Part 25

7 1 0
                                        


Faaz meraih tangan kananku dan meletakkannya diwajahnya. 

"Tolong Nei, tolong pikirkan lagi. Tetap disini, aku butuh kamu."

Dari matanya, nampaknya dia bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Dan aku tidak kuasa untuk menolak kalimat terakhirnya itu.

Dimana aku merasa ada di puncak tertinggi dihidupnya. Seperti layaknya oksigen untuknya, bukan sekedar garam pada suatu masakan.

Sebuah validasi yang lebih dari sekedar pacar. Tidak berlebihan seperti mengucapkan kamu adalah duniaku. Validasi yang tidak kurang dan tidak lebih bagiku.

"Baiklah." Aku menyerah, aku sangat lemah jika menghadapi Faaz. Hanya dengan satu kalimat saja ambisiku porak poranda. Atau tanpa kusadari ternyata ambisiku yang sebenarnya adalah Faaz.

"Tapi aku mau pakai uang sendiri untuk kuliah. Kamu tahu, akhir-akhir ini aku merasa ada yang aneh dengan kehidupanku. Tidak bekerja, tempat tinggal gratis, jalan-jalan gratis, perlu apa-apa sudah disediakan, apakah ini rasanya jadi simpanan?"

"Hahaha, ya udah nikmatin aja. Anggap ini hadiah dari Tuhan buat kerja keras kamu selama ini. Lagipula daripada mubazir, lebih baik fasilitas ini dimanfaatkan."

"Iya, aku bersyukur banget, ketemu orang ganteng, baik hati, sayang, perhatian, nggak aneh-aneh, pokoknya terbaik." Pujiku sambil merangkul dan menyandarkan kepalaku di lengannya.

"Ngomongnya makin manis ya sekarang."

"Iya dong, siapa dulu suhunya. Hahaha" Kami tertawa bersama. 

"Faaz, terima kasih sudah hadir dan menjadi bagian terbaik dihidupku." ucapku saat tawa kami reda.

"Takdir yang menemukan kita, Nei."

"Saat semua yang membersamaiku telah pergi dan berbagai tempaan kulewati, tak pernah kusesali sedikitpun karena ternyata semua itu membuatku lebih hidup. Sebelumnya hidupku datar sampai ayah bunda meninggal. Sejak itu aku mulai mengenal dunia yang sesungguhnya."

"Bertumbuh ternyata nggak semudah yang kita bayangkan ya, tapi aku yakin akan indah pada waktunya."

"Akan lebih mudah kalau kita lewati bersama." 

"Untungnya waktu itu kamu mules, kalau nggak kita nggak akan tabrakan dan kamu nggak akan kembaliin dompet ke rumah." Faaz mulai berkelakar dan kami berdua tersenyum mengingat hal itu.

"Oh ya, kak Mala cerita masalah paket yang kamu terima tadi siang. Gak usah dipikirin cuma orang iseng. Dulu aku sempet dapet paket yang isinya aneh-aneh."

"Isi apa?"

"Topi yang bisa tepuk tangan"

"Itu gak aneh, lebih ke cute sih."

"Surat yang ditulis sama darah."

"Isinya suratnya apa?"

"Ya, intinya dia rela lakuin apa aja buat aku."

"Wow, serem banget. Darah beneran?"

"Mungkin, sempat ada juga yang nunggu 2 hari 2 malam waktu masih di kostan dan pura-pura pingsan."

"Tau pura-pura darimana?"

"Waktu itu aku pulang malem, didepan kost ada orang geletak di pinggir jalan. Aku minta tolong satpam kostan supaya cek orang itu, sama satpam malah mau dibangunin pake kaos kaki bekas, kaos kakinya belum nyampe hidung orangnya udah bangun. Taunya dia nungguin cuma mau foto bareng."

"Kasihan"

"Tapi yang aneh biasanya cuma oknum aja, rata-rata fans pada support banget dan masih dalam batas wajar."

"Kalau aku kan bukan apa-apa, bukan public figure atau apapun. Terus untuk apa paket seperti itu? Kemarin aku dapat surat kaleng, sebelumnya boneka, itu kira-kira maksudnya apa?"

"Coba aku lihat."

Aku mengambil surat dan boneka itu dari laci meja kerja. Boneka teddy bear sebesar box tissue berwarna cream dengan pita coklat di lehernya dan sehelai kertas putih A4 yang dicetak dengan jenis huruf 'ink free' ukuran besar yang berisi tulisan sebagai berikut:

"JAUHI FAAZ! LO NGGAK LAYAK BUAT DIA ... BITCH!

GUE TAHU SIAPA LO. JANGAN MACAM-MACAM ATAU GUE BUKA RAHASIA LO!"

"Kurasa ini bukan orang iseng Faaz."

Harus Ku MilikiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang