernah dekat dengan Faaz dan itu tidak mengherankan untukku. Dengan semua yang Faaz miliki, pastilah sangat mudah untuk mendapatkan wanita yang dia inginkan.

Satu hal yang belum kutemukan, berita tentang alasan kenapa dia menghilang dari dunia entertainment. Publik masih mempertanyakan, rupanya hal ini belum tercium media, Faaz masih merahasiakannya.

Aku baru menyadari bahwa selama ini Faaz tidak pernah menampakan mukanya di area publik, selalu tertutup masker atau helm full face. Dasar tuna rasa.

Tentu dia belum siap, aku memahaminya. Dengan posisinya yang seperti ini, dia harus lebih berhati-hati dalam mengambil langkah.

Aku tidak akan memposisikan diri sebagai orang yang menyukainya, bagiku menemaninya saja sudah cukup. Lagipula aku tidak berani berharap. Aku cukup tahu diri. Apa yang terjadi kemarin mungkin saja hal yang biasa untuk Faaz.

Beberapa kali Faaz menelepon memberi kabar atau hanya sekedar mengobrol sambil bertukar playlist lagu yang sedang kami sukai yang ternyata lebih banyak lagu 60's-90's.

Terakhir dia mengabari sedang memulai lagi untuk menulis lagu. Semoga saja menjadi awal yang baik untuk meniti kembali karirnya.

Telepon berdering, panggilan masuk dari nomor yang tidak dikenal dengan kode 022.

"Selamat sore, dengan saudari Neira?"

"Selamat sore, betul, saya Neira."

"Saya dari rumah sakit Santosa Bandung. Apakah anda bisa datang untuk menjadi wakil pasien atas nama saudara Faazri Alfath?"

"Faaz kenapa pak? Bisa saya minta alamat lengkapnya."

Aku segera pergi setelah mendapatkan informasi yang aku perlukan dari petugas rumah sakit. Kuminta suami Mbak Sum mengantarku kesana secepatnya.

Faaz mengalami panic attack saat menyetir di tol arah pulang. Entah apa penyebabnya. Seharusnya dia tidak melakukan perjalanan sendirian. Aku sudah mencoba meneleponnya berulang kali tapi selalu tidak tersambung.

Beruntung jalanan lancar, kurang dari 2 jam kami sudah sampai di rumah sakit, langsung kutuju ruang igd. Perawat menunjuk ranjang diujung ruangan.

Kuintip tirainya, Faaz terduduk menunduk di bibir ranjang. "Are you oke?" Kupegang kedua pipinya dan mengangkat kepalanya agar aku bisa mengecek keadaannya.

Matanya berkaca-kaca "gua abis ketemu ibu, pulangnya kena panic attack di tol. Polisi yang antar gua kesini."


Harus Ku MilikiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang