Aku mencoba menelepon Neira, namun nomornya tidak aktif. "Pay kamu tahu dimana dia sekarang?" tanyaku kepada Fara
"Siapa? Neira? Aku ggak tahu. Sebenarnya ada apa sih Bang?" Fara memberondongku dengan pertanyaan sambil mengambil ponselnya bermaksud untuk menelepon Neira. "Nomornya nggak aktif, pesan juga ceklis satu. Aku coba tanya di grup deh, kali aja ada yang tau."
"Ada apa sih Faaz?" Tanya ibu dengan tenang.
Aku menceritakan secara garis besar apa yang terjadi antara aku dengan Neira. Bagaimana kami bertemu, apa yang Neira lakukan saat aku sakit dan kenapa sekarang dia menghilang.
"Sebaiknya kamu cari dia Faaz. Kasihan, dia nggak punya siapa-siapa lagi." Kuanggap itu sebagai restu dari Ibu. Kata-katanya membangkitkan rasa ingin memiliki dan memperjuangkan Neira lagi.
"Iya bu. Faaz pamit dulu." Tanpa banyak berbasa basi lagi aku bangkit dan mencium tangan Ibu.
"kamu hati-hati ya, Insya Allah kalau masih berjodoh pasti ketemu." Ibu mengelus rambutku dengan lembut.
Aku mengecek barang bawaanku di mobil, baju masih banyak stok, kendaraan baru di service, aman kalau sekarang langsung ke Yogya.
Aku duduk di belakang kemudi mengambil buku novel yang terakhir dibaca Neira. Masih tercium aroma khasnya, her smells like... heaven.
Aroma yang berasal dari hormon yang dikeluarkan tubuh atau yang lebih dikenal sebagai feromon. Aroma ini mempercepat detak jantungku saat menciumnya, memperlancar sirkulasi oksigen sehingga membuat nafas menjadi cepat dan suhu tubuh meningkat. Semua ini memicu pelepasan hormon yang efeknya menimbulkan rasa senang, tenang, nyaman bahkan perasaan romantis yang memanduku untuk menemukan pasangan yang tepat. Aroma yang hanya kutemukan pada diri Neira.
"Bang jadi pergi nggak? Malah ngelamun." Teriak Fara yang sedari tadi menunggu di gerbang.
Aku tersadar dan mulai melaju "Pay, kalo ada kabar cepet calling gue."
"Iya bang, ati-ati, jangan lupa oleh-olehnya."
"Sipp."
Pikiranku kembali melayang kepada sosok Neira. Aku merasa sangat bersalah, sebetulnya sedari awal akulah yang memanfaatkannya dan hasutan egoku yang membuat dia pergi.
Ketika Neira ke rumahku untuk pertama kalinya, aku sedang berada di titik menyerah untuk hidup. Mungkin aku akan melakukan percobaan bunuh diri jika Neira tidak masuk ke dalam rumah dan membuat buyar pikiranku tentang semua itu.
Selain itu, serangan panikku dengan cepat hilang saat Neira ada di dekatku. Penciumanku sangat peka untuk hal ini. Karena penasaran aku segera keluar mencarinya. Ternyata benar, karena aroma itulah aku merasa tenang didekatnya.
Aku yang memanfaatkannya, mengekang apa yang dia inginkan agar dia selalu didekatku. Sehingga jika aku membutuhkannya aku bisa dengan cepat menemuinya.
Lalu kenapa aku harus marah kepada Nei? Rupanya kecurigaanku membutakan akal sehatku. Aku memang masih bergelut dengan masalah trust issue. Trauma masa lalu belum sepenuhnya hilang.
Padahal Neira tidak pernah menuntut apa-apa dariku. Bahkan disaat aku tidak memberikan kepastian status hubungan kami. Dia selalu mengikuti keinginanku, mendengarkan keluh kesahku, menemaniku setiap aku membutuhkannya.
Dia selalu bersikap manis, tawanya membuat hatiku hangat, perhatiannya yang selalu memenuhi kekosongan hariku. Neira aku rindu, sungguh.
Setiba di Yogya aku menghubungi Rian, seorang kenalan yang menjadi dosen di salah satu perguruan tinggi dan sudah lama menetap di Yogya. Aku meminta bantuannya untuk mencari info apakah ada mahasiswa baru di kampusnya yang bernama Neira Pradnya Dibrata. Bahkan Rian menawarkan untuk memnyebarkan pencarianku kepada rekan-rekannya.
Selagi menunggu informasi dari Rian, aku berkeliling kota Yogya dan sekitarnya, siapa tahu aku menemukan info lain atau bahkan bertemu Neira di suatu tempat yang tidak terduga walau hanya dengan berbekal foto dan nama saja.
Aku hanya bertahan satu minggu disini, namun tidak ada petunjuk apapun tentang Neira yang terendus. Aku tak dapat memperpanjang waktu lagi karena sudah ada kontrak yang tidak bisa kuabaikan.
Aku kembali ke rutinitasku dan berharap ada keajaiban yang akan mempertemukan kami berdua. Tuhan, dimana dia berada saat ini. Semesta bantulah aku bertemu dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harus Ku Miliki
RomanceApa jadinya jika perempuan muda yang sebatang kara dipertemukan dengan seorang idol yang sedang hiatus karena memiliki masalah kesehatan mental. Saling mengisi kekosongan dihidup mereka dan menjadikan dunia mereka lebih berwarna dan bermakna. Namun...