Part 27

7 1 0
                                    


"Wait!" Aku bersegera mengambil sesuatu dari kamar. "Kita harus nyamar dong, kamu jadi Conan" Aku kembali dengan memakaikan Faaz kacamata dan merapikan rambutnya. Faaz hanya diam saat kudandani.

"Kenapa nggak holmes?"

"Tadinya mau jadi poirot, tapi aku gak punya kumis palsu. Mau Pakai topi atau hoodie? Masker"

"Ah lama, lagian cuma bentar." Faaz mengambil topi dan menarikku keluar apartemen menuju lantai 18 melalui tangga darurat.

Lorong lantai ini sepi, jadi kami leluasa mencari unit 1812 sambil mengikuti petunjuk pada dinding.

"Ini kayanya tepat dibawah unit kita ya?" ujarku saat menemukan unit yang dicari.

"Kamu tunggu disini." Faaz meninggalkanku di belokan tidak jauh dari pintu 1812. Lalu menekan bel, tidak ada yang keluar. Faaz kembali menghampiriku. "Gak ada orang. Kita tunggu aja."

15 menit menunggu terdengar suara langkah kaki, suara hak sepatu wanita bergema di lorong yang sepi. Kami mengintip dari balik dinding berharap itu adalah penghuni 1812.

Ya, ternyata benar. Seorang wanita muda dengan busana minim berwarna merah, berdiri di depan pintu mencari sesuatu dari dalam tasnya. Lalu dia membalikan badan tidak jadi memasuki apartemen dan berjalan menuju lift.

Kami mengikutinya perlahan berusaha tanpa suara. Aku bersiap dengan camera di hp dalam posisi on. Penasaran apa yang akan dia lakukan, siapa tahu dengan begitu kami akan memperoleh bukti, apapun itu.

Perempuan itu masuk ke dalam lift. Kami menunggu sampai lift itu berhenti, ternyata dia turun ke lantai 3 menuju mall. Aku dan Faaz segera mengikutinya dengan lift disebelahnya yang sudah di tahan Faaz sedari tadi agar kami tidak ketinggalan dan kehilangan jejak.

Kami terus mengikutinya dari dekat melewati outlet-outlet yang sepi pengunjung karena sebentar lagi jam operasionalnya akan habis.

Tiba-tiba dia menghentikan langkahnya dan membalikan badan. "Kalian dari tadi ngikutin saya kan? Siapa yang nyuruh? Istrinya koh Alex ya?" perempuan itu memberondongi kami kami dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuat kami mengerutkan dahi.

"Bukan, kami nggak kenal koh Alex, apalagi istrinya. Kakak owner unit 1812?" Faaz tampak kebingungan untuk menjawab tuduhan perempuan itu.

"Saya baru sewa hari ini. Memangnya kenapa? Sebentar, kayanya saya kenal kamu."

"Oh ya, makasih kak." Aku menjawab cepat dan menarik Faaz ke arah berlawanan sebelum perempuan itu sadar siapa lawan bicaranya.

"Security, tolong ada penguntit!" Perempuan itu berteriak kepada seorang satpam lelaki berseragam berbadan tambun dan berlari ke arah kami.

Mendengar itu kami berlari menghindarinya, menyusuri koridor didepan outlet-outlet yang sebagian besar sudah tutup. Sesekali aku melihat ke belakang untuk mengetahui sejauh mana satpam itu mengejar kami. Menegangkan sekaligus menyenangkan, rasanya seperti bermain kucing-kucingan di dalam mall. Sampai akhirnya kami masuk kedalam lift untuk kembali ke apartemen.


Harus Ku MilikiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang